webnovel

BAB 18 Sadar untuk menyadari sebuah kesadaran

Pada hal lain, manusia selalu di tuntut untuk selalu sadar atas semua hal yang telah terjadi. Sabar saja ternyata masih menjadi sebuah hal yang sangat kurang jika penerapanya adalah didalam kehidupan sehari-hari. Sadar ternyata tidak kalah pentingnya dari hal tersebut. Segala bentuk yang tidak berbentuk juga akan hadir saat kita merasakan atau sedang berada di dalam titik sadar. Oleh sebabitu sadar juga menjadi sebuah penentu bagaimana kehidupan manusia tersebut.

Seperti yang terjadi pada Bondan kini, setelah lama seklai dirinya merenung tentang apa yang telah terjadi hingga ketemulah sebuah titik dimana dirinya kembali 'sadar' atas apa yang telah menimpanya tersebut.

Bondan yang masih lema di atas ranjang mewah disebuah aartemen ayahnya tersebut hanya mampu membuka hatinya luas-luas untuk sedikit menerima sebuah kenyataan ini dalam jangka waktu yang belum bisa diirnya tentukan.

Bondan hanya bisa melihat atap putih dengan sedikit harapan agar dirinya segera sembuh dan pulih seperti dahulu kembali. Walau sudah mengingat dan memahami semua makdus orang tuanya, Bondan masih belum kuasa untuk menolak atau membela diirnya sedikitpun.

" Andai saja aku sudah sembuh, hal pertama yang akan aku lakukan adalah terbang ke Indonesia dan menemui Hikma. Aku yakin dirinya sangat khawatir dan sedih sekarang. Melihat saat dirumah sakit Hikma hingga rela menungguku hingga tertidur di lenganku. Itu merupakan sebuah keajaiban yang masih sangat baru aku temukan, aku akan segera menemuimu, Hikma"

Begitulah ucap Bondan yang hanya mampu keluar dari dalam hatinya saja, mulutnya membeku karena sebuah obat yang sampau kini masih saja ia konsumsi secara rutin. Katanya itu adalah cara agar badanya cepat kembali sehat seperti dahulu kembali.

Ibu Bondan : Nak, ibu akan pergi ke kantor hari ini. Kamu dirumah akan dijaga oleh bibi. Jika kamu menginginkan apapun kamu tinggal memanggilnya. Ibu juga sudah menyuruh bibi untuk menyiapkan sarapan untukmu.

Bondan yang sebenarnya kesal hanya menjawab perkataan ibunya tersebut dnegan anggukan yang tidak dipahami oelh ibunya. Terlihat wajah Bondan yang snagat berbeda.

Bondan : Sama saja disini juga bukan ibu dan ayahku yang merawat, tetapi bibi. Lalu apa bedanya dengan aku yang tinggal di Indonesia hanya dengan bibi? Seakan bibi adalah keluarga sedarahku yang rela merawatku dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Tidak seperti orang tuaku yang hanya mementingkan sebuah pekerjaan saja.

Ucap Bondan didalam hatinya. Sangat mengerikan karena pada kenyataanya tingkatan Bondan tidak lain hanya sebuah anak yang nantinya akan ditarik keuntungan dengan dijodohkan dengan anka rekan bisnisnya yang sangat jelas sangat kaya raya.

Semua aset nantinya akan diminta ayahnya.

Itu yang menjadi sebuah alasan utama megapa Bondan sangat tidak mau jika harus bersama dengan orang tuanya tersebut.

Bondan lebih suka tinggal di Indonesia bersama bibi dan semua tetangganya yang sangat perhatian terhadapnya termasuk Hikma dan juga adiknya.

Pernah suatu masa saat Bondan juga sedang sakit, keluarga Hikma yang selalu merawatnya hingga sembuh. Bahkan tidak ada campur tangan bibi utnuk Bondan. Semua makanan adalah hasil masakan yang Hikma buat dengan adiknya termasuk Hasan. Kasih sayang dan perhatian mereka juga sangat besar, pernah suatu ketika mereka memberikan Bondan sebuah hadiah yang sangat sederhana tetapi hal tersebut mampu membuat Bondan menjadi sembuh dan bersemngat kembali.

