)))))(((((
"Kau dan aku sama-sama lelaki.. Dan itu adalah takdir yang mengharuskan kita untuk berpisah.. Mau tidak mau kita harus menerimanya.. Kau mengerti kan? Sasuke?" ucap Naruto sambil memandangi wajah Sasuke.
"Tidak! Cinta itu suci! Cinta tidak pernah salah! Aku bersumpah akan membuat kita bisa hidup bersama dan bersatu selamanya, Naruto!" potong Sasuke cepat. Matanya berkilat tajam, memancarkan tekad dan keyakinan yang kuat.
"Jika takdir yang memisahkan kita! Maka aku akan menentang takdir itu!" teriak Sasuke.
"Aku akan merubah takdir itu! Dan saat itu terjadi.. Kau! Naruto!" Sasuke menunjuk ke arah Naruto.
"Kau harus menerimaku! Kau, Naruto! harus menerimaku, Sasuke Uchiha! Seperti yang pernah kau katakan padaku! Kau harus melakukan apa yang pernah kau katakan padaku!" teriak Sasuke.
Setelah mengatakan semua itu, Sasuke keluar dari kamar tempat Naruto berbaring. Naruto hanya bisa memandang kepergian Sasuke dengan perasaan sedih dan bersalah. Dia benar-benar sedih melihat wajah terluka Sasuke. Naruto merasa sangat bersalah karena telah menyebabkan kesedihan Sasuke saat dia lagi-lagi menolak perasaan Sasuke.
Naruto merasa tidak bisa membalas perasaan Sasuke dengan cara yang dikehendaki oleh Sasuke. Meskipun Naruto mencintai Sasuke, tapi Naruto tidak akan bisa hidup bersama Sasuke sebagai pasangan karena hal itu menentang kodrat Tuhan dan merupakan dosa. Naruto sangat mencintai Sasuke hingga dia tidak mau Sasuke melakukan perbuatan dosa dengan cara menolak untuk menerima Sasuke sebagai pasangannya. Naruto mencintai Sasuke dengan segenap hatinya dan Naruto berniat untuk membuktikan cintanya itu dengan mendampingi Sasuke, melindungi dan menyayangi Sasuke seumur hidupnya. Naruto bahkan rela menyerahkan nyawanya untuk Sasuke jika Sasuke menginginkannya. Naruto mencintai Sasuke dengan tulus. Tanpa nafsu untuk menguasai dan memiliki lelaki itu. Naruto berniat menjadi mentari yang bersinar untuk menerangi kehidupan Sasuke yang selama ini begitu suram dan penuh kesedihan. Tapi kenapa Sasuke tidak bisa menerima caranya dalam mewujudkan cintanya?
Sejak saat itu Sasuke menghilang bagaikan ditelan bumi. Setiap kali Naruto bertanya kepada Itachi dan Shikamaru tentang Sasuke, kedua lelaki itu hanya menjawab tidak tau. Bahkan mereka berdua pun sedang berusaha menemukan Sasuke yang pergi tanpa pamit kepada mereka berdua. Bahkan setelah dua bulan berlalu, tepatnya setelah Naruto selesai menjalani terapinya untuk memulihkan kondisinya setelah mengalami koma, Sasuke masih belum bisa ditemukan. Sasuke belum memunculkan dirinya.
Naruto mencari Sasuke ke seluruh pelosok ibukota. Naruto mencari di setiap tempat yang pernah didatangi oleh Sasuke dengan berbekal petunjuk dari Jugo dan Suigetsu. Naruto juga bertanya kepada setiap orang yang menurut kedua anak buah Sasuke itu mengetahui di mana persembunyian Sasuke. Tapi semua usaha pencarian Naruto itu hanya sia-sia. Naruto tidak bisa menemukan jejak Sasuke sedikit pun.
"Apakah dia pergi ke luar negeri? Tapi Kak Itachi bilang dia tidak menemukan data imigrasi tentang kepergian Sasuke." Naruto tidak tahu lagi harus mencari Sasuke di mana lagi.
"Atau.. Mungkin kah Sasuke bersembunyi di Konoha?"
