webnovel

MALIA

Di tengah malam yang gelap gulita, terlihat seorang gadis celingukan di tengah hutan yang suram. Dia meringkuk dengan tubuh gemetaran, pakaian dari kulit binatang yang dipakai olehnya terlihat koyak dan kumal. Terlihat kulitnya memar dan lecet dari celah-celah pakaian yang koyak.

''Sakiiit...''

Terdengar suara gadis itu mengerang diiringi keluhannya. Dia meringis, menahan sakit di sekujur tubuhnya.

''Di mana Kelelawar sialan itu? Dia meninggalkanku begitu saja setelah menculikku...''

''Aku hanya mendengar ceritanya, aku tidak tahu kalau HUTAN LARANGAN ternyata sangat menyeramkan, tidak heran wanita tidak pernah memasukinya.''

''Brengsek... Ini semua, gara-gara, Kelelawar bodoh itu! Sialan, aku nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhku... Tubuhku sakit semua''

Gadis kecil itu terus saja menggerutu tidak karuan, sendirian, di tengah hutan yang gelap gulita. Dia bergumam, sambil sedikit demi sedikit berusaha untuk bangun, dan memantau situasi.

Hutan gelap gulita, nyaris tidak ada cahaya. Walau sulit, tapi, gadis itu tetap bisa melihat dalam kegelapan. Dimana tidak semua orang bisa melakukannya. Terlihat ringkih dan lemah, tapi dia dengan tajam selalu bersikap waspada dengan apa pun di sekelilingnya.

''Sial. Kalian tidak memberiku waktu sama sekali...'' Gadis itu menggerutu, dia berdecap merasa kesal, karena keadaan kembali tidak memihak padanya.

GRRR GRRR GRRR

Terdengar suara geraman dari entah binatang apa. Tapi, yang pasti suara derap kaki mereka mengiringi dedaunan yang bergemerisik, memberitahu, kalau mereka semakin dekat.

Gadis itu yang masih menikmati masa istirahatnya, mau tidak mau memaksa tubuhnya untuk segera bangkit. Dia berjongkok dengan sikap waspada memasang kuda-kuda. Tubuhnya tegap, bersiap menghadapi pemburu yang telah menargetkan dirinya sebagai mangsa.

''Anjing! Gerombolan anjing liar... Ayolah... Aku tidak mungkin menang melawan kalian semua'' ujar gadis itu mengeluh dengan

ekspresi kesal.

Gadis itu menatap tajam pada Anjing yang terlihat sebagai Alpha mereka. Anjing itu, tepat berada di hadapannya. Gadis itu takut, tapi, dia menunjukkan sikap kalau dia tidak gentar. Dia balik menantang. mengintimidasi anjing-anjing liar itu dengan sorot matanya.

Instingnya gadis itu tidak tumpul, melawan anjing-anjing liar itu sendirian, itu tidak mungkin pikirnya. Dia berusaha untuk tetap tenang dan mencari peluang agar dia bisa selamat tanpa harus menambah luka lagi di tubuhnya.

Melihat ada pohon besar tak jauh darinya, gadis itu segera melesat pergi. Dia lari dari anjing-anjing yang menginginkannya sebagai hidangan makan malam. Kecepatannya melarikan diri sungguh di luar dugaan. Untuk gadis dengan tubuh penuh luka, dia terlalu cepat. Dia menaiki pohon besar dengan sangat cekatan, nyaris seperti monyet, dia naik sampai ke puncak tanpa menjeda pergerakannya. Dia merayap, menaikinya dengan sangat lancar sampai ke puncak.

''Kenapa pohon-pohon yang ada di sini kecil-kecil?''

Gadis itu bergumam, sesaat setelah dia sampai di puncak pohon. Gadis itu berhasil melarikan diri dari gerombolan anjing liar. Anjing liar, adalah hewan yang masuk dalam genus Canidae. Mereka bukan pemanjat, karenanya melarikan diri dengan naik ke atas pohon dapat menghentikan langkah anjing-anjing itu sehingga tidak mengejarnya.

''Hei! Aku juga baru sadar... Anjing-anjing liar itu. Apa mereka semua anak-anak? Kenapa mereka kecil-kecil sekali...''

''Ah... Terserahlah, setidaknya, aku akan mengistirahatkan tubuhku sedikit lebih lama lagi di sini''

Gadis itu terus bicara sendiri, seperti katanya, dia tertidur di puncak pohon. Anjing-anjing liar itu akhirnya pergi meninggalkannya ketika langit mulai berganti warna. Perlahan tapi pasti, semburat cahaya kemerahan muncul di ujung langit, ketika fajar tiba.

Silau matahari yang baru saja menunjukkan dirinya, membuat mata gadis itu mengerjap. Kini, kelopak matanya telah terbuka sepenuhnya, dia bangun dari tidurnya yang lelap, tubuhnya terasa kaku karena dia tidur dengan posisi yang tidak nyaman.

