webnovel

Memang Gila

Editor: Wave Literature

Plok! Plok! Plok! Plok!

Tepuk tangan antusias itu terus terdengar, dan tidak berhenti sampai akhirnya Luzhou meninggalkan panggung.

Ia pernah berdiri di panggung ini sebelumnya, namun pada saat itu, ia tidak mengenakan riasan wajah. Para gadis yang duduk di kursi penonton terus bertepuk tangan dan berdiskusi dengan penuh semangat.

"Wah, yang benar saja, dia itu mahasiswa tahun kedua!"

"Kamu tahu tidak, dia itu bintang! Dia juga murid favorit Tang Wen! Memang sih, dia juga sering ke perpustakaan. Setiap kali aku pergi ke perpustakaan, selalu ada dia, kalau perpustakaan buka 24 jam, aku yakin dia pasti pindah dan tinggal di sana!"

"Apa dia punya pacar?"

"Seharusnya sih tidak… Memangnya kenapa, apakah kamu tertarik?"

"Haha! Kamu tertarik padanya?"

"Ya tidak, lah! Aku punya pacar! Tapi… Kalau dia mau mengejarku, tentu saja bidadari ini akan menyambutnya."

"Hei, jijik tahu! Aku mau muntah!"

"Kamu saja yang berharap, dasar genit!"

Tidak jauh dari kerumunan penonton, di kursi khusus anggota himpunan mahasiswa…

Seorang wanita menatap podium, matanya tampak berbinar-binar dan terus bertepuk tangan. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu.

Di sebelahnya, duduk seorang sekretaris dari Departemen Komunikasi Himpunan Mahasiswa, sosok yang diangkat dari antara mahasiswa tahun pertama. Dia pun melihat Luzhou dengan wajah penuh kagum, namun tiba-tiba, sepertinya ia mengingat sesuatu, sehingga ia segera menoleh dan memandang mahasiswa di sampingnya.

"Kak, kudengar kamu pernah menjadi teman satu tim Luzhou di sebuah lomba tingkat nasional. Apa benar?"

Lin Yuxiang tersenyum, "Benar."

Gadis itu menjadi gembira dan segera bertanya, "Dia orangnya seperti apa? Apa kehidupannya benar-benar berbeda dengan orang-orang biasa?"

Lin Yuxiang tersenyum seraya memandang pembawa acara yang mengumumkan pergantian sesi. "Yah… Setahuku sih, tidak berbeda dengan orang-orang biasa. Dia itu orangnya pendiam, bisa diandalkan, tapi tidak tahu cara merawat diri. Bahkan, terkadang dia sampai lupa makan, sehingga aku harus membawakan makanan untuknya."

Oh…

Mata gadis itu tampak berbinar saat menatap Lin dengan kagum, seperti orang yang menatap seorang idola di panggung.

Apa hubungannya dengan si pria dewa ini?

Mengapa dia bisa mendapatkan posisi tinggi seperti sekarang?

Mungkin… Jika Luzhou seorang dewa, Lin adalah dewinya?!

Sedikit jauh dari mereka, para tamu undangan Jinling duduk.

Tentu saja, tidak hanya para mahasiswa, beberapa nama-nama terkenal dalam dunia akademik juga ikut menonton acara penghargaan tersebut.

Misalnya, Profesor Ren yang sedang duduk di samping Bapak Qin.

Profesor Ren adalah sosok yang sangat memikirkan tentang bakat dan kemampuan generasi muda.

Jika tahun baru dianggap sebagai penanda akhir tahun, inilah kali keduanya mengunjungi Universitas Jinling dalam satu tahun.

Semenjak awal sampai akhir pidato Luzhou, Ren sama sekali tidak mengatakan apa-apa, namun tepat saat pidato berakhir, Ren Changming menunduk, menghela nafas, dan berkata, "Kalian dari Jinling sudah mengambilnya, ya…"

Bapak Qin hanya tertawa, "Memangnya kenapa? Apa kamu iri?"