Naruto mengira Sasuke kembli ke Konoha, tempat tinggalnya yang lama untuk menenangkan diri. Naruto segera kembali ke Konoha untuk mencari Sasuke di sana. Namun Naruto juga tidak bisa menemukan jejak Sasuke di Konoha. Naruto pun meneruskan mencari jejak Sasuke ke kota lain yang pernah didatangi Sasuke yang artinya hampir di semua kota di seluruh negeri.
Naruto merasa miris karena hampir semua tempat yang pernah ditinggali Sasuke adalah hotel, penginapan dan juga villa mewah yang disewa oleh pelanggan Sasuke. Hal itu membuat Naruto merasa sangat bersalah karena telah meninggalkan Sasuke hingga Sasuke melakukan pekerjaan hina sebagai pelacur hanya untuk bertahan hidup di ibu kota.
Naruto berdiri di depan jendela villa yang menghadap langsung ke laut. Villa ini adalah tempat terakhir yang dalam daftar tempat yang pernah Sasuke datangi yang ditunjukkan oleh Yahiko dan Kakuzu.
"Aku memang tidak berguna.. Aku memang bodoh.. Maafkan aku Sasuke.." ucap Naruto sedih.
"Pulanglah Sasuke.. Kau boleh menyalahkan ku.. Memukulku.. menendangku.. Kau bahkan boleh membunuhku.. Tapi pulanglah Sasuke.. Aku mohon.." ucap Naruto dengan air mata menetes dari kedua matanya.
Setelah hampir putus asa mencari Sasuke, akhirnya Naruto kembali ke Konoha dan kembali menjalankan profesinya sebagai guru di SMA Konoha dan sekaligus menjalankan bisnisnya sebagai pemain saham.
Naruto benar-benar mencemaskan Sasuke. Naruto takut Sasuke melakukan perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri mengingat saat itu Sasuke pergi dalam keadaan emosi. Naruto memutuskan untuk menyewa seorang detektif untuk mencari keberadaan Sasuke. Namun setelah berbulan-bulan, Naruto belum juga mendapatkan kabar tentang Sasuke meski detektif yang disewanya telah menyisir setiap kota di seluruh negeri.
Selama hampir dua tahun, Naruto terus memikirkan Sasuke yang masih menghilang seolah tertelan bumi. Naruto benar-benar mencemaskan keadaan Sasuke. Apalagi bisnisnya dalam bermain saham selalu menghasilkan keuntungan besar yang selalu dipercayainya sebagai pertanda buruk. Dan lagi-lagi hari ini Naruto kembali mendapat keuntungan besar saat menjual sahamnya yang tanpa diketahuinya tiba-tiba naik harga. Naruto melihat saldo di dalam rekeningnya bertambah jumlah digitnya secara tidak wajar. Naruto bahkan mendapat hadiah sebuah rumah dari undian yang diadakan oleh bank tempat dia menyimpan uangnya, hingga rasa takut dan cemas Naruto akan Sasuke semakin meraja lela.
"Tuhanku! Lindungilah Sasuke.. Aku mohon.. Jangan biarkan Sasuke mengalami sesuatu yang buruk.. Lindungilah Sasuke Ya Tuhaan.." doa Naruto dengan hati yang penuh kekhawatiran dan kecemasan.
...
"Naruto sakiit! Sakit sekalii!" Wajah Sasuke terlihat pucat dengan ekspresi menahan sakit. Sasuke terlihat sangat tersiksa dan kesakitan.
"Tolong akuu! Tolong aku, Narutoo!" Teriakan kesakitan Sasuke mengiris hati Naruto.
"Narutoo!"
"Sasuke!" Naruto berteriak panik. Dan pada saat yang bersamaan Naruto membuka matanya lalu bangun dari tidurnya.
"Sasuke! Sasuke?!" Naruto melihat sekitarnya, mencari-cari di setiap sudut ruang kerjanya, tapi tidak menemukan bayangan Sasuke di mana pun.
"Apakah itu mimpi? Kenapa terasa begitu nyata?" gumam Naruto saat menyadari dirinya ternyata terbangun dari tidurnya saat masih berada di ruang kerjanya. Bahkan komputer di depannya masih menyala dan menunjukkan diagram perkembangan pasar saham.
