webnovel

Party Claw Eagle 1

"Ugh... Dimana aku sekarang?"

Penglihatanku remang-remang dan tubuhku terasa sangat berat. Ini pertama kalinya bagiku untuk merasakan apa yang disebut tidak berdaya.

Langit-langit kayu adalah yang pertama kulihat. Sepertinya aku sedang dalam keadaan berbaring. Tunggu- kenapa aku berbaring disini?!

Aku refleks bangun dengan cepat yang membuatku mengalami rasa sakit akibat pusing dari kekurangan darah. Yah, itu wajar.

Aku memijit keningku sambil menundukkan kepalaku diatas ranjang. Meskipun ini hal yang cukup mengejutkan, aku masih bersyukur tidak berakhir dalam situasi yang lebih buruk. Tapi, tetap saja, bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini memenuhi kepalaku.

Saat aku mencoba mengingat apa yang terjadi, sebuah ketukan terdengar dari arah pintu. Aku menaikkan kewaspadaanku, siapapun orang yang datang, entah itu orang baik ataupun jahat, tidak ada yang pasti mengenai itu.

Selang beberapa detik, seorang perempuan dengan mengenakan zirah datang dengan membawa makanan.

""Ah!""

Kami saling bertatapan selama beberapa saat. Aku buru-buru menoleh.

"A-aku Anggi! Saat ini kamu sedang ada di markas party kami yaitu Claw Eagle. Ketua yang membawa kamu kesini, dia bilang kamu bertarung bersamanya melawan seorang buronan kelas A."

Apa yang telah terjadi setelah pertarungan itu sampai saat ini masih belum jelas. Tapi dari identitas perempuan ini, kemungkinan aku dibawa oleh Jay atau seseorang dari party mereka.

Aku sedikit agak terlambat untuk merespon tapi tidak ada yang salah dari diamnya orang yang baru saja bangun dari pertarungan dan terbaring di tempat asing.

Kalau begitu, mari kita agak berbasa-basi sedikit sambil mengorek informasi darinya.

"Jadi begitu, maaf karena sudah merepotkan. Ngomong-ngomong namaku Jion. Aku um.. orang yang diselamatkan oleh ketua kalian. Sejujurnya aku sangat bersyukur masih bisa hidup sampai saat ini. Semua itu berkat bantuan Jay."

"Tidak perlu berterima kasih, kami juga mendapat keuntungan dari itu, kok. Sebenarnya kami juga mendapat upah dari penangkapan buronan itu. Terlebih, ketua juga bilang kalau kamulah yang mengalahkannya, tapi karena akan sia-sia jika buronan itu diserahkan ke pasukan kerajaan, makanya party kami sebagai perwakilan yang mengklaim hasil itu. Tentu saja upahmu akan lebih besar dari yang kita terima."

Syukurlah sekarang aku punya uang untuk bertahan hidup. Meskipun itu hasil dari peristiwa yang tidak disengaja.

"Benarkah, yah, kalau kalian berpikir seperti itu, aku juga tidak keberatan."

"Apa kamu tidak marah? Kami baru saja mencuri pencapaianmu, tahu."

"Tidak, lagipula aku juga menerima perawatan dari kalian, jadi mari anggap ini impas."

Aku berusaha bangkit dengan susah payah, sial, kenapa tubuhku sangat berat!

"Um.. Anggi-"

"Ah, kamu tidak perlu bangun dulu. Aku tahu kalau fisikmu sedang tidak baik saat ini."

"Tidak, ini karena aku tertidur terlalu lama."

Bohong sih, aku memang masih belum kuat bangun.

"A-apa itu benar?"

"Yah, aku hanya ingin bertanya beberapa hal, tapi bukankah tidak sopan jika hanya aku yang berbaring kan?"

Tidak mungkin aku memberitahunya.

"Tidak apa-apa kok, kalau begitu, jika aku bisa aku akan menjawabnya."

Nah, mari kita ke topik utama.

"Yang pertama, berapa lama aku tertidur?"

"Emm.. kamu datang kemari kemaren sore jadi sekitar satu hari kurasa. Sekarang baru siang sih, jadi belum satu hari penuh."

"Satu hari...."

Ini pertama kalinya aku tertidur selama itu.

"Ada apa dengan itu?"

Mungkinkah tertidur selama itu adalah hal yang wajar di dunia ini? Anggi memiliki ekspresi bertanya-tanya di wajahnya.

"Tidak ada, selain itu, apa Jay ada disini sekarang?"

"Ketua sedang berkunjung ke kamp ksatria untuk bertemu dengan seseorang. Katanya sih ada yang memberikan party kami misi."

"Jadi begitu, berapa lama itu? Apa dia akan kembali dalam waktu dekat?"

"Dia jarang kembali ke markas dan karena rumahnya ada di sekitar area istana kerajaan, dia sering tinggal disana bersama keluarganya."

"Ternyata dia setua itu, ya."

Ternyata orang-orang di dunia ini terlihat lebih muda dari keliatannya. Normalnya, perawakan Jay itu setara dengan usia 20 tahunan, tapi sepertinya dia sudah menuju 30 tahun atau lebih.

