webnovel

(25)

Mark berjalan pelan keluar dari kamar mandi Dae Eun setelah dia mengeluarkan isian perutnya.

Wajahnya sampai pucat karna harus menahan rasa sakit dan mual yang sekarang terus menyerang dirinya akibat ia yang belum meminum obatnya karna ingin terus menemani Jeno di kamar Dae Eun.

Mark tak mau meninggalkan Jeno sedikitpun, padahal Jeno masih tertidur lelap.

"Ah sakit sekali"ucapnya dan terduduk di pinggiran ranjang tempat tidur Dae Eun, berusaha menetralkan rasa sakit perutnya yang terus menyerangnya sampai-sampai Mark menitikkan air matanya karna tak kuat dengan rasa sakitnya.

Dia tak mengetahui jika Jeno yang berada di sampingnya tengah membuka kelopak matanya secara perlahan.

Jeno membuka matanya perlahan.dia mengedarkan pandangannya yang ternyata dirinya sudah kembali di kamar Dae Eun lagi.

Ia menoleh ke samping, di mana Mark tengah duduk membelakanginya sambil memengangi perutnya, ini membuat Jeno menyerngitkan dahinya heran pada sang kakak yang terus mengumamkan kata sakit.

"kak"panggil Jeno dengan suara pelan karna tubuhnya masih sangat lemas.Jeno berharap sang kakak bisa mendengar suaranya.

Mark terkejut di tempatnya karna Jeno sudah bangun.Langsung saja dia membalikkan tubuhnya untuk melihat Jeno sambil sebisa mungkin menyembunyikan rasa sakit yang masih saja betah menyerangnya dan melupakan hidungnya yang kini mengeluarkan darah.

"Jeno"Mark tersenyum manis pada Jeno yang sekarang tengah menatapnya lekat.

"kakak kenapa?"tanyanya pelan apalagi melihat hidung mancung sang kakak yang mengeluarkan darah.

"kakak baik-baik saja, sebentar ya Jen...kakak akan kembali dengan cepat"Mark bangun dari duduknya dan kembali ke kamar mandi dengan cepat untuk membasuh mimisannya yang keluar lumayan banyak.

Jeno ingin menghampiri Mark tapi sekedar bangun pun, tubuhnya masih sangat lemas jadi ia menunggu sang kakak kembali dari kamar mandi.

Mark dengan susah payah menahan pendarahan di hidungnya sambil terus meremas perutnya yang sakit.Ingin ke kamarnya untuk mengambil obat tapi Jeno sudah bangun.

Ia tak mau Jeno curiga dan mengetahui penyakitnya ini.Ia tak mau juga sampai ayahnya tahu jika Jeno tahu nantinya.Mark tak mau membuat keluarganya khawatir akan dirinya.

"Shhhh...perut ku mohon...jangan kambuh di saat aku merawat adikku yang sakit.Biarkan aku merawatnya"ucap Mark pada dirinya sendiri sampai-sampai dia menyadarkan dirinya di tembok kamar mandi.

Mimisannya untung saja sudah berhenti tapi rasa sakit perutnya masih terus menderanya.

Mark dengan perlahan berjalan keluar kamar mandi untuk menemui Jeno kembali sambil terus berpengangan pada tembok agar tak terjatuh.

Jeno melihat sang kakak yang keluar dari kamar mandi dengan berjalan perlahan membuatnya semakin bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu terhadapnya.

Jeno membalas senyuman Mark yang sekarang sudah berada di hadapannya dan duduk di sampingnya.

"Tidurlah...kakak akan menemanimu"tutur Mark sambil merapikan rambut Jeno yang mengenai matanya.

Di berusaha tersenyum untuk menutupi rasa sakit perutnya.

"kakak..tidurlah juga... di sampingku"pinta Jeno dan Mark dengan senang hati menurutinya.

Jujur saja walau keadannya sedang tidak baik tapi dia senang, Jeno sudah mau berbicara banyak pada nya bahkan memintanya untuk tidur di sampingnya.

Mark merebahkan dirinya di samping Jeno yang kosong.Ia tidur menghadap sang adik yang sekarang tengah menatapnya lekat.

