webnovel

#18 Ditemukan

Bastien tidak akan menyerah hingga menemukan jawaban dari kecurigaannya. Laki - laki itu jelas sudah menutup cctv lantai dua, dan tidak yang lainnya. Bastien yakin ada yang salah disana. Selagi Soya dan Ghea tidak di tempat, Bastien menyisir seluruh ruangan lantai dua. Ia mempekerjakan beberapa tenaga profesional untuk membantunya. Ia takut jika yang masuk itu adalah seorang teroris dan meletakkan bom. Ia tak ingin rumah kostnya hancur oleh bom.

Bastien menyewa empat orang tenaga profesional yang sangat teliti dengan alat detektor yang ia bagi menjadi dua tim. Dua orang ada di kamar Ghea, dan dua lainnya di kamar Soya.

Sudah hampir dua jam mereka menyisir dua kamar itu, namun masih belum juga membuahkan hasil. Bastien sudah mulai bosan menunggu. Ia duduk di depan ketika terdengar bunyi gaduh dari kamar Soya. Ia segera berlari masuk, mencari dimana dua petugas itu berada.

"Tiiiit...tiiiit...tiiiit..." suara alat pendeteksi logam menemukan sesuatu. Bastien segera mendekat ke petugas yang membawanya.

"Apa ini?" tanya Bastien pada petugas itu.

"Sepertinya kamera." kata petugas itu, sembari berusaha melepaskan kamera itu dari tempatnya.

Kamera super mini itu berdiam damai di sudut kamar mandi, di atas baut tempat gantungan baju, sehingga tidak terlihat mencolok. Bastien memakai sarung tangan steril yang diberikan oleh petugas sebelum memasukkan kamera itu ke dalam kotak kecil dan menyimpannya di kantong.

"Apakah ini bisa kita lacak milik siapa?" tanya Bastien geram. Ia sudah mulai hilang kesabaran, tidak ada satupun yang boleh mengusik rumahnya.

"Bisa pak. Kami memiliki tim IT yang sangat profesional." kata petugas itu sembari menyisir kembali area lain.

"Sepertinya hanya itu saja." kata petugas lain yang bertugas menyisir kamar sebelah.

"Saya serahkan ini pada kalian. Tolong beri saya kabar baik." kata Bastien sembari memberikan kotak itu pada petugas yang sedari tadi diajaknya bicara.

Petugas itu mengantongi kotak yang diberikan oleh Bastien dan pamit meninggalkan tempat kost Bastien. Ia tahu pasti, jika yang diincar adalah Soya sudah jelas siapa yang harus dicurigai. Namun ia tidak ingin gegabah, ia harus mengumpulkan bukti untuk menguatkan kecurigaannya, dan lagi ia butuh bukti itu untuk menunjukkannya pada orangtua Soya, atau bahkan menyeretnya ke penjara.

Bastien duduk diam di dalam kantornya di kafe. Ia tidak bisa tinggal diam menunggu berita dari petugas itu. Bastien teringat pada seorang temannya yang merupakan seorang hacker. Ia mencari - cari kontaknya dan segera menghubungi laki - laki itu.

Toni, begitu ia biasa dipanggil. Laki - laki kurus, dengan baju kusut dan rambut acak - acakan seperti orang baru bangun tidur itu tengah fokus di depan laptopnya. Jarinya menari indah di atas tuts alfabet yang berbunyi kemrutuk karena ditekannya dengan cepat. Petunjuk mereka hanya rekaman cctv yang dimiliki oleh Bastien, namun Toni meyakinkannya bahwa itu lebih dari cukup.

Tiga puluh menit berlalu, suara printer berderit - derit mencetak deretan informasi tentang laki - laki yang mereka lihat di cctv. Biodata James muncul dengan lengkap dan bahkan transaksi keuangan James.

Bastien melihat James membelanjakan uangnya untuk kamera tiga minggu yang lalu, Toni dengan sigap mencari informasi lebih lanjut. Ia pun menemukan darimana dan kepada siapa rekaman dari kamera kecil itu dikirim.

"Terimakasih Ton." kata Bastien puas.

"Engga masalah, senang bisa bantu lo." kata Toni dengan logat Jakartanya.

"Makan dulu lah, aku udah masakin makan siangmu." kata Bastien yang menggiring Toni ke kafenya. Ia duduk santai di salah satu meja kafe, menyeruput kopi hitamnya yang pekat.

"Gue gabisa lama - lama disini." kata Toni setelah selesai mengunyah makanan terakhirnya.

"Ini, ga banyak tapi jangan ditolak. Tanda terimakasihku." kata Bastien sembari menyodorkan amplop coklat.

"Ga usah. Gua punya banyak hutang budi sama lo." Balas Toni, mengembalikan amplop coklat itu. Ia melenggang pergi tanpa beban, tanpa menoleh lagi pada Bastien.

Printer masih berderit - derit mencetak banyak dokumen, dan Bastien cukup kaget melihat foto - foto Soya yang tercetak, menunjukkan potret Soya yang hampir telanjang. Amarah Bastien semakin meluap melihat kenyataan, ia lengah.