"Ya Tuhaan! Di mana kau Sasuke? Aku mohon cepatlah pulang.. Aku mohon.." Naruto meremas rambutnya.
Naruto segera mematikan komputernya dan pergi dari rumahnya dengan mengendarai mobilnya, mengendarainya dengan cepat menuju panti asuhan meski arloji di pergelangan tangannya telah menunjukkan bahwa waktu telah melewati tengah malam. Naruto melajukan mobilnya dengan cepat. Naruto ingin segera bertemu dengan Iruka, lelaki paruh baya yang sudah dia anggap sebagai ayahnya yang selalu bisa menenangkannya. Sepanjang jalan menuju panti asuhan, Naruto tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Sasuke. Hatinya dipenuhi kecemasan dan kesedihan akan keadaan Sasuke.
Sesampainya di panti asuhan, Naruto terkejut melihat Iruka sedang duduk di beranda panti asuhan sambil memangku seorang anak kecil. Tepatnya seorang gadis kecil.
"Naruto? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa kau datang pada jam seperti ini?" tanya Iruka sambil membelai rambut hitam gadis kecil yang tidur berbantalkan pahanya.
Sebenarnya Naruto ingin sekali mencurahkan kecemasannya tentang Sasuke yang memenuhi hatinya kepada Iruka. Tapi saat melihat gadis kecil berambut hitam yang tertidur di pangkuan Iruka, dia tidak sanggup untuk mengatakannya.
"Bukankah itu Sarada?" tanya Naruto.
Naruto memandangi Sarada. Gadis kecil yang tumbuh tanpa orang tuanya itu pasti lebih menderita darinya. Apalagi melihat jejak air mata di wajah gadis kecil itu.
"Apakah yang telah terjadi hingga dia menangis? " tanya Naruto sambil duduk di lantai, di hadapan Iruka. Naruto ikut membelai rambut hitam Sarada.
"Beberapa hari yang lalu Konohamaru di adopsi keluarga dari ibukota. Dan hari ini, Mitsuki juga mendapat keluarga yang mengangkatnya sebagai anak. Dan Sarada merasa kesepian dan juga merasa ditinggalkan. Sejak kepergian Mitsuki, Sarada terus menangis tanpa henti. Dia berkata dirinya terlalu nakal hingga tidak ada yang mau menjadi keluarganya." jawab Iruka sambil menatap wajah Sarada.
"Sarada yang malang." ucap Naruto lirih.
"Dia begitu cantik.. begitu cerdas.. Namun sikapnya yang pendiam serta sedikit sifat angkuhnya membuat keluarga yang akan mengadopsinya merasa terintimidasi dan urung mengambil Sarada sebagai bagian dari keluarga mereka." ucap Iruka.
"Sarada memang mempunyai aura kuat meski masih belia. Meskipun kadang dia bisa manja juga." sahut Naruto yang hafal segala tingkah polah Sarada dan anak-anak panti asuhan itu.
"Benarkah Sarada pernah bersikap manja? Bahkan dia tidak pernah bermanja padaku. Apakah Sarada hanya menunjukkan sikap manja itu padamu saja?" tanya Iruka dengan nada tidak percaya.
"Mungkin Sarada hanya bisa terbuka padamu, Naruto. Atau mungkin Sarada hanya bisa mempercayaimu." tanya Iruka lagi.
Naruto menatap wajah Sarda yang sedang terlelap. Gadis kecil itu memiliki wajah yang cantik. Kulitnya begitu putih dengan rambutnya yang hitam sebahu. Dan saat Naruto memperhatikannya, Sarda punya kemiripan luar biasa dengan Sasuke.
"Apa sebaiknya aku mengadopsinya?" tanya Naruto.
"Apa?! Kau bersungguh-sungguh?" tanya Iruka kaget dan tidak percaya.
"Aku serius. Aku ingin mempunyai keluarga. Aku ingin membangun sebuah keluarga." ucap Naruto sambil menatap wajah Sarada lekat-lekat.
