webnovel

Pembalasan Untuk Kenzo

"Padahal aku yang sudah memberitahu dia kalau Kenzo di sini, tapi dia datang ke pesta dan tidak mengajakku. Dasar Eve kurang ajar," gumam Citra dengan raut wajah masam. Terlihat gurat kekesalan di wajahnya.

Citra melangkahkan kaki, meninggalkan parkiran dan menuju ke arah bangunan di depannya. Hari ini dia harus pulang karena ada urusan yang harus diselesaikan, membuatnya mempercepat langkah dan terkesan begitu tergesa. Hingga melewati pintu kaca yang terbuka secara otomatis dan bersiap menuju ke arah lift.

Namun, gerakannya terhenti ketika melihat sosok yang cukup dikenalnya melangkah tidak jauh darinya. Manik matanya langsung menyipit, memastikan jika apa yang dilihatnya tidaklah salah. Hingga sosok tersebut keluar dari hotel dan memasuki sebuah mobil, membuat Citra semakin diam dengan raut wajah berpikir.

"Bukankah tadi Kenzo dan adiknya?" tanya Citra dengan diri sendiri.

Tapi, bukankah kata Eve mereka sedang di pesta dan Eve menyiapkan rencana besar. Terus, kenapa Kenzo dan Gisel bisa pergi, batin Citra, masih merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Pasalnya beberapa jam yang lalu, dia menghubungi Eve dan wanita tersebut mengatakan jika tengah di pesta bersama dengan Kenzo.

"Jadi, apa mungkin Eve berbohong?" Citra menaikan sebelah bibir dan tertawa kecil, seakan menertawakan apa yang baru saja Eve katakan. Hingga dia mendesah kasar dan melangkahkan kaki, menuju ke arah lift yang tidak jauh darinya.

Aku tidak akan ikut campur dengan urusan mereka, batin Citra, masih kesal karena Eve yang meninggalkannya. Selain itu, dia juga tidak ingin terlalu ikut dalam masalah pasangan yang menurut Citra tidak pantas disebut pasangan.

Sedangkan di tempat lain, Kenzo dan Gisel sudah berada di dalam mobil. Keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing. Meski sesekali, Gisel menatap ke arah sang kakak yang sudah duduk dan fokus dengan jalanan. Ada banyak hal yang ingin Gisel katakan, tetapi takut kalau Kenzo akan marah karena dirinya yang terlalu banyak bertanya. Hingga dia memilih menatap ke arah jalanan dan memainkan kancing pakaian bagian bawah.

"Ada yang mau kamu katakan, Gisel?" tanya Kenzo, tanpa menatap ke arah Gisel.

Gisel yang mendengar langsung menatap ke arah Kenzo. "Apa boleh?" tanya Gisel dengan tatapan lekat.

Kenzo hanya diam, tetapi bergumam pelan, memberikan jawaban. Gisel yang melihat pun langsung menatap lekat dan mengulas senyum lebar. Terlihat begitu antusias dari sebelumnya. Kenzo yang melihat pun ingin sekali menggelengkan kepala, merasa terkejut dengan reaksi Gisel yang begitu cepat berubah. Namun, Kenzo mengurungkan dan tetap memasang raut wajah tenang.

"Kak, sebenarnya siapa orang yang Kakak maksud ingin mencelakai aku?" tanya Gisel dengan tatapan lekat. Sejak tadi dia merasa penasaran, siapa yang ingin membuatnya malu? Padahal Gisel merasa jika dia tidak memiliki musuh sama sekali.

Kali ini, Kenzo menatap ke arah Gisel dan menaikan sebelah alis. "Kamu dari tadi Cuma mau tanya ini, Gisel?" tanya Kenzo dan mendapat anggukan dari arah Gisel.

"Aku rasa kamu tidak perlu tahu, Gisel. Lagipula kamu tidak akan bisa membereskannya juga," ucap Kenzo dengan nada meremehkan.

"Tap –"

Gisel yang melihat ekspresi wajah Kenzo mulai berubah langsung menghentikan ucapan. Niatnya untuk mendebat pun langsung menguap begitu saja, berganti dengan tatapan pasrah. Dia cukup tahu dengan apa yang akan terjadi jika terus melakukan niatnya, membuatnya menutup mulut rapat dan mengalihkan pandangan.