Sebenarnya perutnya semakin sakit karna posisinya yang tak benar tapi melihat Jeno tersenyum untuknya membuat rasa sakit yang menyerangnya bisa ia tahan untuk sang adik.

"Tidurlah Jeno"pinta Mark sambil merapikan selimut yang membalut setengah tubuh Jeno.

"kakak juga".

Jeno membuka matanya perlahan.Ini sudah larut malam karna jam dinding yang tertempel di kamar Dae Eun sudah menunjukkan pukul 01.30.

Dia menoleh ke sampingnya, dimana ada sang kakak yang tengah menemaninya tidur.

Jeno tersenyum tipis melihat Mark yang tertidur damai.Namun ia bingung karna Mark sesekali akan menyerngitkan dahinya.

Tubuh kakaknya sedikit hangat, Jeno sadar jika kakaknya juga sakit apalagi mengingat tadi Mark mimisan lumayan banyak.

Dengan sisa tenaga yang ada, Jeno berusaha duduk di sandaran ranjang Dae eun.dia membagi selimutnya pada sang kakak dan menyelimuti Mark hingga sebatas dada.

Jeno mengelus rambut coklat madu Mark yang sedikit basah.Ia benar-benar curiga kalo kakaknya tengah menyembunyikan sesuatu padanya.

Tak mungkin kan kakaknya tadi keramas?bahkan Jeno bisa melihat bibir sang kakak tampak bergetar dan pucat.

"kakak maafkan Jeno...Maafkan Jeno kak...Jujur lah pada Jeno kak".

"Chan, kau saja yang pulang dengan pak Kim.Aku ada urusan dengan kak Mark"ujar Jeno sambil merapikan dengan cepat barang-barang yang di gunakannya saat belajar tadi.

Dia harus ke kelas sang kakak untuk memastikannya belum keluar dari kelasnya.

Hari ini setelah pulang sekolah, Jeno akan mengikuti sang kakak karna penasaran apa yang di lakukan oleh kakaknya sebenarnya setelah pulang sekolah.

Kenapa kakaknya selalu pulang malam?dan ingin tahu apa yang di sembunyikan oleh sang kakak selama ini.Jeno yakin, Mark tengah menyembunyikan hal besar padanya dan sang ayah.

Hari ini, Jeno sudah kembali ke sekolah setelah 3 hari ia tak masuk sekolah akibat sakit.Dan selama 3 hari itupun, dirinya di rawat sang kakak yang akan setia menemaninya dan merawatnya dengan sabar sampai-sampai Mark kurang tidur untuk menjaga Jeno karna 3 hari itu, terkadang panas Jeno bisa naik lagi di larut malam, itu membuat Jeno sering sekali tertidur sembari meracau juga menangis.

Ayahnya juga sudah pulang dari luar kota.Sang ayah mempercepat pulangnya karna di beri tahu dokter keluarganya jika Jeno sakit, membuatnya langsung buru-buru menyelesaikan pekerjaannya untuk segera pulang ke rumah karna putra-putranya masih terlalu kecil untuk di tinggalkan jauh sebenarnya dan juga dia harus merawat putra keduanya yang jika sakit itu lumayan parah, tapi ternyata saat sang ayah sampai di rumah, kondisi Jeno sudah membaik karna Mark, kakaknya merawatnya dengan baik.

Selama Jeno di rawat sang kakak, dia jadi banyak berbicara dengan sang kakak membuat hubungan keduanya lumayan membaik.

Jeno ingin menempati janjinya terhadap sang adik yang memintanya untuk memperbaiki hubungannya.Ia tak mau sang adik kecewa karna masih mementingkan egonya di bandingkan sang kakak yang dengan tulusnya merawatnya yang sedang sakit padahal Jeno merasa sang kakak juga terlihat sedang tidak baik.

Beberapa kali Jeno melihat sang kakak yang mimisan dan keluar masuk kamar mandi, entah apa yang di lakukannya tapi membuat Jeno jadi penasaran.

Jika di tanya kenapa, pasti kakaknya malah tersenyum manis padanya dan bilang dia baik-baik saja.Tapi anehnya saat tidur bersama, Jeno bisa melihat wajah sang kakak yang seperti menahan sakit.

Maka dari itu hari ini Jeno memutuskan untuk mengikuti sang kakak setelah pulang sekolah tanpa sepengetahuannya.