"Lagi pula.. Sarada sangat mirip dengan Sasuke." lanjut Naruto dalam hati.
Dan Naruto pun akhirnya memutuskan untuk mengadopsi Sarada. Gadis kecil itu terlihat sangat bahagia saat Naruto membawanya ke rumahnya. Apalagi saat Sarada melihat kamar yang disediakan untuknya.
"Jadi ini kamarku? Milikku sendiri? Aku tidak harus berbagi dengan anak lain seperti di panti kan?" tanya Sarada sambil melihat sekeliling kamarnya.
"Tentu saja ini kamar milikmu sendiri." jawab Naruto.
"Jadi aku benar-benar telah menjadi anakmu sekarang, Kak Naruto?" tanya Sarada dengan wajah berbinar.
"Tentu saja." jawab Naruto sambil tersenyum.
"Bolehkah aku memanggilmu ayah?" tanya Sarada lagi.
"Kau boleh memanggilku Kak Naruto seperti biasa. Kau juga boleh memanggilku ayah. Terserah kau saja." jawab Naruto sambil membelai kepala Sarada.
"Ayah.. Ayah Naruto.." panggil Sarada dengan suara bergetar.
"Iya Sarada sayang." jawab Naruto sambil menangkup wajah Sarada.
"Ayah!" Sarada menghambur dan memeluk tubuh Naruto erat. Selanjutnya terdengar isak tangis dari gadis kecil itu.
"Hiks.. Aku selalu ingin punya ayah.. Terima kasih kau bersedia menjadi ayahku.. Hiks-hiks.. Ayah Naruto.." tangis Sarada.
"Aku juga senang kau menjadi putriku.. Sarada.. Aku bahagia.." jawab Naruto sambil membalas pelukan Sarada. Naruto memeluk Sarada erat. Dia membayangkan tubuh Sasuke lah yang dipeluknya.
"Apakah kau bahagia? " tanya Naruto lirih. Apakah kau bahagia Sasuke? Itulah yang sebenarnya ingin dia tanyakan.
"Iya ayah.. Aku sangat bahagia menjadi anak ayah Naruto.." jawab Sarada di tengah isakan tangisnya.
"Syukurlah.." jawab Naruto sambil mempererat pelukannya pada tubuh kecil Sarada. Dia mencium kepala Sarada berulang kali untuk mencurahkan kasih sayangnya.
"Aku harap kau juga bahagia, Sasuke.. Di mana pun kau berada.." doa Naruto dalam hati.
Namun Naruto tidak tahu.
Di suatu tempat yang sangat jauh dari Konoha, Sasuke sedang merasakan penderitaan dan kesakitan. Rasa sakit yang sudah ditanggungnya selama berbulan-bulan. Lelaki berkulit putih dan berambut sewarna langit malam itu terbaring di ranjang di dalam ruangan serba putih. Air mata menetes dari kedua matanya yang terpejam erat. Dahi putihnya mengernyit dan keringat mengalir membasahi wajahnya yang memperlihatkan bahwa dia sedang dalam kesakitan.
"Berikan aku penghilang sakit.. Aku mohon.." ucapnya lirih.
"Maaf Tuan. Kami tidak bisa melakukannya. Jika kami melakukannya, hal itu akan memicu efek adiksi bagi tubuh Anda." jawab dokter.
"Tapi sakit sekali.. bisakah kau memberiku sedikit saja.. Aku mohon.. Aku akan membayarmu sebanyak apa pun yang kau mau.. Aku mohon.." pinta Sasuke memelas.
"Saya mohon maaf, Tuan.. Aku tidak bisa melakukannya." jawab dokter itu segan.
"Lalu apa gunanya kau di sini?! Pergi kau dari hadapanku!! Pergi!!" Sasuke menatap dokter dengan tatapan tajam yang penuh dengan kemarahan.
"Kalau begitu saya pamit Tuan. Maaf.." pamit dokter itu lalu pergi keluar dari ruang rawat yang mewah itu.
"Aarghhh!! Sakiit! " teriak pasien itu. Ada nada kepedihan dan kesakitan di dalam suaranya. Wajahnya yang putih semakin pucat akibat menahan rasa sakit yang dirasakannya.
