32 MASIH PANAS

Zanna masih menengadahkan tangannya meminta kunci pintu tapi Kenan tetap menolak dan diam saja.

"Buka pintunya sekarang atau aku akan membencimu seumur hidupku!" Kenan tercengang mendengar ancaman Zanna. Zanna tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Sayang, please!"

"Sekarang atau aku benar-benar melenyapkan mu dalam hidupku!" Kenan menghembuskan nafasnya, pasrah. Dia berjalan perlahan dan membuka pintu.

"Bisakah kita pergi makan siang nanti?" Mata Kenan terlihat memelas kepada Zanna tapi Zanna tetap pada pendiriannya.

"Ma'af, aku sudah ada janji."

"Nanti malam?" Zanna kembali menggelengkan kepalanya. Zanna tidak ingin bersama dengan Kenan untuk saat ini bukan karena dia sudah ada janji.

"Aku juga sudah ada janji nanti malam."

"Setidaknya beritahu aku dimana kamu tinggal saat ini. Atau kamu pulang, Sayang. Biar aku tidak cemas memikirkan keadaanmu di luaran sana,"

"Pulang kemana? Dan apa maksud kamu dengan di luaran sana? Kamu lihat! Aku baik-baik saja sekarang tanpa kamu disisi ku. Dan untuk pulang, aku sedang mencari rumah baru karena rumah lamaku sudah hancur lebur!." Zanna membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar. Kenan hanya diam melihat Zanna yang berjalan menuju lift dengan tatapan nanar.

Bertepatan dengan lift yang terbuka, tampak wanita yang sangat cantik keluar dari lift.

"Hai... " Sapa Laura saat melihat Zanna.

"Hai, kita pernah bertemu?" Tanya Zanna yang memang lupa dengan wanita di depannya itu.

"Kita pernah bertemu saat di Jepang. Restoran saat breakfast." Zanna berusaha mengingat, yang Zanna tahu wanita yang didepannya ini adalah wanita yang pernah duduk dipangkuan pria yang masih berstatus suaminya.

"Oh iya, aku baru ingat. Ma'af soalnya aku langsung kembali."

"Kamu kerja disini?" Tanya Laura. Zanna melihat kebelakang, di sana terlihat wajah Kenan yang khawatir, entah apa yang dikhawatirkan pria itu. Apakah pria itu takut jika kedoknya sebagai pria beristri akan terbongkar di depan selingkuhannya?

"Hai!"

"Oh maaf, iya aku kerja di sini. Kamu sendiri?"

"Dia tunangan ku yang pernah aku ceritakan dulu." Laura menunjuk Kenan yang ada dibelakang Zanna saat ini.

"Tunangan?" Zanna merasa kebingungan. Di sini yang menjadi orang ketiga siapa? Dia atau wanita cantik yang berdiri di depannya?

Zanna melihat ke arah Kenan yang menatapnya dengan tatapan seolah mengatakan jangan percaya dengan apa yang dikatakan Laura, Kenan menatapnya seperti memohon akan sesuatu. Apakah Zanna harus diam saja? Jangan harap!

Zanna melihat ke arah Laura yang masih tersenyum kepadanya.

"Ma'af aku permisi dulu. Masih ada pekerjaan yang belum dikerjakan."

"Oke, oh iya nama kamu siapa? Aku lupa." Laura mencekal tangan Zanna yang akan melewatinya.

"Zanna." Jawab Zanna lirih.

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Sambil merayakan pertemuan kita." Ajak Laura. Zanna sudah kehilangan kesabaran. Emosi yang dari tadi dia tahan ingin meledak. Tangisnya juga sudah tidak bisa dia tahan lagi.

"Ma'af, aku sudah ada janji. Mungkin lain kali." Jawab Zanna tanpa melihat ke arah Laura dan bertepatan dengan lift yang kembali terbuka, Zanna segera masuk ke dalam lift.

"Kenapa dia? Sepertinya sedang ada masalah." Tanya Laura kepada Kenan saat pria itu tepat berada di belakangnya.

"Apa yang kamu bicarakan?" Tanya Kenan dingin.

"Tidak ada, hanya saat dia bilang aku sedang ada urusan apa, ya aku katakan kalau aku mau bertemu dengan tunangan ku. Sudah itu saja." Jawaban enteng dari Laura membuat Kenan langsung melihat kearah Laura.

