webnovel

Stolen Voices

Anneth dan Deven dua orang yang mempunyai suara ajaib di saat mereka menginjak usia 13 tahun, nama mereka berdua melejit seperti pesawat yang terbang di angkasa tapi setinggi apapun mereka terbang, pesawat itu akan kembali mendarat... dimana mereka mendarat? ini kisah mereka 6 tahun kemudian saat mereka menginjak masa-masa kuliah, masa-masa pencarian jati diri, dimana persahabatan, cita-cita dan cinta melebur menjadi sebuah cerita klasik... apa yang terjadi dalam 6 tahun?, cerita Anneth berbeda dengan cerita Deven... seperti apa ceritanya? ini fiksi meskipun saya mendapatkan inspirasi dari ajang pencarian bakat di salah satu stasiun TV Nasional

Anna_M_Wang · Celebrities
Not enough ratings
23 Chs

Friendzone

Ketika Deven sampai di tempat acara, suasananya kacau sekali...

Api berkobar di panggung apalagi angin bertiup kencang sampai asap mengepul membuat mata Deven perih sekali

Deven berteriak-teriak memanggil nama Anneth tapi sebetulnya itu tidak berguna karena selain disini ramai sekali, dimana-mana orang-orang berlari menjauh dari panggung tapi hati Deven terasa panas sepanas suasana saat ini saat tidak bisa melihat wajah Anneth

Deven merogoh saku jaketnya dan mencoba menelepon Anneth tapi tentu saja tidak diangkat.

Putus asa, sedih dan ketakutan bercampur aduk di dalam pikiran dan perasaan Deven melihat orang-orang di sekelilingnya berlari ke arah yang berlawanan

Deven tidak peduli orang-orang yang menyuruhnya menjauh dari panggung, ia malah berlari mendekati panggung

"Anda sebaiknya pergi dari sini" kata salah seorang pemandam kebakaran "berbahaya sekali disini"

"Teman saya penyanyi disana pak, saya harus kesana" kata Deven dengan suara bergetar

"Semua orang sudah dievakuasi" kata orang itu "sudah tidak ada orang di panggung ataupun di backstage"

"Tapi pak saya harus kesana, saya mau memastikan kalau tidak orang disana kalau sampai teman saya ada disana... saya"

Tiba-tiba ada yang menarik kedua lengan Deven dengan paksa, Deven menoleh ternyata 2 orang petugas pemadam kebakaran juga

"Anda harus menjauh, disini berbahaya"

"Tapi teman saya masih disana pak" kata Deven berusaha memberontak sekuat tenaga dengan suara bergetar

Tapi kedua pemadam kebakaran itu kuat sekali sehingga Deven tak kuasa melawan dan ia sudah sangat putus asa memikirkan Anneth, harusnya tadi dia ikut Anneth ke backstage dan ketika iasudah jauh dari panggung

Kedua pemadam kebakaran itu melepaskan lengan Deven

Deven sudah akan berlari kembali ke arah panggung ketika

"Devennn!!!"

Deg...

Deven menoleh ke belakang, hatinya seperti keluar dari rongganya ketika melihat Anneth berdiri di sudut pepohonan, wajah Anneth terlihat agak hitam karena debu dan kepulan asap dan bajunya juga kotor tapi setidaknya ia utuh dan baik-baik saja

Tanpa peduli berapa banyak mata yang menatap mereka atau betapa kacaunya suasana disana, Deven berlari ke arah Anneth dan memeluk Anneth... erat sekali

Deven tidak bisa kehilangan Anneth, ia pernah kehilangan Anneth sekali di dalam hidupnya dan tidak bisa membayangkan kehilangan Anneth sekali lagi

Anneth'pun juga balik memeluk Deven, ia tadi sangat ketakutan sekali dan di dalam pikirannya hanya ada satu gambaran wajah... wajah lelaki yang memeluknya saat ini, ia belum sempat mengatakan pada Deven betapa menyesalnya ia pernah meninggalkan Deven dan ia tidak rela jika sampai di akhir hidupnya ia tidak bisa melihat wajah Deven lagi

Dengan perasaan berat Deven melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Anneth

"Lo gak apa-apa Neth?" tanya Deven dengan suara bergetar

Anneth menggelengkan kepalanya tidak bisa berkata apa-apa menahan tangisannya supaya tidak meledak meskipun matanya terlihat berkaca-kaca digenangi air mata

Deven kembali memeluk Anneth "aduh Neth, gue takut banget tadi... gue takut lo kenapa-napa, kalau lo sampe luka atau..." Deven tidak dapat meneruskan kata-katanya "gue gak tau gue harus gimana lagi"

"Gue gak apa-apa Dev" kata Anneth berusaha menenangkan Deven

Deven melepaskan pelukannya "ayooo kita pulang sekarang Neth, bahaya disini"

"Gue mesti tanya kak Rifan dulu" kata Anneth

"Panggungnya kebakaran Neth, masa iya lo masih mau nyanyi sih?" tanya Deven emosi

"Iya Dev tapi gue harus tanggung jawab dong, sebentar gue tanya kak Rifan dulu, gue boleh pulang atau enggak" kata Anneth

"Gue ikut lo" kata Deven

Deven memegang tangan Anneth dengan erat selama mereka berjalan, Deven tidak akan melepaskan tangan itu apapun yang terjadi, Deven masih merasakan tangan Anneth masih gemetar dan wajahnya yang diliputi ketakutan

Rifan ternyata masih sibuk bicara dengan orang-orang disana

"Kak Rifan" panggil Anneth

Rifan menoleh ke arah Anneth lalu mengangguk dan seperti menyudahi bicara dengan orang disana dan berjalan ke arah Anneth