"Narutoo! Ini sakiit sekalii! Sakiit!" teriaknya.
Wajah yang putih itu menampakkan penderitaan dan kesakitan yang teramat sangat. Bahkan air mata pun mulai mengalir deras membasahi pipi dan wajah putihnya.
...
"Sasukee!"
Naruto langsung membuka matanya. Jantungnya berdetak sangat kencang sementara keringat mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Saat dia melihat sekitarnya, dia menemukan dirinya di ranjang di dalam kamarnya. Saat dia melihat jam digital di atas meja, benda itu menunjukkan waktu 1:37 am. Itu artinya dia baru tidur selama sepuluh menit dan dia sudah kembali terbangun karena bermimpi buruk. Berbulan-bulan, bahkan hampir 3 tahun sejak Sasuke menghilang, Naruto tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu mengalami mimpi buruk tentang Sasuke. Dan itu membuat Naruto terlihat pucat dengan kantong mata menghitam. Tubuhnya juga terlihat kurus karena Naruto kehilangan selera makannya sejak Sasuke menghilang tiga tahun yang lalu.
Naruto segera bangun dan mencuci muka di kamar mandi lalu mengganti bajunya. Dia mengambil kunci mobil dan dompetnya lalu menjalankan mobilnya ke arah panti asuhan tempat tinggalnya dulu. Naruto ingin mengunjungi Iruka dan mengatakan semua keluh kesahnya pada lelaki yang sudah dianggapnya sebagai ayah itu agar perasaannya sedikit tenang. Naruto bahkan tidak mempedulikan hujan deras yang sedang turun di pagi buta itu.
Naruto mempercepat mobilnya menembus hujan deras. Beberapa menit kemudian Naruto sudah bisa melihat bangunan panti asuhan di kejauhan. Namun sebuah mobil lain yang melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba melewatinya. Saat mobil itu berbelok ke arah kanan, roda mobil itu tergelincir akibat jalanan yang tergenang air dan meluncur cepat ke arah trotoar dan..
BRUAAKK!
"Ya Tuhan!" Naruto berteriak kaget.
Mata Naruto membola saat mobil itu menabrak sebuah pohon yang tumbuh di pinggir jalan dengan keras hingga salah satu cabangnya patah dan jatuh menimpa kaca depan mobil.
"Semoga pengemudinya baik-baik saja. Aku mohon Ya Tuhan!" Naruto segera menghentikan mobilnya, keluar dan berlari menghampiri mobil itu untuk menolong pengendara mobil itu. Naruto segera menghampiri jendela pengemudi untuk menolong pengendara mobil itu.
"Tuhanku.." pekik Naruto saat melihat lelaki yang berada di kursi pengemudi itu terlihat mengerikan. Wajah lelaki berambut hitam itu terluka oleh pecahan kaca. Bahkan Naruto bisa melihat beberapa pecahan kaca yang masih menancap di beberapa bagian wajahnya. Bukan hanya itu, dada lelaki itu pun tertancap cabang pohon yang jatuh dari pohon yang tertabrak mobil itu. Naruto segera berusaha membuka pintu mobil itu untuk mengeluarkan lelaki itu.
"Jangan pedulikan aku.. Tolong.. Tolong istriku.. bawa dia ke rumah sakit.. aku mohon.. istriku akan melahirkan.." ucap lelaki itu di sela nafasnya yang tersengal.
Naruto kaget mendengar ucapan lelaki itu dan segera mengalihkan pandangannya di kursi penumpang di samping lelaki itu. Naruto makin terkejut melihat sosok seorang wanita berambut pirang dengan perutnya yang terlihat sangat besar. Wanita itu masih terduduk di tempat duduknya karena mengenakan seatbelt. Wanita itu tampaknya pingsan dengan luka-luka di wajah dan kepalanya akibat pecahan kaca.
"Ce-cepat tolong.. Hhh.. istriku.. Selamatkan bayiku.. Aku mohon.. Aku mohon.." Suara lelaki itu menyadarkan Naruto.
