Apa yang ada didalam pikiran Elle saat ini tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, karena terlalu banyak kata kenapa dan mengapa melayang-layang di otaknya. Yang sekarang Elle alami lebih seperti sebuah mimpi buruk dari yang terburuk.
Sekali pun Elle bisa mempertahankan ketenangannya, namun itu hanya yang tampak dari luar, Elle benar-benar panik diujung tanduk.
Demi apapun, Elle hanya bisa melakukan apa yang pria itu perintahkan.
Didepannya, ada pria dengan pakaian serba hitam serta menodongkan pistol kearahnya tanpa ampun. Dan diantara mereka ada mayat Elliot, suaminya, yang tergeletak mengenaskan. Seisi dada Elle memburu kacau.
"Sudah ingat dimana kamu menyimpan kotak itu?" kata pria berpistol mengagetkan Elle yang terhanyut berpikir mencari jalan keluar.
Mendengar ucapan pria berjubah hitam didepannya, Elle tiba-tiba ingat akan sesuatu.
"Benar, aku ingat. Kotak itu ada di dalam kamar." pekik Elle setengah menjerit.
Tangan kanan Elle bergetar hebat. Hal itu hanya akan terjadi jika ia sedang berbohong. Dan tentu saja pria itu tidak menyadarinya karena lampu yang temaram.
"Kalau begitu cepat ambil. Sebelum yang lainnya datang dan kamu akan mati jika tidak menyerahkan kotak itu hanya padaku." jelas pria itu, mengikuti Elle dari belakang.
Perlahan Elle berjalan menuju arah kamar. Tepat disamping tempat tidur sebelah kiri Elle berjongkok dan menjulurkan tangan kanannya ke bagian bawah kolongnya. Mencari-cari kotak cincin pernikahannya.
Hanya dibutuhkan waktu tiga detik untuk bisa menemukan kotak cincin tersebut. Namun, Elle sengaja mengulur waktu dengan berpura-pura mengaduk-aduk seisi kolong tempat tidur yang kosong.
Karena Elle ingat ia pernah meletakkan pemukul bola bisbol dibawah tempat tidur mereka. Itu adalah benda yang Elle cari. Setidaknya akan ia gunakan untuk mempertahankan diri dan melarikan diri.
Demi Ellisa, yakin Elle kepada dirinya sendiri.
…
Setelah berhasil memegang pemukul bola yang Elle cari, ia segera bangkit dan dalam hitungan detik memukulkan pemukul bola tersebut kepada pria didepannya dengan sekuat tenaga.
Anehnya, pria itu terkejut dan terhuyung ke belakang karena kepala beradu dengan tongkat kayu. Sigap. Elle tanpa lama, langsung berlari keluar jendela kamar yang terbuka.
Elle melompat menuju pekarangan belakang villa. Berlari sekuat tenaga menuju hutan buatan yang tepat berada di belakang villa.
"Dasar jalang!" teriak pria itu penuh amarah.
Terlebih lagi mendapati Elle yang sudah kabur menuju hutan. Setelah kesadaran kembali 100% pria itu pun berlari. Mengejar Elle. Dan menangkapnya hidup atau mati.
Lebih dari seratus meter Elle masuk kedalam hutan yang gelap. Namun, Elle tetap berlari dengan kecepatan yang sama setelah mendengar teriakan pria bersenjata itu memakinya. Dan besar kemungkinan kalau pria itu juga sedang mengejar memburunya.
Elle hanya semakin mempercepat langkahnya berlari.
Sayangnya, hutan buatan belakang villanya itu tidaknya cukup luas layaknya hutan sungguhan. Luasnya tidak kurang dari 3000 meter persegi. Kemudian ada sungai kecil yang mengarah ke danau buatan, Lubert. Danau terbesar di ibukota Distrik Tiga milik Kekaisaran Galaksi Solar.
Dalam sistem Kekaisaran Galaksi Solar sendiri terdiri dari beberapa planet-planet utama yang dihuni oleh anggota keluarga Kekaisaran lalu mengikuti warga sipil yang melayani Istana Utama dalam masing-masing planet tersebut.
Elle lahir dan hidup di planet Maresh selama hampir disepanjang hidupnya. Karena itu pula pengetahuannya tentang lingkungan sekitar villa tempat tinggalnya bisa Elle hapal diluar kepala.