"Lihat dirimu, tertawa sampai bangga begitu." Ren Changming menoleh dan tersenyum kepada teman lamanya, "jangan terlalu senang, sangat sulit menemukan bakat yang bisa terus berkembang hingga beberapa dekade ke depan. Pencapaiannya masih sedikit, masih sulit untuk tahu apakah ia akan terus berkembang…"

Bapak Qin hanya tertawa mendengar perkataan itu. "Ah sudahlah, apakah dia akan terus berkembang atau tidak, itu bukan urusanmu. Apapun yang terjadi, dia akan menjadi lulusan Universitas Jinling. Kamu iri ya, Pak Tua?"

Profesor tua itu tertawa dan hanya membalas, "Dasar Pria Tua, kamu tidak berkaca? Lagi pula, aku bangga menjadi lulusan universitas Yan. Apa kamu merasa kurang bangga dengan universitas-mu sendiri?" Profesor tua itu mengangkat kakinya.

Bapak Qin tersenyum, tidak menjawab pertanyaan itu.

Walaupun ekspresi Profesor Ren biasa saja, tapi sudah jelas kalau pria tua itu sedang memendam perasaan iri.

...

Mahasiswa Jinling memang benar-benar berbakat.

Ia memandang Luzhou yang perlahan-lahan pergi menjauhi panggung.

Dia juga salah satu murid universitas Jinling, dan para lulusan universitas lain juga memandangnya dengan tatapan penuh tanya.

Bahkan, orang-orang dari Departemen Perangkat Lunak - orang-orang yang jauh lebih kuat ketimbang anggota tim lamanya, Wang Xiaodong.

Rata-rata, para profesional memiliki nilai akhir kurang lebih 97.8 poin. Wang Xiaodong pernah memenangkan medali dalam Olimpiade Informatika Internasional. Bahkan, pada saat liburan mahasiswa tahun kedua, ia pernah menyelesaikan soal yang diberikan oleh Graham, sosok yang terkenal dalam dunia cyber security, dan mempublikasikan makalah berdasarkan penyelesaian tersebut.

Bahkan, jika dibandingkan dengan Luzhou pun, dia masih sedikit lebih baik. Luzhou pun tidak langsung mendapatkan undangan ke Princeton!

Tapi di sisi lain, Wang Xiaodong adalah seorang mahasiswa tahun ketiga, dan ia telah belajar 1 tahun lebih lama. Ini bukan berarti Luzhou akan terus tertinggal!

Selain itu, Luzhou juga melihat mahasiswa dari kelas seni dan bahasa. Awalnya, ia mengira mahasiswa kelas bahasa hanya akan belajar menulis, menghafalkan puisi-puisi kuno, dan memamerkan kemampuan merangkai kata-kata rumit. Ia tidak menyangka bahwa ada beberapa kelas bahasa yang lebih sulit daripada kelas-kelas sains.

Mahasiswa tersebut lulus dalam tiga setengah tahun, dan berhasil memenangkan sembilan macam beasiswa beserta dengan berbagai macam penghargaan akademik lainnya. Ditambah lagi, mahasiswa itu fasih menggunakan tujuh bahasa, dan sudah berpartisipasi dalam proyek-proyek seni yang sangat rumit, hingga harus bekerja sama dengan departemen-departemen lainnya. Pada tahun ketiga, ia juga sempat pergi ke Oxford dan New York, dan saat di sana, ia berpartisipasi dalam riset-riset pengetahuan sosial seperti "Riset Perubahan Para Wiraswastawan di China"...

Memang gila.

Luzhou hanya bertepuk tangan di belakang panggung dengan perasaan penuh haru.

Di tempat itu, ada banyak sekali sosok-sosok berprestasi, sosok-sosok yang memiliki banyak pencapaian dan berkorban gila-gilaan demi mendapatkan semua itu. Namun, sepertinya tidak ada orang yang lebih gila darinya.

