webnovel

Silver Dynasty | Dinasti Perak

Pangeran Akasha. Jelmaan Pasyu. Pasukan Hitam. Entitas tak tampak : Mandhakarma yang keji. Tetiba dunia jungkir balik di hadapan Silva yang sedang berjuang mengatasi hidupnya yang kacau balau. Setelah 11.000 ribu tahun dunia dihancurkan tiga wangsa yang berseteru, hanya dua bulan waktu yang tersisa memecahkan mantra kuno milik Wangsa Akasha dan Pasyu! ______ Ribuan tahun silam, dunia dipimpin empat Wangsa Akasha yang sakti dan empat Wangsa Pasyu yang perkasa. Milind, panglima muda yang tampan dan ulung dari Akasha, mengawal kejayaan wangsa bersama tujuh pemimpin lainnya. Kehidupan damai penuh pesona, limpahan kekayaan dan kehidupan penuh martabat. Kecuali, bagi Wangsa Ketiga, budak Nistalit yang terpaksa menghamba. Kehidupan tetiba berdiri di jurang kemusnahan ketika Mandhakarma, kekuatan Gelombang Hitam, menyapu wilayah Akasha dan Pasyu dengan ganas. Satu-satunya penyelamat kejayaan para wangsa adalah unsur perak yang hanya dapat ditambang oleh para Nistalit. Nami, seorang budak perempuan Nistalit, menjadi tumpuan wangsa ketika keahliannya diperlukan untuk menemukan unsur perak. Hanya ada dua pilihan : memperbaiki hubungan dengan Nistalit ataukah membiarkan dunia dikuasai Mandhakarma. Ketika sebagian Akasha dan Pasyu terpaksa menjalin kerjasama dengan Nistalit, mereka memelajari hal-hal indah yang belum pernah dikenal sebelumnya : cinta dan harapan di tengah-tengah derita dan pengorbanan. Mandhakarma dan sekutunya, tak ingin membiarkan ketiga wangsa menguasai dunia; tidak di masa dahulu, tidak juga di masa kini. Perak, sebagai senjata pamungkas, tetiba menyusut dengan cepat justru ketika manusia sangat membutuhkannya. Sekali lagi, ketiga wangsa diuji untuk mempertahankan dunia dengan cara yang pernah mereka lakukan ratusan abad yang silam. ______ Cara membaca : ●Judul : kisah ribuan tahun silam Judul ( tanpa tanda ● di depan) : kisah di masa kini

lux_aeterna2022 · Fantasy
Not enough ratings
279 Chs

Silva (2) : Anak Haram

Di kamarnya yang terletak paling sudut dan tersembunyi, Silva memeluk tubuhnya yang bergetar hebat. Jemarinya bertaut, membentuk segitiga gunung. Beralih, membentuk segitiga lembah. Ia memainkan cincin di jari manis, memutar-mutarnya. Memindahkan ke jari manis kanan, ke kiri. Ke ibu jari, ke kelingking. Ke sepuluh jarinya bergantian. Selesai ritual itu, berganti ke yang lain. Kuku-kuku menancap ke jemari, lalu ke telapak tangan.

Ia menyurukkan kepala di antara lutut, menyembunyikan wajah, berusaha tak menangis meski dadanya sulit menghirup oksigen. Napas turun naik dengan berat. Isi kepala menyuruh matanya untuk menumpahkan air agar lega. Namun perasaannya yang tumpul emosi tak menemukan tombol kesedihan hingga sulit sekali mengoperasikan kepedihan, airmata, dan sedu sedan menjadi satu program.

🔅🔆🔅

"Dia gak berhak warisan papa!" mas Rendra, kakak sulung menegaskan. "Silva gak punya darah keturunan papa."

"Dia bahkan juga gak perlu tinggal di rumah kita," timpal mbak Fuji, kakak kedua.

"Bukan tanggung jawab keluarga ini untuk merawatnya," mbak Kikan, kakak ketiga pun sependapat.

"Tapi dia masih punya darah mama," mas Pandu, kakak keempat mencoba membela.

"Aku nggak ngerti, kenapa papa sok baik hati menampungnya?" mbak Fuji yang paling frontal menentang keputusan papa dan mama. "Dia aib keluarga ini!"

Karena rahasia Silva, Rendra pernah kena skors gegara memukul wajah temannya yang mengejek keluarga mereka.

Karena rahasia Silva, pertunangan Fuji dan Bima, dibatalkan.

Karena rahasia Silva, Kikan menghadapi olok-olokan di sekolah.

