webnovel

Suami Pungutan Mama

Warning 21+ penuh nafsu ops... yang di bawah umur harap menyingkir. ssssssst Khaibar. Seorang lelaki yang mencari rongsokan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan ibunya yang sakit-sakitan setelah ia ter-PHK dan sulit untuk mencari pekerjaan lagi. Ia bertemu dengan wanita paruh baya saat sedang mengais tempat sampah untuk mencari botol bekas. Wanita itu menatapinya sedari tadi lalu tersenyum ke arahnya. "Nak, sudikah kau menikah dengan anakku? Berapapun kau meminta uang akan aku kasih!" pinta wanita itu yang bernama Keysa. "Apa! Bagaimana bisa, Tante? Apa Tante sakit jiwa? Bahkan aku tak mengenalnya sedikitpun." Namun Khaibar terbelalak saat melihat gadis yang ada di belakang wanita itu. 'Dia benar-benar sangat cantik.' "Apa, Ma? Aku harus menikahi gembel itu? Ogah!" "Sudah diam! Dari pada kau membesarkan anakmu sendiri!" Apakah Khaibar akan setuju menerima tawaran itu? Apakah kepura-puraan pernikahannya bisa membuat Khaibar saling mencintai dengan gadis itu? Atau justru akan kandas seiring berjalannya waktu dengan surat kontraknya?

Uvieyy · Realistic
Not enough ratings
363 Chs

Perusahaan K3

Kendrick yang merasa ada yang mengikutinya, dia menoleh dengan cepat lalu menggelengkan kepalanya, karena ternyata yang mengikutinya adalah Khaibar. Tangannya dikibaskan agar Khaibar tak mengikuti lagi, ia tak mau Khaibar mengikutinya, karena lelaki itu sangat crewet, bisa-bisa dia akan bertanya lagi kalau Khaibar berada bersamanya.

Khaibar mengangguk mengerti, dia pun pergi meninggalkan papa Kendrick. Dalam langkah kakinya, Khaibar menengok ke sana ke mari, ia benar-benar tak tahu di mana ruangan asisten yang dimaksud mertuanya, katanya Khaibar dijadikan asisten kalau berhasil mensukseskan presentasi, masak asisten begini pekerjaannya hanya mengikuti mertuanya saja, karena sebelum Khaibar meeting. Ia menunggu di ruangan Kendrick, jadi Khaibar sekarang memutuskan menunggu di pos satpam saja, dari pada galau masih tak tahu apa-apa, mungkin lebih baik dia di sini, aman, tak ada yang menemukannya bahkan menggosipkannya, begitu kan yang diinginkan mertuanya, dengan begitu dia tak melakukan kesalahan apapun lagi yang merugikan papa Kendrick beserta perusahaannya.

Satpam yang ada di situ dan tak mengenal Khaibar siapa dia hanya mengernyit dan lalu menyapa seraya menegur Khaibar. "Kamu siapa ada di sini?" Satpam semakin mendekat ke arah Khaibar dengan membawa tongkat besi yang ia bawa. Khaibar hanya tersenyum dipaksakan, wajahnya menggambarkan arti kebingungan mau menjawab apa, mau menjawab menantu papa Kendrick takutnya satpam itu tak percaya dan papa Kendrick juga murka, jadi serba salah berada di posisi Khaibar.

Khaibar pun memutuskan untuk menjawab asal saja. "Aku? Siapa aku? Aku adalah— aku adalah karyawan baru, Pak," ucap Khaibar dengan terbata karena terus berpikir jawaban yang tepat.

Satpam hanya mengangguk-angguk. Dia pun bertanya kembali. Pertanyaannya belum lengkap sama sekali, jadi bertanya mencicil saja untuk berbasa-basi terlebih dahulu, karena satpam itu tak ada kerjaan, jadi kesepian. Sebenarnya satpam itu ramah, hanya saja kalau mengenal orang baru dia agak ketus untuk menilai apa orang baru itu jahat atau baik dan berulah. Begitu peraturan yang ia buat dan Kendrick selaku atasan menyetujui ide satpam itu.

"Apa kamu tersesat, Pak?" Pak satpam sudah mulai mengakrabkan diri dengan Khaibar. Khaibar menjadi senang disegani seperti itu dan mendapat teman baru.

"Enggak, Pak, Pak Kendrick lagi sibuk, jadi aku disuruh menunggu di sini saja!" alasan Khaibar agar pak satpam tak membalas tentang pekerjaan lagi. Jadi setelah mendengar alasan itu pak satpam benar-benar tak berani membantah ucapan Khaibar, kalau dia terus bertanya, sama halnya meragukan ucapan Kendrick.

Dia hanya mengangguk-angguk dan tak bertanya lagi. Mengajak Khaibar untuk masuk ke posnya dan menawari Khaibar berbagai macam makanan. Khaibar yang sangat sopan, menghargai tawaran pak satpam yang bernama pak Badrun itu. Ia mencicipi makanan berupa gorengan yang ada di sana.

"Bapak di sini sendiri? Kenapa hanya sendiri? Enggak ada temannya? Lalu nama Bapak siapa?" brondong pertanyaan dari Khaibar. Pak Badrun yang semula melahap makanannya, langsung dicerna dengan cepat agar bisa membalas pertanyaan Khaibar dengan segera. Ia tertawa saat makan sudah tercerna dengan baik dan langsung menyesap kopinya sedikit, setelah puas nafasnya dihembuskan, barulah menjawab Khaibar.

