webnovel

Suka Melihatmu Cemburu

Editor: Wave Literature

Setelah pendeta Tao itu pergi, aku dengan emosi merobek semua jimat kuning yang ada di rumahku dan mengatakan kepada ayah kebenaran dari semuanya. Ia akhirnya mempercayaiku dan ikut merobek semua jimat kuning di rumah bersamaku.

Setelah semua jimat yang ada di rumahku habis, akhirnya aku menemukan gadis pertama yang dirasuki hantu bayi itu dari informasi pendeta Tao. Keesokan paginya, Bei Mingyan menemaniku untuk mengunjungi kedai kopi tempat gadis itu bekerja.

Setibanya di sana, aku duduk dan memesan secangkir kopi sendirian. Bei Mingyan mengatakan padaku bahwa ia adalah hantu dan tidak cocok untuk terlalu banyak berhubungan dengan manusia, jadi ia menungguku di luar kedai kopi itu. Setelah setengah jam aku mencoba untuk berbicara dengan gadis itu, aku tidak mendapatkan apapun. Ia tidak ingin mengingat kembali pengalaman mengerikan itu dan menolak untuk mengatakan apapun. 

Karena Bei Mingyan merasa aku tidak kunjung keluar, ia memutuskan untuk masuk ke kedai mencariku. Ia tidak berusaha untuk menyembunyikan dirinya. 

Alhasil, begitu gadis itu melihat Bei Mingyan masuk, wajahnya langsung bersemu merah dan matanya berbinar. Tanpa menunggu waktu lama, ia kemudian menceritakan kisahnya. Aku benar-benar tercengang melihatnya dan tidak tahu harus berkata apa. Jika Bei Mingyan masih tetap tampan dan berguna, sepertinya aku akan terus membawanya saat aku pergi untuk melakukan bisnis. 

Jadi, setengah tahun yang lalu, gadis itu pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter. Saat ia pergi ke toilet rumah sakit, ia menemukan seorang bayi yang ditinggalkan di sana. Ia benar-benar terkejut. Ia hampir akan memanggil seseorang, tetapi tiba-tiba ia mendengar suara gumaman dari belakang, "Jangan pergi!" 

Saat ia menoleh ke belakang, ia benar-benar merasa ketakutan. 

Ia melihat bayi yang seluruh tubuhnya berwarna biru sedang duduk di lantai, menggeliatkan tubuhnya sambil menggerogoti leher seorang gadis untuk dihisap darahnya. 

Ia berteriak dan berlari ke pintu, lalu bergegas menuju perawat yang sedang bertugas dan mengatakan apa yang terjadi di toilet. Hari itu, hanya ada satu perawat muda yang bertugas di stasiun perawat. Perawat itu tidak percaya padanya, tapi ia tetap mengikuti gadis itu ke toilet dengan curiga.

Sesampainya di sana, tidak ada seorang wanita pun yang sedang berdarah di toilet itu. Namun, bayi yang ditinggalkan itu benar-benar ada. Perawat sangat terkejut, jadi ia segera menyelidiki pernapasan bayi yang ditinggalkan itu. 

Saat perawat menyentuh hidung bayi itu, tiba-tiba mereka mendengar gumaman penuh amarah dari arah belakang, "Jangan menyentuh tubuhku!" 

"Siapa yang bicara?" Perawat dan gadis itu begitu ketakutan sehingga mereka saling berpandangan dan menoleh ke belakang bersama-sama.

Setelahnya, ingatan gadis itu menjadi kabur dan tidak jelas. Tanpa diduga hantu itu ternyata melekat padanya dan menempel pada tubuhnya. Kemudian, ia menemukan seorang pendeta Tao dan menghabiskan banyak uang untuk mengusir hantu itu untuk keluar dari tubuhnya. 

Dengan tinggal di tubuh manusia, bayi terlantar yang ditemukan di toilet rumah sakit sekarang sudah menjadi hantu bayi. Ia merasa marah karena ditinggalkan saat ia masih hidup sehingga saat ia sudah mati ia berubah menjadi hantu dan menyakiti orang-orang. 

Setelah mendengar ceritanya, tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku bergegas bangkit untuk mengucapkan terima kasih kepada gadis itu dan menyeret Bei Mingyan keluar dari kedai kopi itu. 

Tanpa diduga gadis itu mengejar kami. Dengan wajah bersemu merah dan senyum malu-malu, ia menghentikan Bei Mingyan, lalu memberikan sebuah catatan di tangannya dengan takut-takut, "Ini kontakku yang bisa dihubungi." 

Kemudian, dengan wajahnya yang masih memerah, ia berlari kembali ke toko tanpa menatapku.

Bahkan keberadaanku tidak dianggap sama sekali oleh gadis itu!

Aku sangat marah dan langsung mengambil catatan dari Bei Mingyan lalu melemparkannya ke tong sampah.

"Jangan pernah menampakkan diri lagi di depan orang." Aku tidak tahu dari mana datangnya perasaan tidak nyaman ini. 

Bei Mingyan yang melihat kemarahanku justru menggodaku dengan berkata, "Nona, apa kamu cemburu?" 

Wajahku langsung memerah. Tanpa menunggu waktu lama, aku berbalik dan mengambil langkah cepat, "Tidak. Jangan katakan apapun lagi." 

Ia lalu menangkapku dan melingkarkan tangannya di bahuku. Bibirnya yang tipis dan dingin menempel di telingaku dan berbisik, "Aku suka melihatmu cemburu." 