"Ah, maaf, aku melamun sedikit. Ini mungkin pertanyaan terakhirku, ada berapa orang di party kamu?"

"Termasuk aku dan ketua, ada 4 anggota, masing-masing dari kami adalah pengguna pedang, tombak, pedang pendek dan busur, lalu yang terakhir yaitu pengguna sihir pendukung serta serangan."

Aku sedikit agak terkesima mendapati petarung-petarung di dunia fantasy ini. Bukan dengan senapan ataupun tank, di dunia ini mereka menggunakan senjata-senjata tradisional dan juga kekuatan sihir yang merupakan mitos di duniaku.

"Emm apa senjata yang kamu gunakan, Anggi?"

"Aku pengguna busur dan pedang pendek. Tapi karena beberapa alasan, aku lebih sering menggunakan busur."

Beberapa alasan? Aku agak penasaran dengan itu namun lebih memutuskan untuk tidak bertanya.

"Terima kasih karena telah menjawab pertanyaanku Anggi, maaf membuang waktumu."

"Tidak apa-apa. Oh ya, aku akan menyimpan makanan ini disini, sebaiknya kamu makan dulu, Jion. Aku akan menunggu di bawah bersama anggota yang lainnya juga. Ah.. jangan terburu-buru, oke! kapanpun tidak masalah, tenang saja."

Setelah Anggi pergi, aku ambruk di ranjang kembali. Aku sangat lelah. Anggi mungkin melihat keringat di wajahku.

Banyak hal yang ingin kupikirkan saat ini tapi kepalaku terasa sakit sekali saat ini jadi aku tidak bisa menggunakannya.

"Baiklah, mari kita istirahat beberapa saat lagi. Dia bilang akan menunggu, bukan?"

***

Aku bilang sebentar, tapi sepertinya aku tertidur lebih lama dari yang kukira. Ruangan yang kutempati memiliki jendela yang mengarah ke luar jadi aku tau kalau sekarang sudah malam.

Aku melirik makanan yang ada diatas meja didekatku. Terakhir kali aku makan adalah saat sarapan bersama Paman Irdo dan keluarganya. Jadi perutku sangat kelaparan. Dan tubuhku juga cukup lelah meskipun tidak seberat sebelumnya.

Aku bangun dari tidurku dan duduk di ranjang sebentar lalu meraih makanan yang ada. Ini kedua kalinya aku merasakan makanan di dunia ini. Aku tidak berpikir ini buruk sama sekali. Yang bisa kukatakan hanyalah rasanya cukup enak meskipun bumbunya sederhana.

Merasa lebih baik, aku bangkit dari tempat tidur lalu melakukan beberapa peregangan. Tempat tidur di dunia ini tidak terlalu nyaman jika dibandingkan dengan dunia ku. Tapi tidak terlalu buruk untuk menyebabkan sakit punggung.

Ah, ngomong-ngomong, barang-barangku yang dicuri buronan itu ada di atas meja. Itu pasti berkat Jay. Tapi disana tidak ada pedang pendek yang kupakai untuk mengalahkan buronan itu, mungkin Jay meninggalkannya karena sudah rusak. Yah aku tidak keberatan, lagipula dia sudah memberiku tempat untukku tidur malam ini.

Aku sudah menghabiskan minuman yang ada di meja, tapi tenggorokanku tak kunjung lega. Aku perlu minum lebih banyak.

Aku berjalan menyusuri lorong dan berbelok menuju ruang tengah, namun sebelum itu, ujung mataku menangkap sebuah ruangan yang pintunya masih terbuka.

Aku berdiam diri sejenak untuk kemudian mengabaikannya dan langsung menuju ruang tengah. Aku tidak tahu ruangan siapa itu dan menurutku tidak baik jika aku menyerobot masuk ke tempat orang lain. Apalagi aku hanyalah penghuni sementara di tempat ini.

Sampai di ruang tengah, aku hanya menemukan beberapa sofa dan sebuah meja di tengah ruangan. Beberapa botol minuman keras atau semacamnya tergeletak diatas meja itu.

Aku berkeliling mencari teko atau sebuah wadah yang menampung air, namun setelah sejam lebih, aku masih belum menemukannya.

Apakah seharusnya aku kembali ke kamar yang pintunya terbuka itu untuk bertanya?

Sebelum aku memutuskan kembali atau tidak, terdengar langkah kaki dari arah luar. Aku sedikit waspada tapi berpikir begitu di rumah orang lain rasanya agak aneh. Mungkin itu hanya penghuni lain di rumah ini.

Setelah suara langkah kaki semakin keras, seorang perempuan dengan sebuah tombak ditangannya muncul di mulut pintu dengan keringat bercucuran di sekujur tubuhnya.

"Siapa kau?"

Perempuan dengan rambut pirang itu menodongkan tombaknya kearah leherku. Matanya menyorotkan tanda waspada.

"Tunggu sebentar.... aku-"

Jika aku tidak bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini dengan benar, aku bisa mati.

***