''Pagi!''

Seru gadis itu menyapa hari, sambil sedikit menghalangi cahaya matahari yang menyilaukannya dengan sebelah telapak tangannya.

''Aku haus... Apa anjing-anjing itu sudah pergi?''

Gadis itu memicingkan matanya melihat ke bawah, setelah itu dia melihat ke sekitar. Dia melihat ada sesuatu yang terasa berbeda tapi dia tidak tahu apa itu. Hatinya, mengatakan ada yang aneh dengan keadaan di sekitarnya tapi dia juga tidak punya pilihan selain harus menjelajahinya.

Dia sendirian dan harus segera meminta bantuan. Dia juga masih sangat takut, kalau-kalau Kelelawar yang menculiknya ternyata masih berusaha mengejarnya. Belum lagi ancaman binatang buas yang sudah pasti gadis kecil sepertinya tidak akan bisa menghadapinya. Tadi malam hanya gerombolan anjing liar kecil yang mendatanginya, jika yang lebih besar, mungkin dia tidak akan punya kesempatan untuk lari.

''Apa yang harus aku lakukan? Apa sudah tidak apa-apa jika aku turun? Ini, adalah kali pertama aku benar-benar sendirian...''

Gadis itu berjongkok di atas puncak tertinggi dari sebuah pohon di antara banyaknya pohon yang berdiri tegak menjulang tinggi di tengah lebatnya hutan.

Tapi tidak.

Ini bukan hutan yang luas, hanya beberapa puluh kilometer jarak pohon tempat gadis itu bertengger, dengan jalanan berwarna hitam yang membentang lurus sampai tak terlihat dimana ujung dan pangkalnya. Di atas badan jalan berwarna hitam itu terlihat ada benda yang memiliki empat roda seperti gerobak berlalu lalang dengan kecepatan tinggi.

''Apa itu? Benda itu berjalan cepat sekali? Tapi, aku tidak melihat ada orang, terlalu tertutup, mungkin ada di dalamnya...''

Gadis itu bergumam sambil terus memikirkan sesuatu.

Dia bingung.

Bukankah dia ada di dalam HUTAN LARANGAN?

Kenapa, ada begitu banyak orang?

Dan, iya, semalam dia bisa tidur dengan sangat nyenyak tanpa ada monster terbang mengganggunya. Di bawah juga tampak sepi, nyaris tanpa ada aktifitas makhluk hidup. Gerombolan anjing yang hampir menjadikannya santapan tadi malam, juga bukan dari golongan monster HUTAN LARANGAN. Mereka hanya gerombolan anjing biasa.

''Owh ayolah... Nenek juga sudah sering mengajarimu. Malia kau adalah keturunan si pemberani Anindira, bakat yang kau miliki juga adalah warisan si dokter ajaib Hans. Jangan jadi penakut, kau akan mati kelaparan jika hanya menunggu bantuan...'' ujar gadis itu mengeluh, tapi sesaat kemudian dia kembali menyemangati dirinya.

Malia nama gadis itu, nenek moyangnya adalah Anindira dan keempat pasangannya. Gavriel si Singa Perak yang gigih, Halvir Jaguar terkuat, Hans, Singa emas yang bijak sekaligus si Dokter ajaib, dan Aefar, Serigala merah, Alpha penguasa Hutan biru. Malia lahir setelah mereka semua telah tiada dan meninggalkan nama besarnya.

Sebagai seorang wanita, Malia jadi yang terlangka, karena dia satu-satunya yang mampu memiliki sedikit dari kemampuan para pria di DUNIA MANUSIA BUAS. Kelebihan Malia menjadi senjata, sekaligus daya tarik untuk menjadikannya pasangan, yang juga membuatnya hampir selalu dalam bahaya. Malia menjadi salah satu, dari beberapa wanita keturunan Anindira, wanita yang sangat diinginkan di DUNIA MANUSIA BUAS.

Kelebihan Malia yaitu fertilitasnya sebagai wanita, yang sudah sangat dikenal di DUNIA MANUSIA BUAS. Karena dia memiliki genetik Anindira, sudah membuatnya istimewa. Ditambah lagi, dia punya kemampuan yang membuatnya semakin unik dan berharga. Hal itu membuat keluarganya overprotective terhadapnya. Sayangnya, malang tak dapat dihindari. Hari itu, mereka lengah, dan Malia berhasil diculik oleh Kelelawar.

Halo para pembaca... Jumpa lagi denganku Wolfy.

Aku buat cerita baru yang masih berkaitan dengan novelku sebelumnya. Bagi kalian yang ingin lebih memahami ceritaku, baca WANITA UNTUK MANUSIA BUAS di D*R*E***A*M*E dan I*NN*0*V*E*L

Novel WANITA UNTUK MANUSIA BUAS sudah tamat.

Wolfy79creators' thoughts