webnovel

Gadis itu Gila

Editor: Wave Literature

Setelah mendengar semua perkataan Ethan Gu, dengan arogan Billy Li mengeluarkan tangannya dari saku celana. Lalu, ia duduk di kursi, di sebelah Shia Tang yang terbaring. Tangannya bersilang dengan tenang mengawasi wanita yang sedang sakit itu.

Ethan Gu benar-benar takut jika dirinya akan menghajar orang, lalu ia bertanya dalam hati, Apakah pria ini benar-benar berdarah dingin dan kejam?

Sebelum dirinya kehilangan kendali, Ethan Gu memutuskan untuk pergi. Ketika ia akan berjalan melewati pintu kamar, tiba-tiba ia berhenti lalu memberitahukan fakta dengan kesedihan. "Dia, gila!"

Seketika Billy Li membelalakkan matanya, terkejut, dan langsung berdiri. Steve yang berada di luar pintu melihat situasi ini, dengan segera ia menghentikan Ethan Gu. Ethan Gu harus menjelaskan tentang apa yang barusan ia katakan. Akhirnya Ethan Gu hanya melihat ekspresi di wajah Billy Li, meskipun tidak jelas tetapi setidaknya ekspresinya nampak tidak ingin membunuh orang. 

"Pukul empat subuh ketika Shia Tang bangun, tiba-tiba dia memandang ke luar jendela sambil menangis dan tertawa selama satu jam. Dokter menilai demam tinggi mungkin telah merusak otaknya atau keluarganya mewarisi penyakit ini. Karena dia terlalu banyak menerima rangsangan dan serangan. Aku pikir, kamu seharusnya lebih paham dengan apa yang telah Shia Tang alami selama ini daripada orang lain. Tunggu sampai dia sadar dan lihatlah sendiri!"

Setelah itu Ethan Gu menyingkirkan Steve yang masih terkejut, lalu berjalan keluar meninggalkan kamar Shia Tang.

"Steve, hubungi Dr. Smith!" Billy Li menatap wanita sakit itu dari dekat. Ia tidak percaya, sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ethan Gu.

"Baik!" Steve segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang di luar. Kemudian ia berkata dalam hati, Bukan lelucon jika ternyata nyonya dinyatakan gila.

"Ayah, jangan tinggalkan aku... Ayah, aku tidak sakit. Jangan bawa aku pergi… Biarkan aku keluar, biarkan aku keluar... Tolong biarkan aku keluar… Bu, aku sangat penurut, jangan pukul aku... aku sangat penurut..." Di dalam kamar rawat pasien ini, Billy Li mendengarkan semua igauan Shia Tang dengan seksama. Kejadian itu membuat seluruh tubuh Billy Li menegang.

Dalam igauan Shia Tang, ia mengatakan semua ketidakberdayaan dan hanya bisa melepaskannya dalam mimpi.

Melihat tangan kirinya yang belum pernah kendur, Billy Li berjongkok di samping tempat tidur dan mencoba membuka sendiri tangan itu dengan lembut. Bahkan, ketika Shia Tang mengalami mimpi buruk, keinginannya masih sangat kuat. Semakin Billy Li mencoba membuka tangannya, semakin erat Shia Tang menggenggamnya seolah benda itu adalah tangannya, mendarah daging dengannya.

Billy Li benar-benar ingin tahu benda apa itu, sehingga membuat Shia Tang begitu berharga. Billy Li dengan cekatan membuka jari-jari Shia Tang satu per satu, tetapi masih tidak bisa. Kemudian, ia berpikir, jika terlalu memaksanya itu bisa mematahkan buku-buku jari Shia Tang.

Melihatnya berkeringat karena mimpi buruk, membuat Billy Li mengeluarkan sapu tangannya, membungkuk, dan menyeka keringat di dahi istrinya itu. Ajaibnya, alis wanita itu, yang sedari tadi mengerut perlahan-lahan mulai hilang kerutannya.

Setelah beberapa detik Billy Li dibuatnya tertegun, sambil memegang tangan kiri Shia Tang, ia menunduk di telinganya, kemudian berbisik, "Bagus, lepaskan..."

Kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Billy Li. Tangan kecil yang sedari awal tidak mau melepaskan genggamannya, secara ajaib mulai melepaskan genggaman itu. Melihat tangan Shia Tang yang mulai terbuka dan melihat benda yang selama ini tersembunyi, seumur hidupnya baru kali ini Billy Li tercengang dan merasa konyol.

Teringat kejadian kemarin di rumah kaca, ia ingat tangan kiri istrinya seperti menggenggam sesuatu dan tidak pernah melepaskannya. Hanya saja tidak terpikirkan oleh Billy Li, benda yang digenggamnya adalah benda yang akan diberikan kepadanya, yaitu klip penjepit dasi yang kini telah ternodai oleh darah. Karena Shia Tang memegang terlalu lama dan terlalu bertenaga, telapak tangannya yang putih dan lembut, telah tergores tepi klip dasi itu.

Billy Li melihat dengan seksama klip dasi itu dalam waktu yang lama. Lalu, ia meminta perawat untuk datang membalut luka di telapak tangan istrinya. Setelah itu, dengan lembut Billy Li meletakkan kembali klip dasi itu ke telapak tangannya lagi. Seolah, Billy Li sedang memberi Shia Tang kesempatan untuk menyerahkannya sendiri kepadanya.

Dengan lembut Billy Li menutup tangan Shia Tang. Tiba-tiba, ujung jari yang halus itu bergerak perlahan. Billy Li kaget dan menatap sepasang mata itu telah terbuka. Sebelum Billy Li mengerti tentang kejutan yang secara tiba-tiba menyerang hatinya, ia sudah lebih dulu terpana oleh mata wanita yang baru sadar itu.

"Sudah bangun?" Billy Li lalu bertanya dengan suara yang dingin...