"Aku akan menyelamatkan kalian.. Kau tenanglah.." ucap Naruto sambil kembali berusaha membuka pintu mobil itu.
"Istriku.. Aku mohon.. Selamatkan istriku.. dulu.. Anakku.. Bayiku.. Selamatkan bayiku.. Aku.. mo.. hon.." ucap lelaki itu lagi sebelum lelaki itu terdiam.
Naruto terbelalak kaget saat melihat lelaki itu tidak lagi bersuara. Mata hitam lelaki itu pun mulai kehilangan cahayanya. Lelaki itu telah meninggal. Tanpa terasa Naruto menangis. Air mata mengalir deras dari kedua matanya.
"Aku akan membawa istrimu ke rumah sakit.. Aku akan berusaha menyelamatkan mereka.. Aku akan berusaha sekuat tenagaku.." ucap Naruto sambil menutupkan kelopak mata lelaki itu.
Naruto segera berlari memutar dan membuka pintu mobil bagian penumpang dan melepaskan seatbelt wanita pirang itu. Naruto segera meraih tubuh wanita pirang yang pingsan itu dan membopongnya lalu membawanya ke rumah sakit yang tidak jauh dari tempat itu dengan mobilnya. Naruto melajukan mobilnya sekencang yang dia mampu agar bisa sampai di rumah sakit sesegera mungkin.
Naruto baru saja melihat mayat lelaki korban kecelakaan dan baru saja tiba di rumah sakit. Polisi langsung menghubunginya begitu mayat lelaki itu tiba di rumah sakit karena Naruto lah yang menghubungi polisi untuk melaporkan kecelakaan itu. Naruto merasa sedih memikirkan keadaan wanita pirang korban kecelakaan yang telah ditolongnya yang baru saja melahirkan itu. Apalagi bayi yang baru saja lahir dan sudah tidak mempunyai ayah sebagai pelindungnya. Membayangkan kehidupan ibu muda yang harus mengasuh dan menghidupi bayinya seorang diri, membuat Naruto merasa benar-benar miris. Naruto bahkan takut tidak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan ibu muda itu yang menurut perawat ingin bertemu dengannya sekarang juga.
"Tidakkah wanita itu masih lelah karena baru saja melahirkan bayinya?" tanya Naruto dalam hati.
Naruto memasuki ruang tempat wanita korban kecelakaan itu dirawat. Saat Naruto masuk, dia disambut oleh senyuman lembut wanita berambut pirang yang sedang mendekap buntalan kain berwarna biru.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sedih? " tanya wanita itu dengan suara lirih bagaikan hembusan angin.
"Tidak.. Ini hanya.. Aku tidak apa-apa. Aku hanya teringat sahabatku yang telah menghilang beberapa tahun. Sampai saat ini aku bahkan tidak tahu dia ada di mana dan bagaimana keadaannya." jawab Naruto.
Sesaat kemudian Naruto menyadari bahwa dia terlalu banyak bicara tentang dirinya sendiri. Bukankah dia ke sini untuk menengok keadaan wanita korban kecelakaan itu. Wanita itu baru saja melahirkan beberapa menit yang lalu sedangkan suaminya telah meninggal. Tidak seharusnya Naruto menceritakan masalah pribadinya pada wanita malang itu.
"Maafkan saya.. Seharusnya saya tidak menceritakan semua masalah saya kepada Nyonya.. Maaf.." Naruto membungkuk untuk meminta maaf.
"Tidak apa-apa.. Kau sudah menyelamatkan bayiku.. Aku berhutang nyawa padamu.. Kau juga telah menelepon polisi untuk menolong suamiku kan? Kau orang baik, Tuan Naruto.." jawab wanita pirang itu sambil tersenyum lembut.
Naruto merasa suara wanita itu terdengar bagaikan suara malaikat. Begitu lirih dan lembut. Bahkan senyum lembut di wajah ibu muda itu pun terlihat begitu tulus. Naruto bahkan merasa dia tidak berhadapan dengan manusia, tapi seorang malaikat.
"Oya. Aku menamakan bayiku dengan nama Boruto.. Bukankah terdengar mirip dengan namamu.." ucap nyonya muda itu.