Jeno ingin tahu, apa saja yang di rahasiakan sang kakak semenjak adik perempuannya meninggal.

Jeno yakin, Mark tak mungkin melakukan hal aneh di luar.Kakaknya tak mungkin berbuat aneh.

Haechan mengangguk semangat bahkan dia tersenyum lebar setelah mendengar Jeno yang sepertinya akan pulang bersama sang kakak.

Sejujurnya, Haechan senang jika kedua saudara Lee itu kembali seperti dulu lagi.

Tadi pagi saja saat sarapan Jeno sudah mau berbicara pada Mark, padahal biasanya Jeno akan memilih menyibukkan dirinya atau berpura -pura tak menyadari keberadaan kakaknya.

Haechan sampai speeachles di pagi hari melihat Jeno yang mau memberi selai ke roti Mark dan menyuapinya, membuatnya dan ayah dari kedua saudara Lee itu tersenyum bahagia karna berarti hubungan keduanya akan semakin membaik walau tadi pagi Mark tetap naik bus, menolak Jeno yang mengajaknya untuk pergi bersama ke sekolah.

"Dah Chan, Renjun, Jaemin...aku duluan yah"pamitnya sambil berlari keluar kelas dengan cepat sampai-sampai Renjun dan Jaemin yang masih sibuk mengobrol sembari memasukkan alat-alat tulis yang di gunakan saat pembelajaran pun menatap aneh punggung Jeno yang sudah menghilang saja di balik pintu kelas.

Tak biasanya Jeno buru-buru seperti itu, apalagi menurut Renjun dan Jaemin, dia seperti di kejar-kejar makhluk buas.

"Mau kemana si Jeno?"tanya Jaemin sambil memakai tas di punggungnya pada Haechan yang sibuk membereskan alat-alat tulisnya sembari senyum-senyum.

Renjun yang penasaran akan Jeno juga turut melihat salah satu sahabatnya yang memang duduk di belakangnya, ternyata tengah tersenyum seperti orang aneh menurutnya, ini membuat Renjun menempelkan punggung tangannya ke dahi Haechan.Memastikan tak ada yang salah dari sahabat yang suka membuat emosinya naik.

"Kau tak panas Chan"tutur Renjun setelah memeriksa kening Haechan yang menurutnya suhunya normal membuatnya di tatap kesal oleh Haechan.

Haechan baik-baik saja, hanya saja dia terlalu senang karna sahabatnya, Jeno sudah berbaikan dengan kakaknya.Itu berarti sahabat Haechan akan lengkap seperti dulu walau tanpa adik dari Jeno dan Mark yang sudah jauh disana.

"Yakk!aku baik baik saja Njun...hanya saja, aku senang kalo hari ini Jeno akan pulang bersama Mark...kakaknya"balas Haechan sambil memakai tas di punggungnya.

Ketiga sahabat se-line itu berjalan keluar kelas beriringan sampai ke depan gerbang seperti biasanya.

"Kau serius?"tanya Jaemin yang tak percaya.

Selama ini kan Jeno benar-benar seperti menghindari kakaknya bahkan mereka bertiga sama sekali tak berani menanyakan atau membahas perihal kakaknya Jeno, takut membuat Jeno marah pada mereka lebih parahnya menjauhi mereka bertiga.

"Hmm...bahkan tadi pagi Jeno dengan baiknya mengoleskan roti untuk kak Mark dan menyuapinya juga.Mungkin saat sakit, Jeno jadi sadar"jelas Haechan karna setelah Jeno sakit, Jeno jadi mau berbicara dan memperhatikan sang kakak walau belum sepenuhnya seperti dulu.

Renjun dan Jaemin saling pandang.Sejujurnya mereka senang jika Jeno bisa berbaikan dengan saudaranya, mungkin nanti jika waktunya tepat dan Jeno sudah mau terbuka dengan mereka, mereka berdua bisa menanyakan hal yang membuat mereka sangat penasaran selama ini.

"kalo begitu... kita tambah anggota yah, kuharap Jeno mau memperkenalkan langsung kak Mark pada kita berdua kan Na?".

"betul Njun, setidaknya ada yang paling waras nantinya".

"yakk! Na Jaemin!".