webnovel

Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar)

Karena tingkah memalukan sang adik yang lari tepat di hari pernikahannya, Daffa Eldaz terpaksa harus menggantikan posisi adiknya demi menyelamatkan nama baik keluarga Eldaz. Awalnya Almira menolak karena selain dia hanya mencintai Rian Eldaz, wanita itu juga sangat-sangat mengetahui bagaimana perangai seorang Daffa yang merupakan Casanova sejati. Tapi, desakan dari seluruh keluarga membuat Almira terpaksa harus menyetujuinya. Apalagi kepribadian keduanya yang sama-sama keras kepala sepertinya akan sangat sulit untuk bisa disatukan. Mereka tidak ada yang mau mengalah untuk satu sama lain. Keseharian mereka hanya di isi dengan keributan bak Tom and Jerry, tidak selayaknya pengantin baru yang masih dalam masa hangat-hangatnya. "Dengar, Almira! Aku menikahimu hanya karena ingin menyelamatkan nama baik keluargaku saja. Aku tidak mungkin tertarik pada wanita yang body nya datar kayak tembok macam kamu!" Celetuk Daffa dengan tatapan yang merendahkan pada Almira. "Heh, tuan Daffa Eldaz yang terhormat! Anda pikir saya sudi untuk anda jamah, begitu? Jangan terlalu percaya diri anda! Saya tidak biasa memakai barang bekas orang lain, bisa gatal-gatal nanti tubuh mulus saya ini." Serang balik Almira yang tidak terima Daffa merendahkannya. Akankah suatu saat mereka bisa akur hingga menjalani biduk rumah tangga seperti pasangan normal lainnya? Menerima pernikahan yang mengikat mereka sebagai sebuah takdir yang harus mereka terima dengan lapang dada. Ataukah mereka akan memilih menyerah karena watak keduanya yang sama-sama keras dan tidak bisa dapat disatukan?

Azka_Shakila_0714 · Urban
Not enough ratings
322 Chs

Pagi Pertama untuk Tom dan Jerry

Netra seorang gadis cantik tampak mengerjap, rasa haus memaksanya untuk kembali ke alam nyata. Akan tetapi, begitu netranya terbuka, pemandangan kamar asing yang kini menyapu penglihatannya.

jelas ini bukan kamarnya, karena dia hafal betul setiap sudut tempatnya beristirahat dari lelahnya aktivitas.

Almira kembali mengernyit ketika menyadari ada sebuah tangan kokoh yang nangkring di dadanya. Gadis itu menoleh ke samping, dan betapa terkejutnya dia melihat sosok si pelaku yang masih damai dalam tidurnya itu.

"Astaga! Apa yang kamu lakukan padaku, Daffa? Apa kamu sudah menodai aku? Apa kamu sudah gila, hah?" geram Almira yang kini sudah mendudukan diri dengan simut yang dia tarik untuk menutupi tubuhnya.

jangan lupakan jika kini jantungnya juga berdetak dengan begitu kencang, seolah-olah siap untuk melompat keluar.

"Hish, kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Apa kau tidak takut jika nanti pita suaramu itu akan terputus?" geram Daffa kesal karena tidurnya sudah diganggu oleh Almira.

"Heh, laki-laki kurang asem! berani-beraninya kamu tidur satu ranjang denganku terus dengan seenak jidat mu itu, kamu melecehkan aku!" bentak balik Almira dengan kekesalan level maksimal.

"Melecehkan apa? Aku tidak melakukan apapun padamu. Lagipula sampai kapanpun aku tidak akan pernah berminat pada tubuhmu itu! Hish, kau itu berisik sekali rupanya!" kesal Daffa menarik selimut yang Almira pakai untuk menutupi tubuhnya lalu bergelung dalam selimut itu dengan telinga yang ditutupi bantal.

Almira yang melihat kelakuan Daffa, tentu saja bertambah geram. Wanita itu kembali menarik selimut yang Daffa pakai untuk bersembunyi dan kembali menutupi tubuhnya.

"Hey, kenapa kau itu suka sekali merusuh? Biarkan aku tidur dengan tenang dan jangan mengajakku bertengkar pagi-pagi begini!" geram Daffa ingin sekali mencekik gadis yang kini satu ranjang dengannya itu.

Ah, kalau saja Daffa tidak mengingat kalau gadis itu adalah istri yang baru dia nikahi kemarin, sudah pasti Daffa akan melakukannya. Tapi sayang, Daffa tidak berminat menjadi duda di hari kedua pernikahannya.

"Tidurlah sana dengan tenang di alam kubur, agar kau tidak perlu repot-repot untuk bangun lagi!" sengit Almira yang sama kesalnya seperti Daffa.

Laki-laki itu yang sudah melecehkannya, tapi dia juga yang seakan bertindak seperti orang yang terganggu karena kehadiran Almira, benar-benar memuakan! Kalau saja tak ingat jika Daffa itu baru menjadi suaminya kemarin, sudah pasti Almira lebih memilih menyunat habis senjata Daffa agar tidak selalu bertindak tidak senonoh.

"Kau itu benar-benar spesies wanita yang paling menyebalkan yang pernah aku temui di seluruh penjuru dunia ini!" gerutu Daffa mengusap kasar wajahnya, mencoba untuk menetralkan rasa marah yang entah kenapa begitu menggebu-gebu di hatinya.