Memang benar, pencapaiannya dalam memecahkan soal matematika tingkat dunia sangat sulit untuk dikalahkan. Walaupun pihak universitas tidak memasukkan pencapaian-pencapaian lain yang telah ia dapatkan, pencapaian itu saja sudah cukup untuk mengalahkan mahasiswa lain. Ditambah lagi, ia adalah pemenang Piala Menteri Pendidikan Lanjutan.

Sementara itu, makalah-makalah yang ia kumpulkan, walaupun memang hebat, masih tidak terlihat seberapa jika dibandingkan dengan pencapaian lainnya.

Mahasiswa terakhir yang membacakan pidato adalah seorang mahasiswa yang berpartisipasi dalam debat tingkat nasional. Akhirnya, sesi pembacaan pidato dan pembagian penghargaan ditutup.

Kemudian, Bapak Xu naik ke atas panggung dan memberikan dua sertifikat untuk para pemenang. Sertifikat itu adalah pernyataan "Mahasiswa Terbaik 2014" dan "Pemenang Beasiswa tahun 2014"

Awalnya, Luzhou mengira ia akan mendapatkan medali. Ia tidak menyangka hanya akan mendapatkan dua lembar sertifikat.

Pada akhir acara, semua berkumpul dan berfoto. Rektor universitas berdiri di tengah kerumunan tersebut.

Para mahasiswa mengucapkan selamat tahun baru, dan sangat bersemangat menunggu tahun-tahun serta masa depan yang cerah tanpa melupakan cita-cita mereka. Dengan janji mengejar mimpi setinggi langit, tirai panggung pun segera ditutup, menandakan akhir acara.

...

Luzhou kembali ke belakang panggung dan mengembalikan jas yang dipinjamkan oleh pihak universitas, serta mengenakan kembali jaket merahnya.

Walaupun ini sudah bulan Januari, dan salju juga sudah tidak turun di Jinling, tapi udara masih terasa sangat dingin, sehingga semua orang harus berhati-hati.

Tiba-tiba, Lin Yuxiang berjalan mendekat dan tersenyum.

"Apa kamu punya waktu?"

"Tentu saja. Ada apa?" Luzhou menjawab.

"Pihak administrasi universitas mengundang para mahasiswa teladan untuk makan bersama-sama di kantin lantai atas."

Kantin lantai atas?

Kantin yang katanya… katanya menyediakan makanan terenak itu?

Luzhou tidak pernah ke sana, karena kantin itu tidak dibuka untuk umum, sehingga hanya mereka yang memesan tempat yang bisa masuk. Biasanya, kantin itu digunakan untuk makan para dosen, staf administrasi, atau terkadang untuk tempat berkumpul kelas. Tapi, memesan tempat di sana sangat mahal, lebih murah jika mereka memesan tempat di restoran depan kawasan universitas.

Makan di kantin sudah biasa—semua mahasiswa lebih suka makan di luar.

Luzhou mengangguk, "Baiklah, aku ikut. Sebentar, ya."

Saat ia hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Lin Yuxiang menghentikannya.

"Tunggu."

"Ada apa?" Luzhou bertanya.

Lin Yuxiang tersenyum kecil dan berkata dengan sedikit kaku, "Tidak apa-apa… Kamu terlihat sangat tampan saat mengenakan jas itu."

Ah, kalimat yang sudah terkenal sebagai pujian yang membuat pria paling tangguh pingsan karena senang.

Ditambah lagi, pujian yang tak disangka akan membuat efek pujian tersebut semakin terasa.

Lin Yuxiang menunggu jawaban sang murid teladan.

Luzhou berdehem dan menjawab, "Benarkah? Ternyata benar, aku terlihat tampan."

"....?" Lin Yuxiang tampak bingung mendengar jawaban tersebut.