Karena rahasia Silva, Pandu tak bisa masuk ke boarding school yang diidamkan.

Karena rahasia Silva, hidup mama dan papa dipenuhi pertikaian.

Secara fisik, Silva berbeda dari keempat kakaknya. Secara kecerdasan, ia pun merasa berbeda dari mereka. Secara ikatan kekeluargaan, ialah yang paling diabaikan dan paling sering menerima hukuman. Bila kehadiran seorang anak tak diinginkan, mengapa dulu dilahirkan? Ia pernah bertanya demikian pada mama, apakah tak pernah terpikir untuk menggugurkannya?

Mama berbalik memakinya.

Mengatakan bahwa seharusnya Silva bersyukur dilahirkan normal karena mama berjuang keras untuk bertahan dari hinaan dan siksaan batin demi melahirkannya. Konon, seorang anak dilahirkan dengan jalan takdir masing-masing. Rendra lahir ketika mama papa berjuang, maka ia pun akan menjadi anak yang tahan banting. Fuji lahir ketika perusahaan papa merangkak naik, maka ia akan hidup dalam keberuntungan. Kikan lahir ketika perusahaan papa mapan. Kikan akan selalu hidup dalam kemapanan dan keberhasilan. Pandu hidup ketika perusahaan papa mulai menghadapi persaingan keras, namun tetap bertahan. Pandu ditakdirkan untuk memiliki musuh-musuh besar dan selalu memenangnkan pertarungan.

Silva?

Mama yang mabuk kepayang dengan salah satu kolega.

Ia tumbuh dari benih rasa malu.

Dilahirkan dengan tangisan dan hinaan.

Mungkin, takdir hidupnya adalah airmata.

Walau Silva sulit sekali mengeluarkan airmata karena terlalu bebal dengan hinaan dan kemarahan. Pukulan sudah biasa. Cubitan apalagi. Kata-kata kasar adalah kudapan. Satu yang membuat airmatanya meluncur deras adalah ketika mendengar kalimat tuduhan yang membanting harga dirinya hingga remuk redam.

"Anak haram!"

🔅🔆🔅

Ia tak ingin menangis.

Rantai tas mama Zaya melukai tangannya, meninggalkan jejak dalam. Bukan rantai itu yang membuat airmatanya tumpah. Ya, ada rasa sakit demi melihat seorang ibu demikian membela putrinya seperti yang dilakukan mama Zaya pada Zaya. Sesuatu yang tak pernah didapatkannya baik dari mama, apalagi papa. Papa membiarkannya tumbuh di dalam rumah. Papa lelaki baik yang bertanggung jawab. Kata beliau, mama adalah istrinya sampai kapanpun. Baik dan buruknya mama adalah tanggung jawabnya. Papa memang pahlawan bagi keempat anak kandungnya, orang yang melindungi seluruh keluarga. Tapi papa adalah tiang kebekuan yang menatapnya dingin. Papa tak pernah ada untuknya. Apalagi mama.

Kata-kata mama Zaya tepat mengenai ulu hati.

"Brengsek banget kamu, sih! Cuma anak haram yang hidupnya sama sekali gak tau aturan!"

🔅🔆🔅

Anak haram.

Hanya kata itu yang bisa membuat airmatanya tumpah. Bukan luka di lengan yang mulai menimbulkan rasanyeri luarbiasa. Ia biarkan luka di lengannya mengeluarkan darah. Beberapa menetes di lantai. Bekas lukanya menampakkan jejak bengkak, tanda lebam pukulan benda berat.

"Silva?"

Sebuah suara lembut menyapa.

Silva memejamkan mata.

"Silva, ini aku Sonna. Aku nyari kamu ke mana-mana. Ya Tuhan...tanganmu kenapa? Aku sama Candina nyariin kamu. Katanya kamu ke rumah sakit ikut ngerawat Initta sama Zaya. Trus kita dengar ada insiden lagi. Trus..."

Silva menepis tangan Sonna, teman sekamarnya di asrama putri Javadiva, yang mencoba menyentuh lengannya lembut. Letih, ia mendorong tubuh Sonna menyingkir menjauh. Silva tak ingin bertemu siapa-siapa. Lebih baik menyendiri kalau begini.

🔅🔆🔅

Ada tokoh yang karakternya membuat kita ikut terhanyut dan sedih. Silva ini benar2 membuatku sedih.

You can share your thoughts & feelings if you find a story in your life like Silva.

Love ~

lux_aeterna2022creators' thoughts