"Nama Bapak Badrun, panggil saja Pak Run, semua karyawan di sini memanggil simple begitu, sebenarnya dulu Bapak ada temannya, tapi sekarang sudah sendiri karena teman Bapak itu dipecat. Dia mencuri dokumen penting dan diberikan kepada perusahaan lain, hingga perusahaan K3 ini hampir mengalami kebangkrutan, untung segera diketahui, jadi Bapak Kendrick langsung saja menendang dia tanpa uang pesangon, bahkan menghancurkannya," terang pak Badrun dengan wajah yang berkerut, dia sudah tak muda lagi, jadi wajahnya seperti itu, umurnya sudah sekitar 65 an.

"Perusahaan K3? Apa perusahaan ini namanya begitu?" Pak Badrun mengangguk. Khaibar yang tidak tahu tentang nama perusahaan itu dia langsung melirik ke arah papan nama yang terukir besar di seberang sana, dan benar namanya seperti itu dia tersenyum tipis, paham dengan arti nama itu.

Pak satpam yang ada tugas dipanggil oleh karyawan lain, untuk melihat keadaan sekitar, atas perintah Kendrick. Beliau langsung patuh dan berlarian tanpa berpamitan kepada Khaibar terlebih dahulu. Khaibar yang kini kesepian dia merogoh ponsel yang ada di kantongnya dan memainkan ponselnya untuk bermain game cacing kesukaannya.

Khaibar sangat serius memainkan game itu, hingga dia terjingkat melihat seseorang yang meneleponnya, yang ternyata telepon itu dari papa Kendrick. Seseorang yang sangat diseganinya. Dengan cepat Khaibar langsung menekan tombol hijaunya.

"Khai, kamu di mana?" tanya papa Kendrick di seberang sana. Suaranya terdengar jelas karena hanya berjarak beberapa meter saja dari Khaibar. Ruangan yang ditempati papa Kendrick itu sangat dekat dengan pos satpam yang ada Khaibar di dalamnya.

"Khaibar ada di pos satpam, Pa, Papa ada di mana? Apa membutuhkan Khaibar?" balas Khaibar bertanya kembali kepada Kendrick tanpa ketakutan lagi.

"Enggak, Papa hanya tanya saja, Papa sangat sibuk masih bersama orang penting tadi dan berada di cafe, menikmati kopi bersama, tugas kamu sudah selesai, kamu pulang saja! Besok saja ke kantor lagi, besok tugas sangat banyak," jelas papa Kendrick dengan tegas.

"Benarkah? Oke kalau begitu, Pa, siap laksanakan, terima kasih, assalamu'alaikum." Khaibar menutup teleponnya setelah Kendrick hanya membalasnya dengan berdehem saja.

"Jadi, aku pulang nih? Benar nih aku pulang? Pekerjaan macam apa ini, enak sekali, jam 10 sudah pulang, ya sudah deh patuh saja," gerutu Khaibar yang merasa aneh terus dengan sikap Kendrick. Dia lalu memasukkan ponselnya di kantong kembali dan berjalan ke arah jalan raya untuk mencari taksi.

Tiba-tiba seseorang menabrak Khaibar dengan keras, dengan membawa beberapa cup kopi, membuat baju Khaibar kotor dan kopi pun berserakan. "Ehhh kamu punya mata gak sih! Ya sudah kamu pergi sana!" Khaibar hanya melotot, dia tak habis pikir dengan seseorang yang menabraknya, tak meminta maaf malah nyolot seperti itu, seperti sangat tak suka kepada Khaibar, tapi apa boleh buat Khaibar hanya bisa bersabar. Tangannya mengusap bajunya yang kotor lalu pergi saja agar tak menjadi masalah. Ia hanya sesekali melirik ke arah lelaki paruh baya yang seumuran dengan mertuanya itu.

"Dasar aneh! Tapi ya sudahlah," ujar Khaibar dan pergi begitu saja, langkahnya dipercepat agar segera mendapatkan taksi.

Ternyata lelaki itu adalah adik dari Kendrick, pantas saja dia sangat sombong. Kakinya dilangkahkan ke arah Kendrick dan menarik bahu Kendrick yang ada di di sampingnya.

"Kenapa? Kenapa wajahmu terlihat kesal?" tanya Kendrick melihat wajah adiknya yang cemberut.

"Aku tadi bertabrakan sama seseorang, benar-benar menjengkelkan!" Adik Kendrick yang bernama Kendrian itu tak kenal siapa Khaibar, karena sewaktu itu dia tak datang ke pernikahan Kimberly jadi tak tahu apa-apa.

"Lalu kamu terluka? Enggak kan? Sudah jangan lebay! Duduk dan diam! Jangan membuat gaduh!" Kendrick selalu seperti itu, gak hanya kepada Khaibar saja, tapi mungkin memang wataknya tegas dan begitu.

"Ta—tapi, Kak, bukankah aku yang jadi asisten kamu? Tangan kepercayaan kamu? Kenapa sekarang anak baru itu, apa dia menyuapmu? Jangan begitulah, Kak, biar aku saja ya, ya!" rengek Kendrian. Malah dia bergelayut manja seperti anak kecil.

"Keputusanku sudah bulat, kamu jadi bawahan Khaibar saja! Sudah kalau kamu ikut berkumpul, duduk saja! Jangan membahas yang tidak ada di forum ini!" Mendengar itu Kendrian kesal, dia mengepalkan tangannya hingga urat nadinya terlihat kentara.

'Siaaaaal. Keparat!'