webnovel

Mendapatkan Nomor Telepon

Editor: Wave Literature

Melihat Sheryl Xia yang terus mendesak Kepala panti, membuatnya menjadi sedikit tidak sabar. "Aku bilang tidak, kamu jangan..." katanya belum selesai karena Sheryl Xia tiba-tiba menyela kata-katanya.

"Kepala panti, lihatlah. Jika benar-benar ada kesepakatan, bunga-bunga itu tidak akan sia-sia. Mungkin Bos itu juga akan menyuruh saya, untuk menyumbangkan uang hasil penjualan bunga itu ke panti asuhan ini. Kemungkinan besar akan seperti itu. Ayo kita coba dulu!" kata Sheryl Xia memotong ucapan kepala panti.

"Tidak akan berhasil, sudahlah!" kata Kepala panti melambaikan tangannya dengan kuat tanda tidak setuju, ia menolak bujukkan dari Sheryl Xia.

"Kalau anda tidak mencobanya sama sekali, bagaimana bisa tahu cara saya tidak akan berhasil! Bagaimana jika anda berikan nomor telepon donator itu kepada saya! Atau anda juga bisa, secara tidak sengaja memberikannya kepada saya, itu juga boleh!" kata Sheryl Xia, lalu mengedipkan mata.

Kepala panti tidak bisa melakukan apapun selain menggelengkan kepala dan menghela napas. Kemudian, ia melambaikan tangan untuk menyuruh Sheryl Xia pergi. "Lebih baik kamu pergi, jangan datang lagi. Aku sungguh tidak bisa membantumu." katanya.

Meskipun berkata demikian, namun ketika Kepala panti berbalik untuk pergi, tiba-tiba sebuah catatan kecil secara tidak sengaja tertarik keluar dari sakunya, lalu terjatuh.

Sheryl Xia terkekeh, lalu dengan cepat mengambil catatan kecil itu, kemudian kembali beraksi di belakang Kepala panti yang begitu bijaksana itu, "Kepala panti, tolong bantu saya ya! Kita bisa kerja sama! Lihatlah, dunia ini begitu indah! Kepala panti… Kepala panti…" teriaknya memanggil Kepala panti.

Sampai akhirnya, sosok Kepala panti itu menghilang di depan mata Sheryl Xia, kemudian ia segera berbalik dan membuka catatan itu. Di kertas itu ternyata tertera nomor Bos donator, ia sangat senang sampai menciumi kertas itu. Dengan segera ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan nomor itu lalu menelponnya.

"Bos, belokan di depan sana menuju panti asuhan bintang, apa anda ingin kesana?" Steve menghentikan mobil dan bertanya kepada lelaki yang duduk di kursi belakang, terlihat bahwa ia sedang menutup matanya.

Sebelumnya, bukannya Billy Li belum pernah pergi ke panti asuhan bintang. Namun, ketika ia sedang berada di dalam negeri dan menghadapi sesuatu yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat atau sedang kesal, ia akan datang ke sana. Hanya saja, setiap kali datang ia hanya berhenti dan melihat dari kejauhan, kemudian berbalik dan pergi. Mungkin, ia takut kalau masuk kedalam panti itu, maka ia akan menyentuh sakit hatinya yang paling mendalam.

"..." Pria yang duduk di belakang itu sepertinya tidak mendengar, lali Steve juga tidak bertanya lagi.

Setelah waktu yang lama, Billy Li akhirnya berkata, "Masuk saja!" Sudah waktunya juga ia meninjau kembali, di mana si bintang kecilnya itu berada.

Steve mulai membelokkan setir, namun tiba-tiba ada panggilan masuk dari ponselnya.

"Steve." kata Steve, lalu menekan tombol 'Bluetooth' untuk mendengar siapa yang sedang menelponnya, ia menelpon sambil tetap mengemudi sekaligus melaporkan siapa yang sedang menelponnya saat ini.

"Halo, Tuan Steve! Saya Xia. Begini, saya ingin membeli bunga baby's breath di panti asuhan bintang. Bolehkah saya berbicara dengan Bos anda?" tanya Sheryl Xia kepada Steve.

Steve sedikit terkejut mendengar suara wanita di earphone itu memanggilnya dengan 'Steve'. Ia kira, yang menelpon adalah anggota 'Bayangan' yang mungkin mengabarkan ada strategi baru untuk menyelamatkan Yami. Tidak disangka yang menelponnya adalah orang asing.

Steve melirik Bosnya dari kaca tengah spion, lalu menolak dengan berkata, "Saya pikir kepala panti seharusnya sudah menjelaskan kepada anda jika bunga baby's breath tidak dijual. Nona Xia lebih baik menyerah…" jawab Steve menjelaskan.

Belum selesai berbicara, Steve memperhatikan Bosnya yang duduk di kursi belakang mengangkat alis. Dengan hati-hati ia meminta wanita di ujung telepon itu untuk menunggu, lalu ia bertanya kepada pria itu dari pantulan kaca spion, "Bos, Nona Xia menelepon untuk mendiskusikan tentang membeli bunga dengan anda."

"Kepala panti sepertinya tidak mengindahkan perkataanku." Billy Li merespon dengan tidak senang.

Steve yang sudah mengerti, kemudian mengatakan tidak bisa didiskusikan lagi masalah tentang membeli bunga, kepada wanita di ujung telepon itu, lalu ia menutup teleponnya.

"Orang apa ini? Apa dia itu seorang Sultan!" Sheryl Xia yang merasa ditolak langsung marah dan mengumpat. Ia baru saja mendengar pria lain yang memberikan perintah kepada Tuan Steve. Sepertinya ia harus pulang dengan tangan kosong lagi hari ini.

Sheryl Xia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas, lalu mengeluarkan kunci mobil dan berjalan menuju mobil putih yang terparkir di pinggir jalan itu. Saat itu juga, tiba-tiba perutnya terasa penuh, membuatnya merasa tidak nyaman ketika membuka pintu mobil. Lalu, tiba-tiba muncul sebuah mobil Maybach, melewatinya dengan lambat.

Billy Li melihat keluar dari jendela mobil dengan santai, tapi ia tidak menyangka akan pandangannya yang sekilas itu. Tiba-tiba, wajah yang begitu bersemangat itu terekam di mata Billy Li…