"Benarkah?" tanya Naruto dengan mata bersinar.
"Dia bahkan berambut pirang dan bermata biru sepertimu.." ucap nyonya muda itu.
"Apakah aku boleh melihatnya?" tanya Naruto.
"Kau bahkan boleh menggendongnya." jawab nyonya muda itu sambil mengangkat bayinya lalu menyorongkannya ke arah Naruto, memberi tanda agar Naruto mengambil buntalan bayi itu dari tangannya.
Naruto cepat-cepat menerima buntalan bayi itu dan mendekapnya dengan hati-hati di dadanya. Naruto memandangi bayi mungil dalam dekapannya itu dengan perasaan takjub. Kulit bayi itu berwarna kemerahan, rambut pirang tipis yang halus membingkai wajah mungil itu. Dan kedua pipi mungil itu terlihat bulat bagaikan bakpau. Bayi itu membuka matanya beberapa saat, memperlihatkan bola matanya yang biru dan jernih seperti lautan dalam sebelum kembali terlelap.
"Dia benar-benar tampan.. Dia lucu sekali.." ucap Naruto dengan perasaan terharu.
"Kau terlihat pantas menjadi ayahnya." ucap wanita itu dengan suara yang lagi-lagi terdengar bagaikan desiran angin.
"Aku serahkan Boruto kepadamu.. Aku percayakan Boruto padamu.. Tuan Naruto.."
Meskipun suara wanita itu selembut sutra, Naruto tetap terkejut mendengar pernyataan wanita itu. Namun Naruto lebih terkejut lagi saat melihat wanita itu terlihat telah memejamkan matanya dengan seulas senyum menghiasi bibirnya yang kini terlihat pucat.
"Nyonya?! Nyonya?! Kau tidak apa-apa kan?! Nyonya?! Aku mohon jawab aku! Nyonya!"
Teriakan Naruto itu membuat bayi di dalam dekapannya terkejut dan menangis. Naruto semakin panik saat ibu muda yang merupakan ibu Boruto, bayi yang ada di dekapannya itu, tidak terbangun atau terusik sedikit pun dengan suara tangisan bayi itu. Naruto langsung memanggil perawat dan dokter untuk memeriksa kondisi nyonya muda itu.
Naruto merasa sangat sedih saat mendengar hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan bahwa nyonya muda itu telah meninggal karena pendarahan yang dialaminya saat melahirkan. Apalagi saat mendengar tangisan Boruto kecil yang terdengar begitu sedih benar-benar menyayat hatinya. Bukankah artinya bayi mungil bernama Boruto yang ada di dalam dekapannya akan hidup sebatang kara? Benar-benar bayi yang malang.
Naruto sedang menimang Boruto dan berusaha menidurkannya saat Itachi datang dan langsung memukulinya. Entah dari mana Itachi tahu bahwa Naruto sedang berada di rumah sakit ini. Naruto langsung membungkuk untuk melindungi Boruto kecil agar tidak terkena pukulan Itachi.
"Sasuke sedang meregang nyawa di atas ranjang rumah sakit!" teriak Itachi sambil melemparkan ratusan foto Sasuke pada Naruto.
Naruto memandangi foto-foto Sasuke yang terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan menyedihkan dengan perasaan kacau. Air mata mengalir deras dari kedua mata Naruto saat melihat foto wajah Sasuke dengan ekspresi kesakitan yang terlihat jelas. Ekspresi sama yang selalu Naruto lihat dalam mimpi buruknya selama ini.
"Kau yang telah membuatnya seperti itu! Kau yang mencelakai Sasuke!" teriak Itachi sambil memukul Naruto. Naruto membungkuk dengan kedua lutut di lantai sambil terus mendekap Buruto di pelukannya yang mulai menangis karena terbangun dari tidurnya. Tidak sedikit pun Naruto berniat membalas pukulan dan tendangan Itachi yang menghantamnya.
"Kau dengar?! Kau membuat adikku itu terkapar kesakitan di ranjang rumah sakit, Naruto!" raung Itachi kalap sambil terus memukuli Naruto.
