Tempo hari kedatangan seorang sahabat, dia sudah lama pergi. Mungkin hampir satu tahun lamanya. Tiba-tiba muncul di kamarku. Masih dengan wajah yang sama dan pakaian yang sama. Terlihat tampan dengan seragam tentaranya.
"Pa kabar, lo?" kataku membuka jalur komunikasi.
"Baik." Senyumnya manis sekali. Dengan lesung pipi dan sebaris gigi yang rapi. Aku hampir terhipnotis melihatnya.
"Syukur deh. Hmm ... udah enak dong. Kan sudah 'berangkat'," ledekku.
Aku menganalogikan kata 'meninggal' dengan kata 'berangkat'. Ini sih, sebenarnya cuma mau memberi mereka sedikit harapan saja. Bahwa ada saatnya nanti mereka akan 'pulang'. Ya, pendapatku saja sih.
"Awalnya, enak. Kesini-kesini malah nggak menyenangkan," katanya lemas.
Akhirnya terlontar juga kalimat itu. Apa yang aku harapkan. Huh.
"Benarkah?" Sepertinya, pertanyaan terbodoh yang sama sekali tidak menuntut jawaban logis.
"Iya," tukasnya datar.
"Serasa belum mandi? Atau serasa seperti HP lowbat. Atau ngerasa kayak nasi basi? Dingin, anyep, useless?"
"Iya, kok tau?"
"Nanti gue doain, ya. Tapi, ya nggak sempurna. At least gue tulus. Jangan kan orang tua lo. Gue aja, lupa kalo lo udah gak ada. Hahaha." Ini candaan aneh.
Dia berusaha senyum.
"Emang, nggak ada di adat kalian acara satu tahuan buat orang yang udah meninggal??" Pertanyaanku serius, karena memang tidak tahu sama sekali.
"Ada. Yah, mungkin mereka lupa," jawabnya.
"Ah, ya lupa!" Aku jentikkan jari.
"Manusiawi kali bro, kalo lupa. Baru setahun. Jangan pesimis. Mungkin di tempat lain ada sahabat atau teman yang mengingatmu dalam doa," gumamku dalam hati.
Wait ... Ini cuma ungkapan dalam hati saja. Aku tidak akan mengungkapkan ini. Terlalu klise. Basi. Tanpa diminta pun seeorang sahabat akan berdoa untuknya. Logikanya seperti itu.
Tapi, kan tidak semuanya begitu.
Hmmm ... tenang sahabat. Aku berdoa untukmu dan mereka yang bernasib sama.
(Rest in Peace)
teruntuk sahabatku Rendy Situmorang.