80 Butuh Kebebasan Memilih Kekasih

"Ini kopinya, Pa," ucap Avanti seraya menaruh secangkir kopi ke meja.

Senyuman tipis menghiasi wajah Karan sembari menoleh pada sang istri. "Terima kasih, ya," ucapnya.

Ketika itu juga Avanti duduk di sebelah suaminya. Wajah wanita paruh baya itu terlihat gelisah, seperti memikirkan sesuatu. Akan tetapi saat akan bicara, Karan hendak meneguk kopi tersebut sehingga menunggu dahulu.

"Pa?" lirih Avanti.

Suaminya kembali memperhatikan dan menanti apa yang akan diucapkan Avanti selanjutnya.

"Nggak terasa—Gisel sudah dewasa, ya," ujar wanita itu.

"Hmmm … bagi Papa, Gisel tetap anak kecil kok, Ma," sahut Karan diiringi senyum tipis.

Avanti menghela napas panjang, lalu menggeser kursinya mendekat pada Karan. "Mama kepikiran buat menjodohkan Gisel sama Kevin, deh," ujarnya.

Mendengar itu Karan justru terkekeh. "Masih muda kayak gitu kok mau dijodohin, Ma. Gimana nanti sama masa depannya Gisel kalau menikah di usia muda?" tanya Karan.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter