"Perpeksonis," Nana belum bisa mengatakan beberapa istilah dengan sempurna, "bukan begitu caranya, Kak."
Stella yang mendengar itu bingung, apakah dia harus tertawa atau dia harus bersedih. Dia setuju dengan adiknya bahwa meskipun ayah mereka perfeksionis, tidak seharusnya Pak Beni keterlaluan begini. Akan tetapi mendengar Nana yang salah bicara seperti ini entah kenapa membuat Stella tidak bisa menahan tawa.
Gadis itu mengulum bibirnya sendiri, sampai membuatnya seperti sedang menahan sesuatu. Sebenarnya dia sedang menahan tawa karena dia tidak mau terkesan menertawakan adiknya saat ini. Tapi akhirnya tawa itu sedikit lolos meskipun tidak terlalu parah.
"Kak Caca kenapa ketawa? Ada yang lucu ya?" tanya Nana dengan polos, melihat kakaknya hanya menggelengkan kepala.
"Tidak kok, Na. Kakak hanya bangga saja sama kamu karena kamu masih kecil tapi sangat perhatian sama Kakak."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com