Setelah malam panjang tersebut mereka habiskan dengan bersama, akhirnya pagi tiba menyinari wajah mereka dari bilik jendela. Hikma terbangun dan terasa nyeri pada selangkanganya, sedangkan Bondan masih terlihat sangat nyenyak dengan baju telanjang. Hikma yang juga masih telanjang akhirnya memungut bajunya dan memakainya kembali untuk menutupi tubuhnya tersebut.
Setelah sempurna menutupi tubuhnya Hikma langsung keluar kamar dan melaksanakan mandi junub karena telah melakukan hal yang tidak sewajarnya semalam dengan Bondan. Hikma mengguyur dan membasuh semua tubuhnya dengan sempurna.
Setelah selesai mandi Hikma segera menyiapkan sarapan untuk adiknya dan juga Bondan yang kini sedang berada di dalam rumahnya tersebut. Hikma menyiapkan nasi goreng dengan bumbu yang seperti yang diajarkan bibi kepadanya. Dengan tambahan perasaan Hikma mmebuat nasi goremgnya ini terlihat begitu menarik.
Bondan yang mencium aroma masakan yang lezat tresebut akhirnya terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya. Melihat tubuhnya yang tidak ada lapisan appaun membuat Bondan terkejut dan memikirkan apa yang telah terjadi sebelumia tidur. Setelah berusaha keras mengingatnya akhirnya Bondan teringat bahwa dia menggauli Hikma semalaman penuh hingga tidak sengaja Bondan tidur bersama Hikma.
Bondan akhirnya memakai celananya dan segera mandi agar kembali segar, melihat Hikma yang sedang berdiri di dapur dekat kamar mandi hingga Bondan mendekatinya dan memeluk Hikma dari belakang.
Bondan :" Terima kasih untuk semalam tadi ya, aku sangta puas dan bahagia"
Ucap Bondan yang mememluk tubuh Hikma bagian belakang dan juga sedang mencium leher Hikma, membuat Hikma keringkalan dengan sedikit desahan.
Hikma :" Terima kasih kembali, sudah bururan mandi. Aku sedang masak dan jangan ganggu aku atau masakan ini akan gosong nantinya dan tidak dapat kamu nikmati"
Bondan akhirnya mencium bibir Hikma melewati samping dan segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Mereka sudah melakukan hal yang seperti ini, Bondan yang memang seharusnya menjadi lelaki bertanggung jawab juga sudah berulang kali mencoba membujuk Hikma untuk menikah padanya dengan semua jaminan termasuk tentang adiknya.
Tetapi tetap dengan pendirianya, Hikma masih belum siap dengan semua alasanya mengapa hingga saat ini belum juga menerima Bondan atau bahkan lelaki lainya. Hikma masih memiliki tanggungan ke-4 adiknya, setidaknya ketika tanggunganya hanya tinggal steengah baru dia bisa menjalani bahterai rumah tangga. Karena Hikma sangat faham bahwa membiayai anak sekolah berjumlah 4 itu sangat tidak mudah, bahkan Hikma sendiri sudah merasakanya. Kalau sudah berumah tangga maka nanti juga akan mempunyai anak, itu berarti tanggungan suami yang rela mempersuntingnya semakin berat karena ditambah dengan adiknya.
Sebuah alasan yang memang sampai sekarang Hikma pegang dengan snagat erat, bukan karena tidak tertarik dengan lelaki tetapi memang Hikma memiliki hati selembut sutra yang bahkan tidak akan rela seseorang yang dicintainya harus menanggung semua yang seharusnya menjadi tanggunganya.
Bondan akhirnya keluar dari kamar mandi dengan mengeringkan rambutnya dengan handuk Hikma tersbeut, Hikma masih berdiir di depan kompor menunggu air mendidih untuk nantinya dibuat untuk teh panas atau susu panas untuk adik Hikma. Melihat Hikma yang masih berdiri di depan kompor tersebut hingga Bondan mendekatinya kembali dan memeluknya kembali pada tubuh bagian belakang Hikma.
Merupakan sebuah posisi yang sangat disukai Bondan karena saat itu semuanya bisa ia capai dengan sangat mudah.
