Pagi itu, hujan turun seperti biasa. Tidak deras, tapi cukup untuk menbuat kaca jendela berkabut dan udara menjadi dingin. Kaori duduk di lantai kamar, punggungnya bersandar pada ranjang. Tangannya memeluk lutut, dagunya bertumpu di sana. Ia sudah bangun sejak pagi buta, tetapi belum juga mengatakan apa pun. Bahkan ia tidak berani bertemu Misaki, Kei, Urano mau pun penghuni lain di panti ini.
Matanya sembab karena menangis semalaman. Lingkaran hitam menghiasi bagian bawah matanya, tanda bahwa ia tidak tidur sama sekali. Ada perasaan tidak rela ketika hari ini harus datang dengan cepat. Padahal ia masih ingin menghabiskan banyak waktu, melakukan banyak hal dengan lelaki yang paling dicintainya. Namun takdir berkata lain, ia harus berpisah dengannya hari ini.