"Jangan coba mencari masalah, Gisel. Aku tahu seperti apa kamu. Jadi, diamlah dan biarkan aku yang menyelesaikan. Kamu hanya perlu jadi anak penurut dan jangan kacaukan semua yang sudah aku rencanakan," ucap Kenzo dengan tegas. Tidak ada raut wajah bersalah karena membuat Gisel menjadi tidak semangat seperti kali ini. Bahkan raut wajah Gisel terkesan begitu tertekan karena ulah Kenzo.

***

"Astaga, aku begitu lelah," gerutu Eve sembari melangkah keluar lift dan menuju ke arah kamar hotel. Sesekali tangannya memijat pundaknya yang terbuka, berusaha mengurangi rasa kesal di bagian tersebut.

Eve menghentikan langkah dan membuka pintu. Dengan tenang, kakinya melangkah masuk dan kembali menutupnya. Hari ini, dia benar-benar merasa begitu lelah. Bukan hanya karena dia yang harus mencari Kenzo, tetapi dia juga merasa kesal karena Kevin yang terus mengganggunya. Bahkan sepanjang perjalanan, pria tersebut terus mengikuti, membuat Eve merasa risih. Hingga dia duduk di tepi ranjang dan mendesah kasar.

"Dasar Kevin kurang ajar. Kalau ada Kenzo, kamu pasti sudah habis dimarah dia," gumam Eve dengan raut wajah masam. Tangannya masih melepas ikatan sepatu hak tinggi yang digunakan. Hingga dia teringat nama Kenzo, membuatnya menghentikan gerakan.

"Bukankah selama di pesta Kenzo tidak terlihat. Terus, dia kemana?" tanya Eve dengan diri sendiri. Rasanya cukup aneh karena sang bintang utama tidak hadir dalam acara tersebut. Hingga Eve meraih ponsel di dekatnya dan mencari nama sang kekasih. Jemarinya langsung menekan nomor Kenzo dan mendekatkan ponsel di telinga.

Hening. Eve hanya diam, menunggu panggilannya tersambung. Namun, tidak juga ada jawaban dari seberang. Hingga panggilannya mati, membuat Eve mengerutkan kening dalam dan menjauhkan ponsel.

"Astaga, kenapa gak diangkat?" tanya Eve dengan diri sendiri.

Sayangnya, Eve bukanlah tipe manusia yang mudah menyerah. Kembali dia menghubungi sang kekasih, berharap kali ini Kenzo akan mengangkat panggilannya. Namun, semua hanya tinggal harapan karena Kenzo masih mengabaikan panggilannya. Dengan kesal, Eve bangkit dan melangkah ke arah pintu. dia bahkan mengabaikan kakinya yang tidak menggunakan alas dan keluar kamar.

"Aku akan memarahimu karena sudah meninggalkanku di pesta sendirian, Kenzo," gumam Eve dengan raut wajah kesal.

Eve menuju ke arah kamar Kenzo yang terletak di sebelah kamarnya. Dengan cepat, kakinya melangkah lebar, tidak sabar ingin segera sampai di kamar sang kekasih. Hingga dia melihat seorang pelayan keluar, membuat Eve mengerutkan kening dalam dan mempercepat langkah.

"Kenapa kamu membereskan kamar ini? Kemana orangnya?" tanya Eve ketika sampai di depan sang pegawai hotel.

"Maksud anda Tuan Kenzo?" tanya sang pelayan memastikan.

"Tuan Kenzo dan Nona Gisel sudah check out dari hotel sejak tadi, Nona," ucap sang pelayan ketika mendapat anggukan dari Eve.

Eve yang mendengar langsung membelalakan kedua mata lebar, terkejut dengan kabar yang baru saja didengarnya. Pasalnya, Kenzo tidak mengatakan apapun dengannya, termasuk kepulangan mereka kali ini. Hingga Eve kembali ke kamar dan menutup pintu kasar.

Aku akan buat kamu menyesal, Kenzo, batin Eve dengan rahang mengeras. Jarinya menekan nomor di layar dan mendekatkan ke telinga.

"Pa, aku mau Papa katakan dengan Om Karan kalau Kenzo sudah keterlaluan. Dia meninggalkan aku di hotel sendiri dan aku tidak terima. Aku tidak terima Kenzo terus menginjak harga diriku seperti ini. jadi aku mau Papa katakan dengan Om Karan supaya Kenzo tidak terus memperlakukanku seperti saat ini," ucap Eve dengan serius.

***

Next chapter