"Kak, Anneth boleh pulang?" tanya Anneth

"Iya kakak rasa begitu" kata Rifan "kamu gak mungkin nyanyi, panggungnya hancur begitu... tapi kakak disini masih urus masalah duit sama kontrak kamu, gak bisa anter"

"Saya yang anterin kak" kata Deven

Rifan akhirnya menyadari Deven ada di samping Anneth "ooohhh hallo Dev, ya udah deh kalau gitu kalau Anneth ada yang anterin"

Anneth dan Deven pamit kepada kak Rifan sementara masih bergandengan tangan, Deven mengiring Anneth ke tempat motornya ia parkir sambil sesekali menatap wajah Anneth, memastikan Anneth memang ada disana

Di sampingnya.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Anneth dan biasanya Deven bakalan langsung pergi kalau sudah memastikan Anneth masuk ke dalam rumah tapi hari ini Deven mau memastikan Anneth masuk ke dalam kamar sampai tidur

"Gue temenin lo masuk rumah Neth" kata Deven

Anneth mengangguk dan memang ingin sekali ditemani Deven

Ketika Anneth membuka pintu rumahnya, maminya langsung histeris dan memeluk Anneth

"Mami lihat berita di TV sampe jantung mami mau copot Neth mana kamu sama Rifan sama-sama gak bisa ditelepon" kata mami Anneth

Anneth melepaskan pelukannya "maaf mami, tadi karena sibuk mau kabur... tas Anneth, Anneth tinggal di tempat make up jadi Anneth gak tau mami telepon, hape Anneth ada di dalam tas"

"Selain hape kamu kehilangan uang juga dong?" tanya maminya

"Uang di dompet Anneth cuma ada 300 ribu kok mi, gak apa-apa tapi atm dan kartu kredit Anneth sama KTP-SIM" kata Anneth

"Besok mami urusin Neth, kamu lebih baik sekarang mandi lihat muka kamu sampe begitu" kata maminya

"Iya" lalu Anneth menoleh ke Deven

"Gue tunggu disini Neth" kata Deven

Maminya juga baru menyadari ada Deven disini dan histeris lagi "ya ampun nak Devennnnn"

Deven sampe kaget "hallo tante"

Mami Anneth juga langsung memeluk Deven dan ketika melepaskannya menatap Deven dari ujung kaki sampe ujung rambut

"Aduhhh sekarang ganteng banget kamu Deven" kata mami Anneth

"Terima kasih tante" balas Deven tersenyum

"Sejak kapan di Jakarta?, kok tante gak pernah denger Anneth cerita kalau kamu di Jakarta?" tanya mami Anneth

Deven-pun berbicara dengan mami Anneth sementara matanya menatap Anneth dan tatapan itu seakan menyuruh Anneth untuk pergi dan Anneth-pun berjalan ke kamarnya, mengambil handuk dan baju lalu mandi.

Selesai mandi, Anneth keluar dari kamarnya dan mencari Deven karena Deven gak ada di ruang tamu dan ternyata ia sudah duduk di ruang makan dan diapit oleh maminya juga adiknya sementara papanya duduk di sebelah maminya

Semua keluarga nya terlihat bertanya-tanya pada Deven bahkan keluarganya tidak sadar Anneth ikut duduk di meja makan

Anneth jadi ingat dulu waktu live di IG dengan Deven begitu maminya dan adiknya ikut live, Anneth langsung dikacangi karena semua sibuk bertanya kabar Deven.

Anneth-pun tersenyum mengingat kejadian itu dan meskipun tidak bertanya-tanya pada Deven tapi berkat keluarganya Anneth jadi tau kehidupan Deven selama 4 tahun tanpa kabar padanya, ia tinggal di Lombok, sekolahnya pun terus rangking sehingga akhirnya ia diterima masuk kedokteran tapi Deven sama sekali gak menyinggung masalah ia masuk di tahun yang sama dengan Joa dan Charisa kepada keluarga Anneth dan sebetulnya itulah yang membuat Anneth penasaran.

Selesai makan Deven yang memastikan Anneth sudah baik-baik saja pamit pulang kepada seluruh keluarga Anneth

"Anneth anterin Deven keluar mi" kata Anneth

"Iya, ati-ati ya Deven nyetir motornya" kata mami Anneth

"Iya tante" kata Deven sambil melambaikan tangan

Deven dan Anneth keluar dari rumah dan Deven langsung menghela nafas lega

"Sorry ya, mami gue histeris banget" kata Anneth

Deven menoleh ke arah Anneth "gak apa, wajar lah kalau mami lo mau tau kabar gue, gimanapun khan kita dulu deket... gue juga sering ke Manado"

Anneth tersenyum

"Lo yakin udah gak apa-apa Neth?" tanya Deven

Anneth menggelengkan kepalanya "gak apa Dev and by the way thanks ya udah dianterin pulang sama ditolongin tadi"

Deven mengangguk sambil naik ke sepeda motornya "iya, itu khan gunanya temen... saling menolong"

"Temen ya" kata Anneth mengulang kata Deven dan entah mengapa merasa tidak senang

"Iya khan" kata Deven dengan alis terangkat menatap Anneth

Anneth mengangguk sambil menunduk menyembunyikan wajahnya

"Ya udah kalau gitu, lo masuk ke rumah dulu Neth" kata Deven

Anneth menatap Deven "iya, ya udah... sampe besok ya Dev" Anneth melambaikan tangannya

"Sampai besok" kata Deven juga melambai

Dan setelah Anneth masuk ke dalam rumahnya

Deven langsung memegang lehernya dan batuk-batuk... ia memejamkan matanya, besok ia harus ke rumah sakit untuk periksa lagi.