"Apa kau pikir kau juga bukan spesies laki-laki paling piktor (berpikiran kotor) di dunia ini? Ish ish ish.... Kalau saja ada ranking khusus untuk laki-laki seperti itu, pasti kau akan menjadi juaranya. laki-laki mana yang akan melecehkan istrinya sendiri tepat di hari kedua pernikahan mereka?" tuding Almira penuh amarah.

"Heh! Dari tadi kau mengatakan bahwa aku sudah melecehkan mu. Memang apa yang sudah aku lakukan? Jangan asal bicara yang akan membaut orang salah paham padaku, Almira!" kesal Daffa pada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya itu.

"Heh, kau tidur satu ranjang denganku saja itu sudah termasuk sebuah pelecehan! Apalagi tadi bahkan kau berani menempatkan tanganmu di dadaku!" sengit Almira berapi-api.

Tapi tak berselang lama gadis itu langsung menundukkan wajahnya. Dia benar-benar kesal sekaligus malu pada makhluk bernama Daffa ini di saat bersamaan.

Sedangkan Daffa yang mendengar perkataan Almira, langsung mematung. Benarkan dirinya memegang bulatan itu saat tadi tertidur? Tapi bagaimana bisa dia melakukan hal memalukan seperti itu pada istri yang tak tersentuh seperti Almira? Ah, harga dirinya benar-benar hancur saat ini.

"Ja-jangan ngarang kamu, Almira! Aku tidak mungkin berminat memegang dada mu yang rata itu! Mungkin sekarang kau sedang berhayal kalau aku akan melakukan hal seperti itu padamu, kan? jangan mimpi!" ucap Daffa begitu nyolot.

Terang saja Daffa tidak mungkin mengakui hal seperti itu karena itu akan merusak reputasi nya sebagai seorang pemain sejati.

Hal yang sangat mustahil bagi seorang Daffa untuk mencuri-curi kesempatan pada gadis yang menolaknya mentah-mentah. Apalagi selama ini, para gadis itulah yang selalu melempar tubuhnya untuk Daffa nikmati. Akan sangat konyol jika jika kini Daffa justru yang seolah mendamba pada setiap lekuk tubuh Almira.

Sedangkan Almira yang mendengar ucapan Daffa, langsung membulatkan matanya lebar-lebar. Benar-benar laki-laki pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan sepertinya si Daffa ini.

Almira langsung menyingkirkan selimut yang sedari tadi dia pakai untuk menutupi tubuh indahnya yang hanya berbalut lingerie seksi. Tentunya itu juga menampilkan keindahan segala yang tersembunyi dalam tubuhnya selama ini.

Tatapan gadis itu begitu tajam pada Daffa yang sepertinya kini kesulitan menelan ludahnya sendiri begitu melihat pemandangan indah di hadapannya.

"Heh, Daffa Eldaz! Apa kau lupa jika tadi tanganmu itu berada di sini dan tubuhmu yang merapat padaku?" tanya Almira penuh kekesalan sambil menempatkan tangan Daffa di bulatan kenyal miliknya.

"Kau jangan menjadi laki-laki munafik dengan tidak mengakui kesalahanmu dan tidak ingin meminta maaf, ya! Aku tidak akan pernah mau mengalah pada laki-laki kurang ajar seperti kamu!" lanjut Almira penuh kegeraman.

Sementara Daffa yang masih syok karena Almira menempatkan tangannya di tempat yang sedari tadi ingin sekali dia lahap, hanya terus berusaha menelan ludahnya dengan susah payah.

Bahkan perkataan sengit dari Almira seakan tidak masuk ke telinganya. Fokus Daffa saat ini hanyalah pada hasratnya yang tiba-tiba meningkat tak terkendali, hingga tanpa sadar Daffa meremas lembut beda kenyal itu dengan penuh damba.

Almira yang baru sadar apa yang dia lakukan saat Daffa sudah meremas melon menantang miliknya, langsung menepis jauh-jauh tangan durjana itu.

Gadis itu sama sekali tidak berminat harus menyajikan sajian lezat untuk laki-laki seperti Daffa.

Saat tangan laki-laki itu sudah terlepas, Almira segera bangkit dan turun dari ranjang. Tentu itu membuat bagian bawahnya yang hanya tertutup segitiga Bermuda langsung terekspos di hadapan Daffa.

"Dasar laki-laki piktor!" teriak Almira segera berlari menuju kamar mandi.

Brak....

Suara pintu yang ditutup dengan keras itu membuat Daffa tersadar. Tentu saja itu membuat Daffa mengeram prustasi apalagi karena hal tadi, jagoannya kini sudah bangun tanpa bisa di kendalikan.

"Kalau seperti ini, Bisa-bisa aku akan mati muda karena si Almira itu. Dia yang mancing-mancing, dia juga yang ngamuk-ngamuk enggak jelas. Harusnya aku yang murka sama tuh wanita spesies langka, karena ulahnya ular piton milikku jadi terbangun seperti ini. Dasar wanita maha benar! Mereka yang salah tapi kaum lelaki yang tetap harus menanggung kesialannya!" gerutu Daffa menatap iba pada makhluk yang bernama ular piton itu.