webnovel

Room number Sixty.

Selamat siang semuanya, bagaimana kabar kalian di hari Senin yang agak mendung dan tidak memiliki sinar mentari ini??? Baik-baik saja bukan, tidak terasa tinggal 7 hari lagi sebelum event WSA Indonesia akan berakhir..

Dan saya baru saja mencapai 40.820 kata untuk novel ini, masih ada 9.180 kata yang tersisa untuk mencapai 50.000 kata. Sungguh ada cukup banyak kata yang perlu saya tembus dalam waktu 7 hari singkat ini...

Tapi ya sudahlah, saya tidak akan mengambil pusing dengan hal sepele tersebut lagipula waktu yang tersisa lebih dari cukup untuk menyelesaikan hal tersebut kan?? Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca yang telah menemani saya untuk novel ini, terima kasih untuk dukungan power stone yang telah kalian berikan guys..

Hal ini sangatlah berharga untuk saya, entah itu power stone, review ataupun komentar yang kalian berikan segalanya. Semuanya hal tersebut merupakan hal yang sangat memberikan dukungan tersendiri untuk saya, terima kasih para pembaca sekalian..

Oleh karena itu, atas kebaikan yang kalian lakukan maka pada hari ini saya akan memberikan update sebanyak tiga chapter sekaligus guys!!! Selamat menikmati novel ini.

.

.

.

.

.

.

[Kamar 60, Lantai ke-lima]

Kembali ke sisi Leo yang saat ini tengah berjalan mengikuti langkah kaki dari sosok Red-Spectre berwujud nenek kebayan tersebut tentunya dengan sosok Ruwo yang ternyata baru-baru ini diketahui oleh Leo bernama Genusang, nama yang cukup unik untuk sosok sekelas Genduruwo menurut Leo bahkan penulis-pun menyetujui hal tersebut.

"He'i nenek tua di sana, mau berapa lama kita berdiri diam di depan pintu kamar nomor enam puluh ini?? Apa kau pikir kita punya waktu untuk melakukan hal tidak jelas ini??"Gen berseru cukup keras sehingga menarik perhatian dari nenek tua yang ia maksudkan tersebut, karena perlu diketahui semenjak sang nenek tua membawa mereka berdua di depan kamar dengan nomor enam puluh ini.

Mereka telah berdiam di depan pintu kamar tersebut selama hampir mendekati satu penuh lamanya, dan hal ini jelas membuat Gen merasa agak jengkel mengingat kepribadian dari ras genduruwo merupakan kategori yang agak menggebu-gebu dan tidak sabaran guys...

Lain halnya dengan sisi Leo yang saat ini berdasarkan ekspresi wajahnya terlihat cukup tertekan, hal tersebut terjadi karena fitur waktu yang tertera pada smart-watch miliknya tersebut...

Fitur waktu pada smart-watch putra sulung dari pasangan Gandu-Vina tersebut nyatanya telah menunjukkan pukul (7.00 PM) dan tanggal yang tertera telah menunjukkan tanggal (10 November 3051), maknanya ialah Leo telah menghabiskan sepuluh hari di dalam GCA padahal menurut Leo ia bahkan hanya memasuki bangunan ini selama beberapa jam saja...

'Sialan, siapa yang menduga kalau aku akan memasuki bangunan misterius dengan fitur ruang waktu berkali-kali lebih lambat dibandingkan waktu dunia luar?!!! Hal yang sangat tidak menguntungkan sekal' Batin Leo dengan ekspresi yang terlihat cukup jelek sekarang, bahkan Leo telah kehilangan perasaan antusiasme-nya berkat kenyataan tersebut.

Bagaimana mungkin Leo tidak merasa tertekan?? Bayangkan saja seberapa banyak hal yang bisa di kerjakan oleh Leo dan teman-temannya dalam waktu sepuluh hari ini bahkan Leo cukup yakin dengan kekuatan teman hantunya tersebut mereka bisa membangun kumpulan kompleks perumahan.