Dan kini Bondan dibiarkan sendiri di seuah ruangan ini tanpa sebuah teman yang menyertainya, hanya suara bising kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalanan, karena kebetulan apartemen Bondan terletak diantara terminal, stasiun dan juga Bandara. Hal tersebut memberikan sebuah suasana yang sangat ramai hanya karena sebuah suara kendaraan.

Tetapi nyatanya hati dan fikiran Bondan terasa sangat sepi sekali. Seperti semuanya tiada arti lagi di dalam hidupnya. Bondan menginginkan Hikma, tetapi orang tuanya tidak akan mengizinkanya, karena mereka hanya memandang Hikma hanya sebuah anak yang dibuang oleh kedua orang tuanya dan kini menjadi sebuah orang tua tunggal untuk semua adiknya, selain faktor tersebut Hikma juga tidak berada di dalam kondisi orang kaya. Dirinya bahkan snagat kesusahan dalam hal mencari makan saja.

Tetapi dimata Bondan hal tersebutlah yang membuatnya semakin jatuh cinta kepada Hikma, sikap pekerja keras yang tidak tumbang disegala situasi tersebut menjadi alasan terkuat mengapa Bondan sangat tergila-gila terhadapnya.

Hikma sangat berbeda dengan kalangan wanita seumuranya, wanita lain di usia seperti itu masih sibuk merias diri dengan uang yang dimintanay dari orang tua mereka. Tetapi Hikma sangat berbeda, dirinya bahkan berjuang keras demi keberlangsungan kehidupan dirinya dan juga semua adiknya tersebut. Wwalaupun berat Hikma tetap saja menerimanya tanpa sebuah perlawanan.

Bibi : " Den, ini makanan yang sudah bibi siapkan untukmu. Bibi memasak bubur sumsum untukmu. Mau bibi suapin atau aden mau makan sendiri saja?"

Bondan : " Terima kasih banyak bi, aku makan sendiir saja. Taro saja di meja nanti aku akan memaknay jka mulutku sudah mau untuk kemasukan sebuah makanan"

Bibi : " Harus dimakan sekarang den, aden harus makan yang banyak agar segera pulih dan bis akembali ke Indonesia, bibi tidak suka disini den, cuacanya sangat panas dan terasa tidak sehat. Udara disini tidak sesear ketika berada di Yogyakarta"

Bondan :" Maafkan bondan ya bi, hanya karena Bondan bibi harus merasakna ini semua. Bibi juga sangat tidak nyaman berada disini. Kalau begitu Bondan kepingin bibi suapin Bondan dan aku akan menghabiskan makananya agar kita bisa kembali ke Indonesia"

Bibi akhirnya tersenyum lebar dan sangat bahaagia. Mangkok yang tadi diletakan disebuah meja kini diraihnya, bibi duduk di ranjang pojok milik anak juraganya tersebut yang bahkan sudah dirinya anggap sebagia anak kandungnya sendiri.

Bibi adalah sebuah ibu yang sebatang kara, yang dulu Bondan temukan ketika diirnya hendak menuju tempat diirnya bersekolah. Ibu ini berasal dari daerah pelosok kalimantan yang bertujuan mencari pekerjaan di kota yang katanya istimewa tersebut.

Bondan yang melihat ibu ini sedang mencari sisa makanan di tempat sampah akhirnya iba dan membawanya kerumah, pertama semuanya ditentang keras oleh orang tua Bondan. Tetapi Bondan bicara bahwa bibi hanya akan menjagaku saja. Hingga disebuah keputusan mereka menyetujuinya. Sudah genap 10 tahun bibi merawat dan menjaga Bondan seperti anaknya sendiri.

Bibi dulu juga memiliki anak yang umurnya tidak jauh dari Bondan, mungkin kalau dirinya tidak meninggal maka akan tumbuh seperti Bondan ini. Tetapi dahulu kecelakaan telah merenggut semua keluarganya termasuk suami dan kedua anaknya. Dari hal tersebut bibi sudah tidak diterima lagi di keluarga tersebut hingga memutuskan untuk merantau dengan niat mencari sebuah pekerjaan.