webnovel

Stay: 'Berjanjilah Untuk Selalu Menetap'

Susah ya kalo jadi pacar kakak kelas yang banyak penggemarnya. Itu lah yang tengah di rasakan oleh seorang gadis cantik bernama Lauren Mackenzie Chloe. Belum selesai ia di bully habis habisan, ia harus mendengar kabar buruk yang keluar dari mulut ayahnya. Ia harus berusaha keras untuk semuanya, ia harus meluruskan semua yang terjadi disini. "Kak aku capek sama semua penggemar kakak" "Terus lo maunya gimana?" "Kita putus aja ya kak?!"

Tasyavabicia · Teen
Not enough ratings
19 Chs

14. Papa

Seperti biasa, Lauren dan ketiga temannya berjalan berdampingan menuju ruang perpustakaan. Lauren mendudukkan tubuhnya di kursi perpustakaan yang berada di pojok ruangan.

"Aduh capek banget dari kelas ke perpus" keluh Bella yang membuat Freya mendelik kesal.

"Cuman lima menit doang Bell" kesal Freya yang hanya di balas gedikan bahu oleh Bella.

Di sisi lain Lauren tengah berkutat dengan bukunya, membaca novel kesayangannya yang selalu ia bawa kemanapun.

Melihat hal itu pun lantas Nayra mendengus kasar dan mengguncang pelan tubuh Lauren yang membuat si empu sedikit terganggu.

"Lo enggak bosen bacain buku tah Lau?!" Keluh Nayra yang membuat Lauren meliriknya sekilas.

"Kalo kalian mau ke kantin enggak papa. Gue masih mau disini" ujar Lauren yang membuat ketiganya mendengus.

"Terus ninggalin lo sendiri di perpustakaan?!" Sarkas Freya.

Lauren yang mendengarnya pun menatap Freya kesal, "Kalian kan bosen, daripada nungguin gue mending ke kantin"

Bella menggeleng kuat, "Enggak bisa gitu dong Lau. Kita kan kesini sama sama jadi pulang juga sama sama"

"Terserah deh" pasrah Lauren kembali fokus 0ada bukunya.

"Lagian kalo kita ninggalin lo sendiri yang ada kakak kelas yang bedaknya tebel itu pasti bakal labrak lo lagi" kesal Nayra yang membuat keduanya tertawa.

Sedangkan Lauren pun menghela nafasnya pelan dan melirik Nayra sebentar.

"Namanya Angel Nay" ralat Lauren yang malah membuat Nayra menggedikkan bahunya tak mau tahu.

Baru saja keempatnya sibuk dengan kegiatan masing masing, tiba tiba seseorang sedikit menggebrak meja mereka yang mmebuat keempatnya mendongak ke atas.

Freya tampak jengah menatap orang yang baru saja menggebrak meja mereka. Freya berdiri yang membuat ketiganya ikut berdiri.

"Baru juga diomongin" gumam Nayra tak suka.

Mendengar hal itu Angel memiringkan senyumnya.

"Ngomongin gue? Wajar sih gue kan terkenal" ujarnya memuji diri sendiri.

"Iya terkenal karena muka lo yang ketebelan bedak" ledek Bella yang membuat Angel menatapnya tajam.

"Dasar adek kelas enggak tau sopan santun" gertak Bintang yang membuat ketiganya terkekeh pelan.

"Enggak ada kerjaan sampe capek capek kesini buat ketemu kita?!" Ledek Nayra yang membuat Ana geram.

"Heh mulut lo jaga ya!" Bentak Ana yang membuat orang orang diruangan itu menatap mereka dengan bingung.

"Tolong ini perpustakaan jangan ribut" tegur sang penjaga perpustakaan yang membuat mereka semua mengangguk.

"See? Kalo enggak ada kepentingan silahkan keluar" ujar Freya yang masih di hiraukan oleh ketiganya.

Melihat hal itu lantas Lauren tersenyum remeh dan menatap Angel dengan menantang.

"Enggak tau jalannya? Mau ditunjukin? Tuh tinggal lurus aja terus belok kiri, bika pintunya terus enyah" ledek Lauren yang membuat Angel membelalakkan matanya tak percaya.

"Gue kesini mau ngomong sama lo" ujar Angel dengan sinis.

"Gue sibuk" balas Lauren acuh.

"Gue mau lo putusin Daren. Daren itu harusnya sama gue bukan sama lo! Kalo lo enggak putusin Daren gue jamin lo menderita disekolah ini" ancam Angel yang membuat Lauren menatapnya dengan kekehan kecilnya.

"Lo ngancem gue? Enggak salah tuh, kakak kelas ngancem adek kelasnya" ledek Lauren.