Pada saat itu Shikamaru tiba-tiba datang dan menarik Itachi menjauhi Naruto. Shikamaru tampak kaget saat menyadari Naruto membawa bayi di dalam dekapannya.
"Apa yang telah kau lakukan padanya hingga dia tergila-gila padamu, Naruto?! Apa yang telah kau lakukan pada Sasuke?! " teriak Itachi yang berhasil lepas dari Shikamaru dan langsung menendang tubuh Naruto yang masih membungkuk sambil memandangi foto-foto Sasuke yang terserak di lantai sambil terus mendekap Boruto erat. Kondisi wajah dan tubuh Naruto kini penuh lebam dan luka robek yang mulai berdarah.
"Boss! Kau bisa melukai bayi yang dibawanya!" teriak Shikamaru cemas sambil berusaha menjauhkan Itachi dari Naruto.
"Tolong hilangkan guna-guna dan semua ilmu sihir yang kau gunakan pada Sasuke agar dia tidak menderita lagi, Naruto! Cepat lepaskan dia dari segala penderitaan ini!" teriak Itachi dengan air mata bercucuran di wajahnya.
"Aku akan melakukannya jika aku sanggup.. Aku bersumpah akan melakukannya.." jawab Naruto sambil terus memandangi semua foto-foto menyedihkan Sasuke yang terserak di lantai.
"Tapi aku mohon padamu.. Katakan padaku di mana Sasuke berada? Di mana Sasuke?" tanya Naruto sambil menatap Itachi. Saat itu, Itachi tiba-tiba menatapnya dengan sorot mata tajam dan mengancam.
"Untuk apa kau menanyakannya? Untuk apa?! Sudah cukup kau membuatnya menderita selama ini! Sudah cukup kau membuatnya menangis selama ini! Jangan lagi mendekatinya! Jangan pernah mendekati Sasuke! Kau dengar?! " teriak Itachi sambil berusaha kembali menendang Naruto namun dicegah oleh Shikamaru.
"Aku ingin mengetahui keadaan Sasuke.. Aku ingin merawatnya.. Aku ingin mendampinginya saat dia dalam keadaan sakitnya.. Aku mohon katakan di mana Sasuke.." pinta Naruto menghiba.
Naruto merangkak mendekati Itachi dan bersujud di hadapan Itachi sambil mendekap Boruto dengan erat. Naruto mendongak dan menatap Itachi dengan wajah memelas.
"Kau tidak perlu mengetahuinya! Kau tidak punya hak sedikit pun bahkan untuk sekedar melihat wajah Sasuke!" teriak Itachi sambil menendang Naruto. Shikamaru berusaha menahan Itachi dan menjauhkan Itachi dari Naruto yang hanya pasrah dipukuli oleh Itachi sambil terus mendekap Boruto yang menangis keras.
"Aku mohon.. aku mohon katakan padaku di mana Sasuke berada, Kak.. Aku mohon.." pinta Naruto tanpa menghiraukan tendangan Itachi yang mendarat di sekujur tubuhnya.
"Aku tidak akan mengatakannya padamu! Kau hanya akan membuatnya menangis dan menderita lagi! " teriak Itachi.
Tak lama kemudian Itachi pergi dari rumah sakit itu bersama Shikamaru. Naruto masih terduduk di lantai sambil mendekap Boruto yang menangis. Naruto memandangi foto-foto Sasuke yang masih terserak di lantai. Perasaan bersalah memenuhi hati Naruto saat melihat betapa menderitanya Sasuke. Apakah dirinya bersalah telah menolak Sasuke? Apakah seharusnya dirinya menerima cinta Sasuke dan menjadikan lelaki itu sebagai pasangan hidupnya?
Pada akhirnya, Naruto mulai meragukan keputusannya yang menentang hubungannya dengan Sasuke. Naruto mulai berpikir apakah pendiriannya yang selalu mempertahankan prinsip dan dogma bahwa hubungannya dengan Sasuke adalah dosa itu keliru. Sikap dan prinsipya selama ini telah membuat Sasuke menderita. Bukankah sebuah dosa juga jika dia membuat seseorang merasa sakit dan menderita?