16 Sebuah Fakta Menyakitkan

Hari ini Kathriena tengah berdiam diri di depan rumah ibunya. Sudah lama ia tak berkunjung ke rumah ini semenjak Aryanti menjadi pembantu di rumah keluarga Vandenberg. Tapi hari ini, Aryanti yang mengajak Kathriena mengunjungi rumah lama mereka. Kathriena yang merasa heran dengan ajakkan sang ibu angkat hanya mampu menurutinya. Sudah lima belas menit berlalu, namun Aryanti masih belum mengeluarkan suara untuk memberikan alasan ia mengajak Kathriena ke rumah ini. Kathriena masih setia menunggu Aryanti yang terus diam. Semakin lama Kathriena semakin penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan Aryanti. Ia pun memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Ada apa, Ambu? Kenapa dari tadi Ambu terus diam? Padahal kan kita sudah sampai di rumah ini."

Aryanti yang semula menundukkan kepala, kini menengadah menatap anak angkatnya. Wanita itu menarik nafas lalu membuangnya perlahan.

"Beberapa hari yang lalu, kau sudah menjadi milik suamimu, Nak. Ambu pikir kau sudah sangat dewasa untuk mendengarkan hal ini. Seperti yang Ambu janjikan beberapa tahun yang lalu, Ambu akan menceritakan semua tentang Ibu kandungmu," jawab Aryanti, ia memandang Kathriena yang terkejut.

"Apa Ambu serius? Kathrien siap mendengarkannya, Mbu," kata Kathriena semangat. Mendengar Kathriena yang begitu antusias membuat Aryanti kembali terdiam cukup lama. Ada keraguan di dalam hatinya, namun apa yang ingin dibicarakan Aryanti kali ini adalah janjinya saat Kathriena berumur 13 tahun. Apapun yang ia janjikan harus ia tepati, begitulah pemikiran wanita itu.

"Tapi berjanjilah kau tak bertanya hingga Ambu selesai bercerita!" Kathriena hanya mengangguk mendengar permintaan Aryanti.

"Kau itu sebenarnya keturunan Netherlands, Kathrien. Ibumu adalah anak dari Letnan Jenderal Hindia-Belanda. Sophieke Veerle, dialah Ibu kandungmu. Maafkan Ambu yang menyembunyikan semua ini, Kathrien. Ambu tak mau kau tahu tentang hal ini karena Ambu takut semua warga di kampung ini membencimu. Mereka semua tak menyukai bangsa londo yang menjajah negeri ini, Kathrien. Mereka beranggapan jika bangsa londo itu adalah bangsa yang jahat. Namun Ambu tahu, tak semua bangsa Netherlands berkelakuan kejam. Masih ada segelintir bangsa Netherlands yang baik hati seperti Ibu kandungmu." Kathriena begitu terkejut dengan apa yang diucapkan sang ibu angkat. Ia tak menyangka jika selama ini Aryanti menyembunyikan semua hal penting yang seharusnya ia tahu sedari dulu. Ingin sekali ia memotong cerita Aryanti, namun ia sudah berjanji jika ia tak akan berbicara sebelum Aryanti menyelesaikan ceritanya.

"Entah kapan dan di mana Ibumu itu bisa bertemu dengan Ayahmu, Ambu hanya tahu jika Ayahmu adalah seorang jongos di rumah keluarga Veerle. Keluarga Veerle adalah keluargamu, Kathrien. Seharusnya nama belakangmu itu Veerle, bukan Widjaja. Tapi Ibumu memilih untuk menggunakan nama belakang Ayahmu. Saat itu Ibumu sangat membenci keluarganya sehingga ia tak ingin menggunakan nama itu. Keluarganya itu yang telah membunuh Ayahmu. Ambu tak akan menceritakan bagaimana Ayahmu mati. Ambu pun tak akan sanggup bila menceritakannya." Aryanti yang tengah bercerita mulai terisak. Sedari tadi, ia menahan air mata. Sebenarnya ia sangat tak ingin mengingat kembali kisah kelam itu. Namun bagaimanapun, ini adalah janjinya.

"Kenapa keluarga Veerle membunuh Ayahku?" tanya Kathriena penasaran. Ia sangat tidak sabar ingin menanyakan semua hal tentang keluarga aslinya.

