webnovel

Some Letter Before Dead

Hai! Salam kenal :) Panggil saja aku C . Aku tidak bisa memberitahumu nama asliku. Maafkan Aku. Ya, karena dalam setiap surat yang akan kuberikan nanti. Aku akan membahas hal-hal yang cukup pribadi tentangku dan tentu saja aku sangat menjaga harga diriku karna aku akan membicarakan semua hal tentangku yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Untuk itu mohon mengerti mengapa aku merahasiakan identitasku. Mungkin kau bertanya-tanya, "Mengapa kau mempercayakan hal pribadimu padaku?". Ya, karna aku tidak mempercayai siapapun di dunia ini dan bodohnya aku percaya padamu. Haha, maafkan aku. Aku hanya berharap ada yang dapat mengerti tentangku, yang setia mendengarkan keluh kesahku, selalu ada untukku disaat senang dan sedih, dan bisa menjadi tempat kepercayaanku. --- Semenjak kejadian malam itu. Banyak hal yang terjadi dan membuat hidup C menjadi kacau. Terlebih ia harus mencoba mengerti dan dipaksa oleh proses hidup untuk menerima realita yang ia alami bahwa sebagian hidupnya hanyalah hayalan. Untuk itu mengapa C menulis semua ini. *Cerita ini terinspirasi dari orang yang saya kenal memiliki skinzofrenia. Semua cerita hanya fiksi tidak ada yang nyata saya hanya mengambil bagaimana sudut pandang skinzofrenia dengan informasi yang saya cari. Semoga cerita ini benar-benar bisa menjelaskan bagaimana sudut pandang orang dengan skinzofrenia walau lebih mengarah kepada cerita fiksi

brightp0tat0 · Teen
Not enough ratings
14 Chs

Welcome : Cinthia dan Abas

11 Juli 2016

   Hari ini adalah hari pertama sekolah. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi malam kemarin hingga membuat badanku rasanya sakit semua. Aku sampai sulit untuk berjalan apalagi hanya untuk berdiri seperti ingin membuatku jatuh. Seluruh bagian dibawah sanalah yang paling terasa sakit.

   Aku pikir tidak mungkin sesakit ini untuk kejadian semalam.

   Aku sungguh tampak kacau didepan cermin. Apa malam kemarin perkelahian yang terjadi benar-benar seburuk itu? Aku bahkan merasa tidak mampu bersekolah hari ini walau sebenarnya aku sangat antusias ingin melihat Rena dan Marcell.

   Yang ku ingat malam kemarin banyak sekali hal yang terjadi. Aku sampai menjadi takut dan bisa aku bilang. Abas bukanlah orang yang baik, ia orang yang sangat buruk. Benar-benar buruk. Untuk Cinthia sendiri aku juga tidak mengerti aku bingung akan dirinya aku juga ingin mengecapnya sebagai orang buruk karna entahlah. Serius aku bingung menjelaskannya padamu.

   Aku takut memikirkan apa yang terjadi semalam. Aku merasa gagal menjadi sahabat karena tidak bisa melindungi Cinthia. Jay sampai tidak pergi ke sekolah dan malah datang menemuiku. Ia menamparku dan memarahiku habis-habisan.

   Aku tidak tahu. Aku bingung, takut. Aku sungguh merasa bersalah tapi juga tidak tahu bagaimana harus menyampaikan yang terbaik dan bagaimana untuk benar-benar menghentikan Cinthia dari keinginannya. Sungguh aku sudah mencoba mengarahkan yang terbaik tapi dia juga menginginkan melakukan hal itu dengan Abas.

   Kemarin merupakan hari thanksgiving untuk kota ini. Pada akhirnya setelah sekian lama menghindar aku memilih untuk menemui Abas dan Cinthia. Tapi aku sempat menemui Abas beberapa hari sebelumnya tepat ketika ia ingin mengajakku ke rumahnya merayakan thanksgiving.

   Aku memilih untuk tidak pergi bersama dengan Cinthia karna aku tahu dia tidak nyaman bila aku pergi bersama pergaulannya. Aku hanya merasa tidak enak perihal dia yang selalu saja menutupi teman-temannya. Jadi aku datang bersama Jay.

   Aku banyak minum kala itu. Awalnya aku tidak ingin terlalu menikmati acara apalagi tempatnya terlalu ramai – aku sampai memakai hoddie untuk menutup diri - tapi Jay memintaku untuk tidak khawatir dan nikmati saja acaranya bersama Cinthia dan Abas karena ia akan mengawasiku.

