Luzhou menghabiskan beberapa hari terakhir untuk mempersiapkan lomba. Bahkan pekerjaan sampingannya sebagai guru les harus ditunda.
Keputusan tersebut sangatlah disayangkan, namun Nona Yang mengatakan lewat telepon bahwa ia bisa memahaminya, dan akhirnya Luzhou memutuskan untuk memulai pekerjaan paruh waktu setelah lomba tanggal 12 selesai. Sementara itu, Meng Qi merasa sedikit sedih, namun gadis itu masih memberikan semangat padanya.
Dengan begini, Luzhou bisa fokus seratus persen untuk persiapan lomba.
Pelajaran online yang biasa ia lakukan digantikan oleh pelajaran offline. Dosen Liu sangatlah bertanggung jawab, dan ia tidak hanya ikut andil dalam proyek, namun ia juga meminjam kelas untuk pelajaran, dan memberikan instruksi atau merevisi setiap topik.
Jadwal pelajaran setiap minggu diperpendek menjadi tiga hari, terdiri dari dua hari pelajaran dan satu hari belajar mandiri. Waktu lomba sudah semakin dekat, dan tingkat kesulitan topik pun semakin tinggi. Walaupun Luzhou sudah berjanji tidak akan begadang untuk belajar, ia terpaksa tidak menepati janjinya.
Beruntungnya, tidak ada kelas di minggu pertama, sehingga ia punya waktu.
Tiga hari setelah membeli laptop di toko online, paket-nya diantarkan ke asrama.
Luzhou baru saja pergi ke perpustakaan untuk mempelajari mode data, namun ia segera kembali ke asrama untuk menandatangani kertas pengiriman, dan membawa paket itu ke lantai atas.
Saat ia kembali ke kamar, ketiga teman sekamarnya sedang berteriak-teriak. Li Tao, seorang anggota Himpunan Mahasiswa yang tinggal di sebelah mereka, sedang berdiri di dekat pintu, tepat di belakang Huang Guangming.
Dia memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi, dan ia sangatlah menyukai game. Selain LOL, dia juga memainkan berbagai macam game AAA dari luar negeri lainnya dengan menggunakan laptop. Permainan dengan fitur melawan orang-orang lain seperti Crysis, Call of Duty, dan Battlefield, akan membuat graphic card bekerja dengan sangat intensif, dan tidak cocok untuk laptop biasa.
Ia menoleh saat melihat paket Luzhou, ia berbalik dan mendekat dengan penuh rasa ingin tahu.
"Kak Lu baru membeli laptop baru ya? Graphic card-nya sebagus apa?"
Luzhou menjawab dengan santai sembari membuka paket itu. "N-card."
Li Tao berdiri di belakang Luzhou dan memandangnya membuka paket tersebut. "N-card? Itu laptop gaming? Seharusnya kamu tunggu dua hari, sebentar lagi GTX970 akan didiskon."
Luzhou memasukkan U-disk yang dimilikinya ke dalam laptop dan berkata sambil tersenyum. "Tidak bisa, aku harus segera memulai lomba, dan aku baru mulai memperbaharui peralatanku. Aku tidak bisa menunggu dua hari."
"Apa laptop itu menggunakan GTX960?"
Luzhou berpikir sesaat sebelum menjawab, "K2100M"
Mendengar nama yang aneh itu, Li Tao pun terdiam.
"Kau sedang bercanda, ya?"
Hanya ada dua tipe graphic card, yakni seri GT yang lebih murah dan seri GTX yang menyasar konsumen menengah ke atas. Li Tao memiliki banyak pengetahuan tentang graphic card, tapi baru kali ini ia mendengar ada seri yang dimulai dengan huruf K.
Selama beberapa saat, tidak ada yang mengatakan apa-apa, dan Li Tao pun tidak tahu harus berkata apa. Ia berdiri di belakang Luzhou dan mengambil HP nya untuk membuka Baidu.
Graphic card spesial yang biasa digunakan untuk laptop khusus kerja…
Li Tao hanya melihat sekilas bagian-bagian yang tidak ia mengerti, dan langsung melihat harga graphic card tersebut. Saat melihat harganya, ia benar-benar terkejut.
Apa-apaan ini? Harganya lebih mahal 1000 yuan dibandingkan dengan harga pemesanan GTX970?
Dasar Sultan!
Li Tao memandang punggung Luzhou, mulutnya menganga karena terkejut.
Sudah menjadi mahasiswa teladan, bisa main game di laptop yang sangat mahal, enak sekali hidupnya.
Tanpa terlalu memikirkan apa yang dipikirkan pihak kampus, Luzhou menginstal OS dan mencoba semua perangkat keras, lalu membawa laptop itu ke atas tempat tidurnya. Ia tidur di kasur atas sebuah kasur susun.
