1 Ujian Akhir Akademi Soul Weapon 39

Di kursi paling belakang sebuah bus, terdapat seorang gadis yang menatap ke luar jendela. Gadis itu memiliki rambut panjang sepunggung yang diikat dengan sebuah tali merah. Jidatnya dihalangi oleh poni yang lebat.

Tina duduk sambil menopang dagunya, berharap segera sampai ke lokasi ujian. Dia sudah bosan melihat pemandangan hutan yang hijau nan lebat. Tentu, awalnya, Tina merasa senang ketika busnya mulai naik gunung. Namun setelah berjam-jam duduk, pantatnya pegal dan dia ingin segera sampai.

Dia juga ingin segera lulus dari Akademi Soul Weapon. Tina bisa melihat seorang siswa yang terus menerus melirik ke arahnya dari kursi depan, dan berhadap tidak ada hal yang terjadi.

Di bus yang berisi 20 anak ini, Jun duduk di sebelah Dio. Jun merasa beruntung karena Dio—sepupu jauhnya—bisa satu grup untuk melakukan Ujian Akhir.

Ujian Akhir di Akademi Soul Weapon itu diadakan secara serentak 40 sekolah sekaligus di berbagai macam tempat. Akademi Soul Weapon 39 memiliki total 120 siswa yang mengikuti Ujian Akhir. Dan dari 120 dibagi 6 kelompok masing-masing 20 siswa. 20 siswa ini terdiri dari berbagai macam kelas. Dan Jun kebagian kelompok yang asing. Dari 20 siswa, cuman Dio doang yang dia kenal.

Jun duduk di kursi bagian tengah. Dan tidak henti-hentinya menoleh ke belakang.

Duduk di bangku itu adalah seorang gadis yang sangat cantik. Wajahnya putih dan bersih, matanya tajam, badannya juga kelihatan atletis. Jun adalah tipe pria yang tidak mudah tertarik dengan perempuan. Harus perempuan yang luar biasa saja yang jadi incarannya, dan gadis di belakang itu memenuhi kriterianya.

Jun berniat berdiri, namun sebelum berhasil, Dio menahannya.

"Mau kemana?"

Jun menunjuk ke belakang, "ada cewek cakep banget di belakang! Gua pengen deketin dia."

Dio menoleh ke belakang lalu menggeleng. "Itu Tina."

"Lu kenal dia?" tanya Dio.

"Lu inget gak cerita dua tahun yang lalu, tentang gadis yang katanya dibully habis-habisan dan sempet loncat dari atap sekolah?"

Jun mengangguk, matanya melebar. "Maksudnya dia ...."

Dio mengangguk. "Itu gadis yang mau bunuh diri itu. Saran gua sih, lu jangan deketin dia. Reputasi dia buruk banget. Habis gagal bunuh diri, Tina katanya sinting. Dia berubah 180 derajat, dan mulai latihan fisik sama belajar ilmu bela diri yang udah ketinggalan jaman. Lagian, dia cuman gadis ranking F."

"Ranking F?" Seketika, minat Jun ke Tina menghilang. Dia mendengus. Ranking F adalah orang-orang yang memiliki Soul Weapon tidak berguna. Di dunia yang penuh dengan Tower ini, Ranking Soul Weapon itu sangat penting. Ranking F tidak akan mampu menjadi orang yang berpengaruh di dunia.

Dunia ini berporos pada Tower yang tersebar di seluruh dunia, dan kehidupan Ranking F, manusia dengan potensi terkecil untuk jadi kuat, sudah dijamin akan susah.

"Soul Weapon punya dia sama sekali gak berguna," tambah Dio. "Sikapnya juga kasar. Pokoknya jauh banget dari cewek idaman. Mending deketin gorila daripada dia."

Bergaul dengan Ranking F akan membuat status sosial seseorang menurun. Apalagi Jun. Dia Ranking C.

Tina mendengar obrolan Jun dan Dio, dan memilih untuk mengabaikannya. Yang mereka katakan itu memang kenyataan.

Tina dulu sempat berusaha bunuh diri. Walaupun begitu, dia sudah berbeda sekarang. Dia bukan lagi remaja labil yang tidak tahu dunia ketika ingatan masa lalunya bangkit.

Olokan remaja ini bagaikan angin dingin menerpa wajah. Terasa tidak nyaman, tapi tidak mengganggu juga.

Tina sekali lagi mengingat beberapa tahun lalu ketika dia sadar di dunia yang berbeda ini. Dunia ini sudah modern, ada bus, ada internet, ada TV, selebritis, dan perusahaan korporat besar. Tapi di dunia ini juga ada monster, ada Tower, dan ada Soul Weapon.

Soul Weapon ini bangkit beberapa ratus tahun lalu, ketika dunia tidak stabil dan monster muncul. Senjata ini datangnya dari jiwa, dan memberikan pemiliknya kekuatan senjata berkekuatan super untuk membunuh monster.

Soul Weapon dibagi dari Ranking F sampai S. Dan Tina kebetulan dapat Ranking F.

Walaupun begitu, Ranking F ini bagi Tina salah besar. Harusnya Soul Weapon yang dia miliki dilabeli Ranking A, atau bahkan S.

