webnovel

Sister Prostitution for Your Money (21+)

Berbagai jenis bunga memiliki filosofinya sendiri. Mereka sering kali dijadikan sebagai lambang cinta, kasih sayang, kesedihan dan lainnya karena menyimpan berbagai pesan bermakna yang mendalam. Kehidupan manusia sama halnya dengan bunga, mengalami masa bahagia saat tumbuh dan berkembang, namun akan kembali ke tanah saat sudah tiba waktunya. Banyak hal yang datang dan pergi begitu saja tanpa disangka-sangka ketika menjalani kehidupan yang tak seindah bunga ini, tak jauh berbeda dengan kehidupan Kaori dan Misaki. Banyak hal yang harus dilewati oleh kakak beradik itu, mulai dari hidup tanpa orang tua, bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga terlibat di dalam pekerjaan yang terlarang. Kaori terpaksa bekerja di sebuah klub malam. Hingga suatu malam, Kaori bertemu Ryuu, seorang pria muda dan kaya raya yang terpikat oleh kecantikannya. Ryuu jatuh cinta dan berniat "membeli" Kaori dari dunia malam untuk menjadikannya istri. Tapi Kaori tahu, pernikahan itu bukanlah cinta, melainkan kepemilikan. Ia menolak, meski tawaran uang yang diberikan sangat besar. Namun dia sadar bahwa biaya hidupnya terus menekan, Kaori berada diambang keputusasaan. Dalam keputusan paling gelap yang pernah dia ambil, Kaori menawarkan sesuatu yang lebih berharga dari harga dirinya sendiri, adiknya. Tapi ternyata, keputusan itu membawa Kaori ke jurang penyesalan, ketika cinta, keluarga dan harga diri bertabrakan dalam satu tragedi.

Sinta_Koumori · Realistic
Not enough ratings
224 Chs

Kue untuk Misaki

Kaori membuka matanya perlahan, menatap Misaki yang duduk di sampingnya. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma rumput dan tanah hangat yang tersinari matahari. “Kenapa kau tidak pernah menyampaikannya padaku?”

“Karena aku selalu melihat Onee-chan murung dan sedih saat hari itu tiba. Aku hanya tidak ingin menambah luka di hatimu.”

Hening. Angin sore bertiup lebih perlahan, seolah turut menyimak.

“Jadi... Kau menceritakan hal ini kepada Urano-san?” tanya Kaori lirih.

Misaki mengangguk. “Hanya dia yang merayakan ulang tahunku. Setiap tahun, dia selalu mengingatnya. Diam-diam membawa kue kecil. Terkadang hanya roti tawar dengan lilin mainan. Namun itu sudah cukup bagiku.”

Air mata mengalir di pipi Kaori. Terlebih lagi dia mengingat ucapan Kei kemarin, tentang Misaki.