Diam-diam, ia memandang teman-teman sekamarnya, memastikan bahwa mereka tidak sedang memperhatikannya. Li Tao sedang berdiri di belakang Huang Guangming untuk melihat komputer-nya. Lu Zhou menarik nafas dalam-dalam dan mengatakan, "U-disk, U-disk, U-disk" dalam pikirannya, sembari membayangkan simbol U yang ada pada layar Sistem.
Tiba-tiba, ia merasakan ada sesuatu di tangannya. Ada benda dingin dan keras yang muncul di tangannya yang terkepal itu.
Seperti saat ia mengambil benda-benda dari dalam pikirannya, benda yang ia inginkan muncul di tangannya entah dari mana.
"..."
Tanpa berbasa-basi, Luzhou memasukkan USB itu ke dalam laptop-nya.
Namun tiba-tiba, terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan.
Saat USB itu menancap masuk ke dalam slot yang tersedia, layar laptop tersebut berubah menghitam, seakan-akan terkena virus. Kipas pendingin laptop mulai bergerak, menunjukkan bahwa perangkat keras laptop tersebut akan mencapai batas.
"Apa laptop-nya crash?"
Luzhou segera mengambil buku panduan laptop, dan melihat jelas bahwa laptop itu memiliki kapasitas 2 TB, dengan RAM 16GB dan CPU tingkat tertinggi.
Mendengar suara laptop-nya menjadi semakin keras, Lu Zhou merasa takut namun ia harus mengambil resiko tersebut.
Untung saja dia tidak menggunakan laptop lamanya untuk menginstal kecerdasan buatan tersebut. Bisa-bisa laptopnya meledak!
Akhirnya, cahaya biru muncul pada layar laptop, dan suara keras kipas pendingin tidak lagi terdengar.
Namun tanpa sempat menarik nafas, ia terbelalak kaget melihat apa yang terjadi pada laptop tersebut.
USB yang ditancapkannya ke dalam slot laptop itu telah menghilang.
Ia berkedip dan melihatnya sekali lagi. Benar saja, USB itu sudah menghilang!
USB itu menghilang begitu saja.
"Apa-apaan ini? Di mana benda itu? Tidak, tidak mungkin hantu… Mungkinkah USB itu terbuat dari benda khusus yang bisa terurai sendiri? Apakah benda itu akan menyublim menjadi gas secara otomatis setelah proses pengunduhan selesai?"
Luzhou terus berpikir dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Namun, walaupun ia telah berusaha, ia masih tidak mengerti.
Setelah proses pengunduhan dan pemindahan data selesai, USB itu segera menghilang. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi!
Seketika, laptop itu mati, dan saat menyala kembali, sistem operasinya tidak lagi Windows 7, melainkan sebuah sistem hibrida yang mirip dengan Linux.
Luzhou tersenyum dan memandang menu yang ditampilkan pada laptop tersebut. Ia yakin bahwa laptop tersebut sudah tidak lagi memiliki sistem operasi awal-nya. Ia telah berusaha keras untuk mendapatkan dan menginstal sistem tersebut.
Ia meletakkan kedua tangannya di atas keyboard dan bersiap-siap mempelajari kecerdasan buatan pemberian Sistemnya… tapi ada apa ini?
Seketika, sebuah teks muncul pada layar.
[Selamat Datang, ini adalah aplikasi kecerdasan buatan 'Tanpa Nama'. Apakah anda ingin memberi nama? Ya/Tidak]
Luzhou terdiam, sebelum akhirnya ia memilih 'ya' dan menekan tombol enter.
[Mohon ketik nama baru]
Sebaiknya dinamakan apa, ya?
Luzhou mengusap telunjuknya di atas keyboard dan berpikir.
Ia adalah orang yang sulit memilih, bahkan ia kesulitan saat harus mencari nama untuk karakternya saat bermain game. Ia menghabiskan waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba ia mendapat inspirasi, dan ia segera menekan tiga tombol pada keyboard-nya.
Eye!
Nama itu memiliki arti 'mata' dan dibaca 'ai'.
Nama itu membawa arti bahwa mata dalam dunia digital dapat melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa.
'Ai' dalam bahasa Mandarin juga memiliki arti 'cinta' dan 'kedamaian'. Ia berharap kecerdasan buatan ini dapat menjadi batu sandaran untuk cinta dan kedamaian di dunia.
Walaupun ia membutuhkan waktu lama untuk berpikir, ia cukup bangga dengan nama yang kreatif itu.
Nama panggilan kecerdasan buatan ini adalah Xiao Ai.
Cahaya biru pada layar bersinar selama beberapa saat, dan sebuah tulisan muncul di depan layar.
[Penggantian nama sukses. Kecerdasan buatan 'Xiao Ai' siap melayani Anda]