Dengan bantuan Soul Weapon yang dia miliki. Dia akan memenangkan Tower Turnamen yang muncul tiap seratus tahun sekali—beberapa tahun lagi akan muncul—dan kemudian mendapatkan hal yang paling dia inginkan di dunia ini.

Obat.

Tina mengepalkan tangannya. Untuk ikut turnamen itu, Tina harus lulus Ujian Akhir Akademi Soul Weapon dulu. Jadi Tina akan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan Ujian ini.

Jun sekali lagi melirik Tina. Namun alih-alih menatapnya dengan perasaan lembut yang bergairah, dia menatapnya dengan tatapan yang tajam.

"Walaupun begitu, harus kuakui kalau dia cantik banget!"

Dio menghela nafasnya, "lu mau ngelakuin sesuatu yang aneh ya?"

Jun mendengus, "gak juga. Gua cuman penasaran, karena dia Ranking F dan gua Ranking C, apa lu pikir dia bakalan mau tidur sama gua?"

Dio mendengus, "gak bakalan."

"Gak ada salahnya dicoba."

Ketika Tina melihat Jun yang mendekati, Tina sadar kalau dia akan berurusan dengan cowok mata keranjang lagi. Dia kesal. Di dunia ini Ranking Soul Weapon sangat penting, dan ini membuat sistem hirarki yang membuat Ranking yang lebih rendah selalu diinjak-injak. Ini bodoh sebenarnya, karena Ranking Soul Weapon ini sebenarnya cuman mengukur potensi, bukan kekuatan seseorang.

Ranking yang lebih penting adalah Ranking Tower. Rankingnya dimulai dari Ranking 10.000 sampai Ranking 1. Tina dan semua murid yang mengikuti ujian ini belum masuk Ranking yang penting ini, dan beberapa orang sudah merasa sok penting.

Tina menoleh ke Jun yang duduk di sampingnya, "ada yang bisa saya bantu?"

Jun menyeringai, "aku ranking C."

Tina menaikkan satu alisnya, "terus?"

Jun tertawa kecil. "Di antara Akademi Soul Weapon 39, aku salah satu yang paling kuat. Di masa depan, aku akan jadi kaya raya. Ranking F sepertimu akan kesusahan di masa depan, jadi aku menawarkan solusi. Jadilah perempuanku, buka selangkanganmu buatku, dan di masa depan kamu bakalan hidup enak."

Mata Tina perlahan-lahan menajam. Ranking C potensinya memang tinggi. Dengan potensinya ini, dia pasti akan direkrut oleh Perusahaan besar di masa depan, bisa jadi selebritis juga, jadi iklan minuman sport misalnya. Namun masa depan itu tidak ada yang pasti, siapa tahu, orang ini bakalan mati setelah masuk ke Tower.

Dia meremehkanku, pikir Tina dalam hatinya. Jadi dia tersenyum lebar.

Melihat senyum Tina, Jun yakin kalau dia bisa segera meniduri gadis cantik ini.

"Jadi berapa nomor--"

Tangan Tina bergerak seperti ular, lalu menampar pipi Jun sangat keras. Sampai pada Titik Jun terpental dari kursinya.

Tina lalu melotot kepadanya, "cowok sampah."

Tina bukanlah perempuan murahan. Tentu, mayoritas Ranking F hidupnya susah. Ranking F sebenarnya tidak banyak, jumlahnya selangka orang ber-Ranking A. Yang paling banyak di dunia ini adalah Ranking E. Soul Weapon mereka juga tidak terlalu berguna, namun jika mereka bekerja keras, mereka bisa hidup enak. Ranking E ini warga biasa, dan Ranking F adalah yang terendah dalam hirarki sosial.

Di pipi Jun bekas telapak tangan merah menggema. Rasanya pasti sakit, namun orang ini pantas mendapatkannya. Cowok macam apa yang datang tiba-tiba dan berkata hal tidak sopan seperti itu!

Tina ingin segera keluar dari sini, bus ini sumpek!

Jun berusaha berdiri, namun tiba-tiba bus-nya berhenti. Membuat Jun yang berusaha bangun kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Suara si supir yang mengatakan "kita sudah sampai" terdengar, dan Tina bergegas berjalan keluar bus. Melangkahi Jun yang terduduk di lantai bus.

Jun mengusap-usap pipinya. Ketika sadar kalau dia ditampar, amarah mulai meluap di hati Jun. Beraninya gadis ini menamparnya! Dia ini Jun, Ranking C, dan anak dari Manajer Daehan Corporation. Di masa depan, dia akan jadi orang yang kuat, kaya, dan berpengaruh!

Melihat Tina meloncat keluar dari pintu bus dan menamparnya membuat Jun makin murka.

"Gadis itu! Awas saja!"

Ujian Akhir Akademi Soul Weapon itu terdiri dari 3 bagian. Tes tertulis, tes bertahan hidup di alam liar, lalu tes terakhir biasanya lomba. Dan di tes kedua ini ada banyak kesempatan bagi Jun untuk membalas Tina. Senyum buruk muncul di wajahnya. Jun sudah membayangkan rengekan dan tangisan Tina ketika dia memaksakan dirinya kepada Tina.

<div id="gtx-trans" style="position: absolute; left: 22px; top: -7px;"><div class="gtx-trans-icon"></div></div>

avataravatar