   Pada akhirnya kita bertiga bersama. Mereka berdua rela membiarkan teman-temannya demi bersama denganku. Tidak aku tidak mau berbicara baik. Sepertinya aku adalah alasan mereka bisa menghindar dari teman-teman sampai bisa melakukan hal itu. Begini, mereka seperti memanfaatkanku.

   Karena saat aku meninggalkan mereka untuk ke toilet lalu mencari kembali. Ketika aku masuk ke salah satu kamar untuk mencari mereka. Aku sempat mendengar bagaimana Abas mengataiku dari luar. Ia berbicara buruk mengenaiku sebelum masuk ke dalam kamar bersama Cinthia. Hal inilah membuatku memilih untuk bersembunyi di dalam lemari dan mendengarkan apa yang akan mereka katakan selanjutnya.

   Aku penasaran juga sakit hati saat itu mendengar berbagai hinaan dari Abas.

   Aku seperti orang bodoh yang terlalu naif dan bisa-bisanya dapat dimanfaatkan. Aku bukanlah level mereka memang. Seharusnya aku sadar. Aku sungguh gampang untuk digunakan demi tujuan tertentu. Terlalu gampang untuk di cicipi. Aku sangat kesal telah melakukan ciuman itu.

   Terkutuk kau Abas.

   Cinthia tidak melakukan pembelaan, tidak juga memberikan dukungan. Ia hanya diam. Aku yakin dia tidak mabuk tapi aku juga berpikir ia benar-benar sadar.

   Karena bagaimana mungkin dia mengiyakan ajakan Abas untuk melakukan hal itu sedangkan dia mempunyai Dama? Atau dia benar-benar sejahat ini? Serius aku mengingat bagaimana ucapannya, "Gue nggak yakin sama hal ini, gue jahat keknya tapi terserah lo dah."

   Untuk itulah aku berpikir Cinthia buruk.

   Aku ingin keluar dari lemari tapi tertahan ketika ada seseorang yang tidak kukenal tapi tampaknya familiar datang. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas karena gelap dan cahaya flash dari handphonenya menutup dirinya.

   Ya dia merekam Cinthia. Aku sungguh takut, aku merasa bersalah tapi juga marah. Aku bingung. Aku hanya bisa menangis di dalam lemari karena tidak mengerti akan apa yang terjadi.

   Desahan itu, suara menjijikan itu, rintihan tangis yang mengiringi, serta bunyi tepakan dari daging-daging yang bersentuhan membuatku gila. Aku tidak tahan mendengar itu. Aku hanya bisa menangis sembari bergumam jangan dan berhenti berharap hal itu benar-benar berakhir. Tenggorakanku rasanya tertahan dan begitu berat.

   Aku tidak tahu lagi. Aku sangat merasa bersalah tapi di sisi lain juga ingin tidak peduli karena itu juga keinginan Cinthia.

   Ketika mereka hampir selesai. Aku yang pecundang ini keluar dan berkata, "Cukup Abas."

   Cinthia tampak kaget.

   Abas membalasku. "Lah, dia juga yang mau. Gue salah apa? Liat tuh dia pasrah" Aku sangat kesal tentunya.

   Semua terjadi begitu cepat. Aku segera menarik Cinthia keluar. Tapi ditahan oleh Abas. Aku sempat bertengkar dengan laki-laki itu sampai akhirnya benar-benar bisa menyelamatkan Cinthia. Tapi setelahnya aku juga bertengkar dengan Cinthia.

   Kami berkelahi begitu hebat mungkin. Abas bahkan hampir mencicipiku karna ia terus mendorongku pada kasur miliknya dan terus mencoba berbagai cara.

   Aku terus melawan, sungguh aku merasa jijik bersentuhan dengannya apalagi bersama benda miliknya. Aku sangat kesal sungguh, ia bahkan sempat memegang benda vitalku. Aku sampai memiliki memar di tangan, wajah, dan beberapa bagian karna melawannya.

   Aku tidak habis pikir, bagaimana Cinthia hanya diam menonton perlawananku.

   Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi karena semua berlalu begitu cepat. Yang ku ingat Jay pada akhirnya membawahku pulang.

   Aku benar-benar harus berhati-hati. Aku tidak boleh lagi gampang percaya pada siapapun, terlebih temanku. Tapi apa aku juga salah karena terlalu mencampuri urusan Cinthia?

Sahabatmu?

C