"Lagian jangan kebanyakan mimpi Kak, masih siang loh ini" ledek Nayra yang membuat ketiganya menatap Nayra dengan tatapan tajam.

"Awas lo pada" gumam Angel berjalan menjauh dari keempatnya.

Merasa sudah pergi, Bella tertawa pelan dan menatap kagum Lauren yang sudah fokus pada novelnya.

"Tadi itu keren banget sih Lau" ujar Bella dengan ibu jarinya yang ia acungkan.

Mendengar penuturan dari Bella pun Freya mengangguk kuat.

"Enggak nyangka Lau lo jadi seberani ini" sambung Freya yang membuat Lauren terkekeh.

"Ini juga kan berkat kalian. Kalian itu sahabat gue yang paling berharga" ujar Lauren menatap ketiganya dengan senyum khasnya.

"Tapi emang harus digitu sih Lau, biar enggak keenakan anaknya" celetuk Nayra.

"Yaudah ke kelas aja yuk" ajak Lauren yang diangguki oleh ketiganya.

🌹🌹🌹

"Lo dari kemaren kemana sih Ren? Di telfon enggak diangkat" kesal Alvin yang membuat Daren menatapnya datar.

"Cewek gue bukan lo" ujar Daren yang membuat Alvin mendengus kesal.

"Terus lo enggak anggep gue sahabat gitu?!" Kesal Alvin.

"Ngapain Daren nganggep lo Vin," canda Leo yang membuat Alvin mendelik padanya.

"Gue liat muka lo sama Sam memar! Kalian duel?" Tanya Saga yang dihadiahkan gedikan bahu oleh Daren.

"Terus kenapa lo memar?" Tanya Sean.

"Masalah sepele" jawab Daren.

Mendengar hal itu pun Elan menjitak dahi Daren yang membuat sang empu meringis pelan dan menatap sang sahabat kesal.

"Sakit bego" umpat Daren yang membuat Elan terkekeh.

"Masalah sepela tapi enggak mau cerita" sinis Alex.

"Gue cerita juga lo enggak bakal mau denger" ujar Daren melirik Alex tajam.

"Yang dengerin kan enggak cuman gue doang Ren. Nih anak anak curut pada dengerin juga" ujar Alex menunjuk kearah kelima temannya.

"Gue meletusin juga kepala lo Lex" umpat Elan yang dihadiahkan kekehan oleh Alex.

"Woi nongki nongki yok di tempat biasa" ajak Sean yang membuat atensi keenamnya menatap Sean.

"Boleh tuh udah lama kagak nongki kita" ujar Saga menyetujui ucapan Sean.

"Gue anter Lauren dulu baru ke tempat biasa" ujar Daren berdiri dan berjalan menjauh dari keenam temannya.

Ia mendekati Lauren yang tengah berjalan bersama ketiga temannya. Ia menautkan jemarinya pada jemari Lauren dan menariknya menjauh dari ketiga temannya.

Tapi sebelum itu ia sedikit melirik ke aeah Bella yang juga sedang menatapnya.

"Gue pinjem Lauren" ujar Daren dan langsung membawa Lauren menuju parkiran.

"Mau kemana kak?" Tanya Lauren berusaha menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Daren.

"Gue anter pulang" ujar Daren memberikan helm itu dan Lauren dan memakai helmnya sendiri.

Ia menaiki motornya yang langsung diikuti oleh sang cewek. Keduanya sama sama diam selama perjalanan hingga tak terasa keduanya sudah sampai di depan rumah Lauren.

Dengan segera Lauren turun dari motor Daren dan memberikan helm itu pada Daren.

Daren menyeritkan dahinya saat masih melihat Lauren yang berdiri di dekatnya. Ia menatap Lauren aneh.

"Lo enggak masuk?" Tanya Daren yang membuat Lauren menggeleng.

Mendengar penuturan dari Lauren membuat Daren menautkan alisnya bingung. Ia memilih untuk diam agar cewek itu melanjutkan perkataannya.

"Aku nunggu kakak pulang dulu baru aku masuk" jelas sang cewek yang membuat Daren tertawa pelan.

"Lo masuk aja duluan, gue liatin" ujar Daren yang membuat Lauren menghela pelan dan mengangguk.

Baru saja ia akan berbalik, tiba tiba seseorang memanggilnya dengan suara tegas. Orang itu mendekat pada Lauren dan Daren.

"Papa?" Gumam Lauren saat David sudah berada di sampingnya.

"Kamu yang kemaren berantem di jalanan itu kan? Ngapain kamu anter anak saya pulang?!" Tanya David dengan suara beratnya.