"Apa kamu bilang?!"

"Ya aku bilang kalau aku mau bertemu dengan tunangan ku. Atau dia kah yang menjadi istrimu itu? Jadi dia yang sudah merebut kamu dariku?"

"Brengsek!" Kenan mendorong Laura kesamping dan menekan tombol lift dengan cepat. Dia ingin segera menyusul Zanna.

"Ada apa? Aku salah? Aku yang akan menang Kenan!

"Terserah! Silahkan lakukan apapun yang kamu tapi ingat, satu ujung rambut kamu menyakiti dia, kamu langsung berhadapan denganku!" Kenan sedikit berteriak kepada Laura saat wanita itu bertanya dengan santainya.

"Aku tidak peduli, aku akan melenyapkan wanita itu karena kamu masih tunangan ku!"

"Mantan Laura! Kita sudah tidak ada hubungan lagi!"

"Siapa bilang? Kamu mau citra kamu di dunia bisnis hancur? Semua kunci kamu aku yang pegang Kenan!"

"Terserah apa mau mu! Silahkan melakukan apapun yang mau kamu lakukan! Tapi ingat! Aku juga bisa melakukan hal yang lebih kejam lagi kepadamu dan ayahmu!"

Kenan masuk ke dalam lift dan segera menekan tombol agar pintu segera tertutup. Laura tercengang, ancaman yang biasa dia gunakan untuk Kenan tidak mempan. Pria itu mengejar wanita lain di depannya.

***

Zanna yang seharusnya kembali ke tempat dimana dia bekerja malah memilih duduk di tangga darurat yang ada di gedung perusahaan itu.

"Kenapa harus seperti ini? Kalau memang dia sudah mempunyai tunangan, kenapa dia menikah  denganku?

Zanna menangis tersedu-sedu sampai dadanya terasa sakit. Sambil mengomel dia memukul dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa aku harus merasakan sakit untuk yang kedua kalinya?"

"Tidak bisakah aku benar-benar mendapatkan cinta yang tulus? Dosaku apa ya Tuhan? Kenapa kau menghukum ku seberat ini?"

Tangis Zanna semakin keras. Air matanya seakan tidak mau berhenti dan terus menerus mengalir.

Kenan yang sudah dilantai ruangan Zanna kembali kebingungan. Zanna tidak terlihat di manapun, bahkan saat teman-teman Zanna mengatakan tidak tahu dimana Zanna berada saat ini, membuatnya semakin khawatir.

"Angkat dong, Sayang. Kamu ada dimana?" Kenan bertanya kepada dirinya sendiri saat dia berusaha menghubungi ponsel Zanan. Zanna sama sekali tidak menjawab panggilannya.

Kenan memutuskan mencari Zanna di luar. Kenan berpikir Zanna bisa saja lari pulang, dia masih bisa menyusul jika Zanna masih ada di lobby.

Mata Kenan menjelajahi seluruh lobby dan halaman kantor. Tidak terlihat Zanna sama sekali.

"Pak, tadi tidak ada karyawan perempuan yang keluar?"

"Maaf Pak, tidak ada karyawan yang keluar." Jawab satpam itu ketakutan. Melihat Kenan yang seperti itu membuat satpam yang bernama Hariyono itu takut, pasalnya dia baru saja meninggalkan pos jaga untuk pergi ke kamar mandi.

"Memangnya ada apa pak?"

"Ah, tidak apa-apa. Nanti kalau melihat wanita ini tolong dihentikan dan segera beritahu saya." Kenan menunjukkan foto Zanna kepada satpam.

"Oh, mbak Zanna? Baik Pak, nanti saya lapor jika saya melihat mbak Zanna."

Kenan mengangguk dan meninggalkan pos satpam. Kenan akan kembali mencari Zanna kembali di ruangannya.

Ponsel Kenan berdering, dengan cepat Kenan melihat layar ponselnya tetapi dia kecewa, yang memanggilnya bukan Zanna melainkan Laura.

"Tunggu aku di ruangan ku!" Perintah Kenan dengan dingin. Urusannya dengan Laura harus segera diselesaikan agar Zanna bisa secepat mungkin ada di dalam pelukannya kembali.

avataravatar
Next chapter