Kompleks perumahan yang menurut rencana Leo akan menjadi wahana horror pertama di-pulau jiwanya tersebut, siapa sangka tindakan kecil Leo untuk memasuki bangunan dengan banyak kenangan nostalgia ini justru membuat anak sulung keluarga Erlangga tersebut harus kehilangan banyak waktu kan?

Leo jelas merasa sangat tidak senang sekali sekarang, hal ini terlihat dari seberapa kuatnya kepalan tangan milik Leo sampai-sampai setetes darah-pun mengalir mengenai lantai keramik yang telah berdebu tersebut.

"Anak manusia di sana, tolong kendalikan amarahmu itu... Nenek akan memberikanmu sebuah barang bagus sebagai imbalan atas niat baikmu tersebut" Tanpa ada niatan untuk membalas pertanyaan tidak sopan dari Gen, mendadak sang nenek justru mengajak Leo untuk berbicara.

Hal ini jelas membuat Gen merasa sangat buruk sekali, seolah-olah ia memakan gumpulan kotoran ternak. 'Nenek Tua sialan, berani-beraninya dia mengabaikan diriku' Gen mengumpati sang nenek di dalam benaknya.

Tentu saja memangnya kalian pikir Gen cukup berani untuk mengumpati sesosok Red-Spectre secara terang-terangan, tentu saja mustahil kan bahkan jika Gen memiliki cukup banyak nyawa sekali-pun. Genduruwo satu ini tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya....

Karena inilah karakteristik dari Gen, seorang genduruwo tua yang hanya berani menggertak pihak lemah dan takut dengan pihak yang lebih kuat. Sosok yang tidak akan pernah menjadi Red-Spectre karena ke-pengecutannya tersebut....

Leo-pun menuruti perkataan dari nenek kebayan tersebut, ia mulai mengatur nafas dan amarahnya secara bersamaan "Sudah nek, memangnya barang bagus apa yang bisa nenek berikan kepadaku?? Dan apa maksud nenek dengan niatan baik??" Merasa agak bingung dengan maksud perkataan dari sang nenek, Leo-pun mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya.

Nenek tersebut tidak menjawab pertanyaan dari Leo sama sekali, ia hanya memberikan sebuah senyuman hangat kepada Leo sembari melambaikan tangan-tangan tua berkeriput miliknya ke depan pintu.

.

.

.

.

[Kriet...]

Perlahan-lahan pintu kamar dengan nomor enam puluh itupun terbuka menunjukkan isi kamarnya tersebut, dan harus di-akui Leo beserta Gen agak terkejut dengan isi dari kamar nomor enam puluh ini.

"Mari masuk ke dalam dan perkenalkan ini adalah cucu nenek namanya adalah Anna"Ucap nenek tersebut sembari mempersilahkan kedua sosok itu untuk memasuki kediamannya yang cukup kontras dengan kondisi kamar maupun koridor di luar

Menurut Leo kondisi kamar dengan nomor enam puluh tersebut entah kenapa terlihat sangat bersih sekali, seolah-olah ada sesosok manusia yang tinggal di dalamnya padahal sosok 'Anna' yang di sebutkan oleh sang nenek hanyalah sesosok makhluk.

"He'i nenek tua, apa kau bercanda dengan kami??? Bagaimana mungkin ada sesosok anak kecil yang bisa tinggal di lantai lima ini sialan?!!!" Ya itu benar seruan yang diucapkan oleh Gen pada dasarnya telah mengungkap segala hal yang ingin ditanyakan oleh Leo kepada nenek kebayan tersebut.

Penampilan seorang anak perempuan berumur 5 tahun di dalam kamar nomor enam puluh ini jelas membuat Leo tidak bisa berkata-kata, menyebabkan Leo hanya bisa terdiam tak bisa berkata-kata sedikitpun.

.

.

.

Nenek kebayan itu hanya tersenyum mendengarkan ucapan kurang sopan dari Gen tersebut sembari berkata dengan nada yang cukup pelan "Siapa bilang cucu nenek ini seorang manusia??".

.

.

.

.

.

.

TBC

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Arlie_Kongsucreators' thoughts