"Saya Daren om pacarnya Lauren" ujar Daren dengan wajah datarnya.

"Saya enggak mau kamu berhubungan dengan anak saya. Lebih baik kamu pulang sekarang dan jangan pernah temui anak saya lagi" ancam sang ayah yang membuat Daren mengangkat alisnya sebelah.

Lauren yang mendengarnya pun menatap ke arah ayahnya dengan tatapan sendu. Ia menggenggam lengan David pelan.

"Papa" lirih Lauren yang di hiraukan oleh David.

"Pergi dari sini" ujar David mengusir Daren.

Sedangkan Daren mengangguk pelan dan sedikit melirik ke arah Lauren yang juga menatapnya. Ia mengangguk pelan dan tersenyum tipis mengisyaratkan bahwa dirinya tak apa.

"Saya pulang om" pamit Daren melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Di sisi lain, keenam teman Daren kini sedang bersenang senang di warung langganan mereka. Alvin yang memainkan gitarnya, Saga yang menghisap rokoknya, Alex yang memakan makanannya, Sean dan Leo yang sedang bernyanyi tak jelas, serta Elan yang tengah merekam keduanya bernyanyi.

"Sumpah ya lo berdua mirip biduan yang lagi manggung" ledek Saga yang membuat Alex tiba tiba tersedak.

Dengan cepat ia meminum air yang berada di sampingnya. Ia memukul punggung Saga kuat yang membuat sang empu sedikit terjungkal.

"Gue lagi makan sat. Jangan ngomongin biduan" kesal Alex.

"Gengsian, mentang mentang pernah nyawerin biduan pas manggung" ledek Elan yang membuat Alex mendelik tak suka.

"Gue inget banget Lan, muka dia pas nyawerin tuh biduan" ujar Leo dengan tawa kerasnya.

"Untung dia nyawerin biduan bukan nyawerin bencong" tambah Sean yang membuat keempatnya tertawa keras dan Alex yang terkekeh pelan.

"Emang otaknya si Alex enggak pernah bener" ejek Alvin pada Alex.

Di saat keenamnya asik tertawa, mereka di kejutkan dengan suara motor yang mendekat pada keenamnya.

Mendengar suara dengungan motor itu membuat atensi keenamnya menatap sang empu yang mendekat pada keenamnya.

"Kenapa muka lo? Datar amat" ledek Saga.

"Udah dari sananya sat" balas Sean yang dihadiahkan kekehan oleh Saga.

"Lecek amat muka lo" ujar Alvin yang masih di hiraukan oleh Daren.

"Kek lagi naber" tambah Leo yang membuar Alex lagi lagi tersedak.

Ia menjitak dahi Alvin keras, "Lagi makan woi"

"Eh genter diem lo" sarkas Sean.

"Biduan diem aja kalo enggak tau" balas Alex dan kembali memakan makanannya.

Sedangkan Elan yang tau situasinya pun memukul pelan lengan Daren. Ia menatap Daren serius.

"Kenapa lo? Lusuh amat abis nganterin Lauren" ujar Elan yang dihadiahkan gelengan oleh Daren.

"Cerita aja kali mana tau gue bisa bantu" ujar Elan yang membuat Daren tampak berfikir.

Ia menatap kelima temannya yang tengah mengejek satu sama lain. Ia sedikit menggebrak meja yang membuat kelimanya tampak diam dan menatap ke arah Daren.

"Kita bakal serang markas Mierda" ujar Daren yang membuat keenamnya tampak terkejut.

"Mierda? Bukannya Peligro udah nyerang markas Mierda lima bulan yang lalu kenapa sekarang kita serang lagi?!" Tanya Sean.

"Mereka ngeroyok gue kemaren makanya gue enggak bisa masuk sekolah" ujar Daren.

"Pantes kemaren Sam juga enggak masuk. Kapan lo di keroyok?" Tanya Alex.

"Jalan ke sekolah gue di jegat sama Sam dan geng Mierdanya!" Jelas Daren.

"Main main ternyata geng Mierda sama kita" gumam Saga.

"Kapan kita serang?" Tanya Alvin.

"Malam ini"

"Lo semua bawa jaket geng kita kan?" Tanya Elan yang diangguki oleh kelimanya.

"Malam ini kita bakal ancurin mereka semua" ujar Leo.

Ketujuhnya menyatukan tangan dan memejamkan mata mereka sebentar sebelum kembali membukanya.

"PELIGRO PELIGRO WIN" teriak ketujuhnya bersamaan dengan tangan mereka yang mereka acungkan ke atas.

Daren tampak menyeringai seram, "habis lo sama gue Sam"