Akan tetapi, bagaiman pun juga posisi Elle saat ini sedang tidak baik. Ia sedang terdesak dan terjebak oleh keadaan rumit yang ia sendiri pun sulit untuk mengerti.
"Ellisa...Elliot..." isak Elle disepanjang jalan.
Pada akhirnya, Elle ada di titik buntu. Jalur pelariannya berakhir diujung tebing yang bagian bawahnya adalah sungai dengan aliran airnya sangat deras serta berbatu.
Elle berhenti mendadak tepat dalam jangkaun. Jika tidak, maka dengan hanya selisih lima centi meter saja ia akan jatuh ke sungai yang dingin. Dan mungkin ia akan mati saat itu juga.
Pandangan mata nanar Elle menatap aliran sungai yang deras berbunyi dari tempatnya berdiri.
Dadanya bergemuruh dan pikiran Elle kembali kacau.
"Apa aku juga harus berakhir disini, malam ini?" desah Elle frustasi.
…
Suara langkah kaki pria tinggi besar itu samar-samar semakin terdengar jelas. Bahkan aura membunuh bisa Elle rasakan dari tempatnya berdiri.
Ini bukanlah kisah mistis atau supranatural yang semacamnya, namun tetap saja hanya dengan mendengar suara langkah kaki pria yang mengejarnya tanpa henti berhasil membuat bulu kuduk Elle berdiri.
Elle yang ketakutan hanya bisa memandang bergantian antara tebing sungai di belakangnya dan hutan gelap di depannya. Setiap nano detiknya mengancam ketenangan Elle yang hilang semangat.
Jika ia harus lompat ke sungai, mau tidak mau ia akan terluka dan mungkin saja akan cukup parah serta kemungkinan akan ditemukan akan semakin tinggi. Akan tetapi, jika Elle menyerahkan dirinya sendiri begitu mudah itu sama saja menyerahkan dirinya kepada malaikat pencabut nyawa yang tanpa ampun itu.
Jadi, apapun yang Elle pilih tidak akan mudah.
Elle hanya ingin tetap hidup. Memakamkan Ellisa dengan layak serta suaminya dan jika waktu masih memberinya kesempatan ia akan mencari kebenaran atas kematian suaminya, Elliot.
Dan, sepertinya takdir berkata lain. Kini, Elle hanya berhadap akan adanya keajaiban yang bermurah hati datang kepadanya.
Bahkan pria itu sudah ada dihadapannya dengan seringai penuh kemenangan khas malaikat maut yang jahat.
"Nyonya, kamu tidak akan bisa lari lagi sekarang. Tawaranku sudah tidak berlaku. Dan hanya ada satu pilihan untuk dirimu yaitu kematian." sembur pria berjubah hitam itu tidak sabar.
Tenang namun pasti, pistol yang ia pegang diarahkan pada kepala Elle yang jelas terlihat dari pantulan cahaya bulan setengah sempurna dan diselimuti oleh ketakutan.
Tanpa sadar, ekspresi yang Elle tunjukan memicu tawa liar dari pria berjubah itu. Dan Elle hanya semakin panik.
"Tolong, tuan." pekik Elle kehilangan kendali.
Rasa takut akan kematian yang tanpa alasan perlahan menyelimuti seluruh kewarasan yang Elle miliki dan pertahankan. Ternyata seperti ini rasanya diujung maut, batin Elle kalut.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha..." pria berjubah itu hanya tertawa penuh kemenangan. "Kamu pikir setelah mengelabuhi dan memukulku akan selamat hidup-hidup?" bentak pria berjubah itu marah.
Dari nada bicaranya saja jelas terdengar kalau dia tidak senang dengan perlakuan Elle sebelumnya padanya.
"Aku sungguh mengetahui dimana kotak itu benar. Benar." pekik Elle mencoba menyakinkan pria berjubah itu sekali lagi.
"Jangan harap aku akan tertipu kali ini. Sekarang, terima lah kematianmu dengan damai, nyonya." balas pria berjubah itu dengan nada yang berubah tenang.
Detik selanjutnya, pria berjubah itu melepaskan pelatuknya dan mengarahkan pistol tepat ke tengah kepala Elle.
Dengan tanpa sadar, Elle memjamkan matanya dan semua berubah warna menjadi putih.
…
-tbc-
Terima kasih telah membaca cerita ini. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?
Silahkan tinggalkan komen paragraf atau komen chapter atau saran dan kritik kamu. Jika berkenan bisa berikan power stone kamu untuk mendukung cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih dan salam sayang.