Hikma :" Apa yang kamu lakukan. Tolong bangunkan semua adiku agar mandi dan siap-siap pergi ke sekolah. Aku akan menyelesaikan sarapan ini. Hari ini aku juga sudah akan mulai masuk kerja karena uangku sudah habis sedangkan kebutuhan terus berjalan sampai kekurangan"
Bondan akhirnya menuruti ucapan Hikma untuk membangunkan adiknya agar segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah agar tidak terlambat sampai ke sekolah nantinya.
Mulai dari Hasan yang berada di depan tv, membangunkan Hasan dengan gelitikan yang langsung menyasar di tubuhnya. Hasan akhirnya membuka mata dengan tertawa karena geli. Hasan terkekeh bahkan sampai dia tidak bisa merem kembali padahal biasanya Hasan yang terbangun paling treakhir, ketika dia sudah terbangun maka dia akan merem kembali sampai saudaranya mandi terlebih dahulu dan Hasan akan diangkat oleh ke 3 saudaranya dan langsung dimasukan ke dalam kamar mandi dan di guyur dengan paksa.
Tetapi dengan Bondan kini Hasan sudah langsung terbangun dan tidak merem kembali.
Hikma :" Waaah, adik kakak aku ini sudah bangun dan mandi duluan, mandi nomor satu. Biasanya mandi paling terakhir sebelum diangkat ke kamar mandi dan diguyur dengan sangat paksa"
Hasan akhirnya terkekeh dengan sangat malu dan menutupi wajahnya dengan handuk yang dibawanya tadi. Handuk yang memang kepunyaan Hikma, atau lebih tepatnya itu merupakan handuk yang memang dipunyai semua orang yang berada di dalam rumah tersebut,
Handuk hitam yang bahkan sudah sangat samar kotornya , dipakai dengan cara gantian satu persatu semua orang yang berada di rumah itu. Hasan yang tidak trelalu lama mandi akhirnya keluar dengan aura yang sudah segar, sedangkan Bondan masuk ke dalam kamara dik lainya dan membangunkan mereka semua.
Sembari menunggu satu persatu saudaranya mandi maka yang lainya akan mempersiapkan buku atau peralatan yang nantinya akan dibawa ke sekolah, hal ini memang sebuah didikan dari Hikma hingga sekarang mampu mendarah daging.
Sebuah pendidikan yang memang snagat bagus baginya dan juga masa depan adiknya semua, karena hanya dengan hal itu hal yang baik dan ditanamkan di dalam seseorang sejak dini maka hal tersebutlah yang akan mampu menjadi sbeuah patokan seseorangtersebut hingga dewasa nantinya. Dan hal baik selalu menjadi harapan Hikma agar semua adiknya bisa menjadi sbeuah pemimpin yang disiplin adil dan juga mampu menentramkan semuanya.
Mereka semua akhirnya selesai mandi dan juga selesai menyiapkan barang yang akan dibawanya ke sekolah, hingga akhirnya mereka duduk diruang tamu dengan meja yang sudah penuh dengan makanan yang tadi berhasil Hikma masak dengan resep baru yang memang bibi berikan kepadanya tersebut.
Bondan :" Rasanya trenyata jauh lebih enak dari masakan bibi, kamu tambahin apa bumbunya. Padahal tadi harumnya persis dengan apa yang selalu dibuat bibi kepadaku. Tetapi ternyata rasanya lebih enak daripada nasi goreng yang dibuat oleh bibi"
Hasan :" Memang iya, masakan ini sungguh sangat enak rasanya. Apakah resepnya sama seperti dengan yang bibi masakan ya? Ini hanya tercium bau yang memang sedikit tambahan bumbu dengan aroma khusus yang Hasan tidak fahami"
Hikma hanya tersenyum karena masakanya kini dipuji dan disukai semua orang berada dirumah tersebut. Walau biasanya memang sudah disukai tetapi kini semakin suka dan digemari hingga sarapan tersebut langsung habis seketika, yang sudah disiapkan di piring akhirnya mengambil makanan lagi dengan sendiri.