Aku semakin malu, tapi ada sedikit kegembiraan yang tiba-tiba muncul di hatiku. Ia menggenggam tanganku dan membawaku untuk berjalan disisinya.

Kami berjalan bersama menuju rumah sakit sesuai dengan petunjuk dari gadis itu. Tanpa perlu menghabiskan banyak waktu, aku bisa menemukan informasi pribadi tentang bayi terlantar yang ditemukan di toilet wanita setengah tahun lalu. 

Bayi itu adalah bayi perempuan. Ketika mayatnya ditemukan, umurnya belum ada 1 minggu. Hanya beberapa hari setelah kelahirannya, ia meninggal. Sangat menyedihkan.

Rumah sakit memeriksa data-data itu dan mendapati bahwa bayi perempuan itu lahir di rumah sakit ini. Informasi orang tua dari bayi perempuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan. Ketika jasad bayi itu ditemukan, pasangan itu sudah melalui prosedur pemulangan dan kembali ke rumah.

Beberapa petugas rumah sakit segera pergi untuk menemukan pasangan itu di rumah mereka. Mereka adalah pasangan muda dan bayi perempuan itu adalah anak ketiga mereka. Pasangan itu mengatakan bahwa bayi perempuan mereka tiba-tiba menghilang beberapa hari setelah meninggalkan rumah sakit. Akhirnya pihak rumah sakit menginformasikan kepada orang tua bayi tersebut, bahwa bayi perempuan mereka ditemukan di toilet rumah sakit dalam keadaan meninggal dunia. 

Setelah mendengar kabar tersebut, pasangan itu menangis dan segera melapor ke polisi. Setelah investigasi polisi yang cukup lama, mereka tetap tidak mengetahui siapa yang mencuri bayi perempuan itu dan bagaimana ia meninggal. Pada akhirnya kejadian itu hanya dianggap sebagai sebuah kecelakaan. 

Insiden ini membuat keributan besar di rumah sakit. Sejak saat itu, pihak rumah sakit akhirnya membuat penjagaan yang semakin ketat untuk bayi yang baru lahir karena mereka takut akan terjadi kejadian hal yang serupa. 

Aku dan Bei Mingyan akhirnya menemukan tempat tinggal pasangan muda itu sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Rumah sewaan mereka berada di ruang bawah tanah yang sudah bobrok, gelap, dan lembab dengan kecoak dan tikus berkeliaran di sekitarnya. Aku merasa sangat tidak nyaman ketika memasuki koridor itu.

Setelah sampai di depan pintu, aku mencoba memanggil pemilik rumah. Saat itu sang istri yang membuka pintu. Ia sangat muda, bahkan terlihat lebih muda dariku. Sulit membayangkan bahwa ia adalah seorang ibu yang telah memiliki tiga orang anak. 

Begitu ia melihat dua orang asing yang datang, ia dengan segera menutup pintu dengan waspada, tetapi dengan cepat aku menghalanginya dengan tanganku. 

"Maaf mengganggu waktu Anda, kami adalah staf rumah sakit Jiangcheng." Aku mencoba memperkenalkan diri." Mendengar penuturanku, ia menggerakkan alisnya. Lalu aku melanjutkan, "Ada petunjuk baru mengenai anak Anda." 

Begitu wanita itu mendengar kabar ini, bibirnya mulai bergerak dan matanya terlihat berbinar. Aku pikir akhirnya aku mendapat persetujuan tetapi dengan tiba-tiba ia menutup pintu keras-keras.

"Nona? Ada apa?" Aku tidak tahu mengapa aku berdiri di depan pintu dan memandang ke arah Bei Mingyan seolah meminta bantuan.

Ia tersenyum padaku dengan tenang lalu menutupi tangannya ke dinding dan tiba-tiba muncul gerbang pusaran hitam di dinding itu. Ia melangkah, berdiri di gerbang dan dengan lembut mengulurkan tangan padaku, "Ke sini."

Aku melangkahkan kakiku dengan takut-takut. Bei Mingyan hanya melihatku sambil tersenyum lalu menarikku ke dalam pelukannya, "Ada apa? Begitu curiga dengan suamimu?" 

"Tidak." Aku segera melepaskan diri dari pelukannya. Ini bukan saatnya untuk membahas tentang hubungan kami.

Dengan bantuan Bei Mingyan, aku bisa menyelinap ke rumah pasangan itu melalui gerbang pusaran di dinding dan menyembunyikan wujud kami agar tidak terlihat.

Menurutku rumah itu tidak bisa disebut rumah. Sebuah ruangan kurang dari 10 meter persegi dengan kabel tua menempel dan melingkar di bagian atas dinding. Aku merasa bisa terjadi kebocoran listrik kapan saja. Ada kotak sisa mie instan dan kotak susu bekas di tanah. Tumpukan pakaian kotor menumpuk di sudut ruangan dan tidak ada yang membereskannya. Tempat ini seperti milik orang yang pemalas yang hanya tinggal seorang diri. 

Setelah aku melihat sekeliling, ada satu hal yang sangat janggal. Aku tidak menemukan dua anak lain dari pasangan itu. Tempat ini juga sangat tidak layak jika ditinggali oleh dua orang anak. 

Dari waktu ke waktu, terdengar suara yang berisik seseorang yang sedang asyik bermain game datang dari kamar sebelah. Pemuda itu bermain dengan memberikan sumpah serapah penuh semangat. Itu adalah ruang penyimpanan kecil, di dalamnya terdapat sebuah komputer yang digunakannya untuk bermain game. Ruangan itu penuh dengan asap dan baunya sangat tidak sedap.