"Ambu rasa Ambu akan mengakhiri cerita ini, kau tak usah bertanya lagi. Sebaiknya kita kembali ke rumah keluarga Vandenberg. Ambu sudah tidak sanggup untuk bercerita," ucap Aryanti yang kini sudah menangis. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Tidak, Ambu. Aku tidak bisa pergi jika Ambu masih menutupi semua rahasia yang Ambu pendam selama ini. Apa yang terjadi sebelum Ayahku terbunuh? Kenapa mereka membunuh Ayahku? Aku ingin tahu semuanya, Ambu. Aku akan siap mendengarkannya dan aku tak akan bertanya lagi. Tolonglah ceritakan semuanya, Ambu! Aku mohon!" pinta Kathriena sambil bersujud di kaki Aryanti yang sudah berdiri untuk pergi meninggalkan rumah mereka.

"Ambu tak sanggup untuk menceritakannya, Kathriena. Ambu juga takut kau akan menderita setelah mendengarnya," balas Aryanti sembari memegang kedua pundak Kathriena.

"Tak apa, Ambu. Aku sudah siap dengan segala risikonya," ucap Kathriena, ia kembali berdiri.

"Baiklah. Ayahmu telah melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan. Ia sudah membuat Ibumu melahirkanmu di luar pernikahan dan terlahirlah kau sebagai anak yang tak diinginkan. Ambu harap, kau bisa menahan rasa sakitmu hingga Ambu selesai menceritakan semua ini."

"Ibumu bilang jika dirinyalah yang menginginkan Ayahmu untuk menghamilinya, namun Ambu tak percaya. Tak mungkin Ibumu melakukan hal itu, dia wanita baik dan tak pernah melakukan hal-hal aneh. Namun semua kembali kepada Tuhan, hanya Dia-lah yang tahu segalanya. Karena hal itulah Opamu, Sebastiaan Veerle, membunuh Ayahmu. Setelah itu, Ibumu memutuskan untuk tinggal di rumah Ambu. Delapan bulan kemudian, kau dilahirkan di Batavia. Selama delapan bulan itu, tak ada satu pun dari keluarga Veerle yang menjenguk ataupun menanyakan keadaan Ibumu. Entah mereka tak peduli atau memang tak tahu tentang keberadaan Ibumu, mereka hanya diam. Bahkan Ambu pun sudah tak bekerja di rumah keluarga Veerle, Ambu mengikhlaskan diri Ambu untuk mengurus Ibumu."

"Setelah kau lahir, Omamu, Liesbeth Veerle datang ke rumah sakit dan menggendongmu. Ia bahagia saat itu, Ambu lah yang telah mengajaknya untuk bertemu denganmu. Mungkin kau tak ingat bagaimana wajah Omamu itu, tapi Ambu yakin kau mendengar suaranya. Tanpa Ambu duga, Opamu datang dan merebutmu dari tangan Omamu, lalu membawa tubuhmu keluar dari rumah sakit itu. Ibumu menyuruh Ambu untuk mengejarnya dan membawamu pergi dari kota."

"Maafkan Ambu, Kathriena!" Kathriena yang mendengar semua rahasia yang diucapkan Aryanti begitu terpukul dan teramat menyesakkan dadanya. Ia menangis sejadinya tanpa berkata-kata lagi. Aryanti hanya mampu memeluk Kathriena dan membiarkan Kathriena menangis di dalam pelukannya.

Kathriena tak menyangka jika dirinya dilahirkan sebagai anak yang tak diinginkan. Ia juga tak menyangka ibu kandung dan ayahnya telah melakukan "hal itu". Kathriena benar-benar merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Rasa sesak setelah mendengar apa yang terjadi sebelum ia dilahirkan terus membuat dirinya kesakitan. Kathriena sudah tak dapat berbuat apa-apa lagi, ia hanya menangis dan terus menangis. Nasi sudah menjadi bubur, apapun yang telah terjadi tak akan bisa kembali ataupun terulang lagi. Bagaimanapun Kathriena harus menerima takdirnya, terlahir dari keluarga Belanda yang tak diinginkan sang kakek. Ia tak boleh membenci orang tua kandungnya, karena tanpa mereka, ia tak akan ada di dunia ini. Kathriena juga tak boleh membenci Aryanti, karena wanita itu telah menyelamatkan nyawanya dari sang kakek, Sebastiaan Veerle. Lagi pula, Aryanti sudah membesarkan Kathriena, tentu saja banyak jasa dan pengorbanan yang telah dilakukan Aryanti untuk Kathriena. Kathriena harus menerima kehidupannya kini, ia harus bisa melupakan apa yang diceritakan Aryanti. Jika Kathriena ingin memperbaikinya, hal itu akan sia-sia saja. Apa yang diceritakan Aryanti hanyalah kisah masa lalu yang tak bisa ditembus ataupun diperbaiki oleh Kathriena.

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.

avataravatar
Next chapter