webnovel

Teman Emma

Emma melukis di teras kamarnya, ia melukis pemandangan yang ia pandang dari teras. Taman bunga dengan air mancur bulat memiliki tiang tengah yang bertumpuk. Menjuntai tanaman air di sekitarnya. Di dalamnya ada ikan kecil-kecil berwarna merah. Banyak sekali, karena mereka beranak pinak di sana.

Emma memandang dengan pandangan kosong, ia mendadak bosan dan hanya menatap ke depan. Moodnya gampang sekali berubah. Lalu ia ingin berkeliling rumah dengan seizin Noona G.

“Noona G, aku bosan. Aku ingin berjalan-jalan di taman belakang.”

“Okey, boleh...Jangan keluar pagar yaaa..”

“Yaaa..”

“Emma jam 12 tepat sudah ada di sini ya. Kita makan siang.”

“Iyaa.. aku mau berjalan-jalan di taman belakang saja.”

“Okey Emma gak akan nakal kan?”

“Enggak...”

“Baiklah Noona ada di ruang makan berbicara dengan paman Wong.”

Emma berjalan mengelilingi air mancur dan berjalan melalui bunga mawar yang terhampar di taman itu. Lalu ia mengitari manssion ke belakang hingga ia menemukan ruang service pelayan. Di sana Emma melihat sebuah pintu kecil dan ternyata pintu kecil itu adalah pintu untuk membuang sampah. Nanti petugas kebersihan akan mengambil sampah dari luar. Entah apa yang Emma pikirkan. Ia kembali ke dalam mansion.

“Okey Emma, setelah makan siang Emma harus tidur siang ya. Nanti sore bangun jam 4 sore. Dan bersiap untuk makan malam bersama tuan Tae.”

“Huuuh.. kenapa harus makan bersama tuan Tae?”

“Karena setiap malam tuan Tae ingin semua tamu di rumahnya makan malam bersama, tanpa kecuali.”

“Kalau gitu siapkan 2 kursi tambahan untuk makan malam bersama.”

“Dua kursi? Untuk siapa?”

“Untuk tamuku.”

“Siapa kenapa noona gak tau? Apa mereka teman Emma?”

“Ya pasti mereka temanku!”

“Apa Noona tau?”

“Nanti akan tau?”

“Di mana mereka sekarang? Emma ketemu di mana?”

“Noona G... aku mau makan sudah lapaaaar.. uhuukk..” rajuk Emma

“Okey... kita makan yaaaa...” G kebingungan, siapa tamu yang Emma maksud. Semoga tuan Tae tidak murka dengan teman Emma ini. Sepertinya Emma sudah tak mau ditanya perihal temannya ini.

Setelah makan siang Emma kembali meneruskan melukis lalu tidur siang.

*****

Jam 4 sore Emma dibangunkan oleh noona G. Untuk mandi sore dan memakai baju yang rapi dan bersih untuk bersiap makan malam bersama Tae.

Tepat jam 7 malam Tae pulang dan mengganti bajunya bersiap untuk makan malam.

“Selamat malam tuan Tae..” sapa Emma

“Malam... Hmm, bagus.. sudah rapih dan lebih baik dari kemarin.”

“Baju ini gatal karena penuh bahan gorden!” seru Emma spontan

“Bahan gorden? Apa kau memakai gorden untuk baju?” Tae heran

“Mungkin, ini bukan aku yang beli. Tapi dibeli dengan kartu hitam itu. Menyusahkan!” gerutu Emma sambil menarik narik bajunya

“G! Apa yang dia maksudkan?!”

“Maaf tuan Tae, bukan bahan gorden tapi itu renda dan bahan tile yang berwarna putih sebagai bahan pakaian.”

“Apa bahan itu kasar dan membuat gatal?” Tae gak yakin karena ia tak tahu apa pun tentang baju wanita.

“Saya yakinkan itu lembut, karena berasal dari renda Prancis dari langganan Ny.Kim.”

“Hey gadis konyol, jangan mengada-ada yaaa. Yang kau pakai itu baju mahal pilihan eommaku.”

“Mungkin aku lebih cocok dengan baju pilihanku sendiri!”

“Hahhaha.. apa pakaian jelek dan norak? Pakai baju-baju itu tanpa mengeluh!”

“Baik tuan Tae..’somboong’ ...” sudah tentu Emma mengatakan sombongnya dengan suara kecil

“Mengapa ada 4 piring di sini? Siapa yang akan bergabung?”

“Maaf tuan Tae, atas permintaan Emma ia mengundang 2 orang temannya.”

“Hah? Siapa?”

“Tunggu!” Emma berlari ke teras dan masuk sambil membawa toples dan mangkuk berisi air. Ia meletakkan toples itu dan mangkuk itu di kursi makan. “Kenalkan.. teman-temanku!”

Dalam Mangkuk kristal itu berisi air dan ikan merah yang berasal dari air mancur di teras belakang. Dan di dalam toples kristal berisi seekor kumbang.

“Emmaaa...” G mendadak lemas melihat kelakuan Emma yang spontan

“Apa itu G! Dan yang ia gunakan adalah kristal langka milik eomma!!” teriak Tae histeris.

“Noona G bilang tamu di rumah ini harus makan malam bersama, ini teman-teman yang menemaniku setiap hari,” jawab Emma ceria. Kejahilannya memang menggoda Tae untuk marah.

“G apa kau mengetahui semua ini? Katakan?” Tae sudah kehabisan kata-kata

“Iya Tuan Tae... saya tahu..” G mengakui perbuatan Emma di atas pengawasannya. Padahal tidak. Tapi jika ia tak mengakuinya maka Emma akan mendapatkan hukuman lebih parah.

“Kenapa kau lalai?”

“Maaf saya tak tahu akan seperti ini. Maafkan saya Tuan Tae. Tak akan terulang lagi.”

"Jangan salahkan Gwen noona, ini semua kejutan. Setiap hari mereka menemaniku melukis, apa salahnya jika ikut makan malam bersama. Lagian ikan sekecil ini tak memakan daging steak."

"Nona Emma maaf bukan begitu, tapi memakan sambil memandang hewan untuk sebagian orang tidak menyenagkan. Jadi biarkan mereka diluar saja ya. Mereka senang alam bebas dan kolam yang luas."

"Aku memang berencana melepaskannya setelah makan malam. Mereka juga sepertinya sudah bosan<" Emma melirik pada Tae yang mukanya sudah tak ramah lagi.

*****

“Noona Emma, jangan lakukan hal seperti tadi yaaa...” ucap G sambil mempersiapkan Emma untuk tidur.

“Apa aku salah? Itu temanku Nonna G..”

“Biarkan mereka di luar saja yaa.. jangan dibawa masuk. Dan yang Emma gunakan adalah kristal koleksi Ny.Kim. Sangat mahal dan langka. Nanti bisa pecah. Tolong jangan lakukan lagi yaaa..”

“Okey baiklah.”

Setelah G keluar dari kamar Emma, Emma tak bisa tidur, di otaknya berputar-putar pembicaraan yang sore tadi ia dengan di kamar pelayan.

“Malam ini ada ikan lumba-lumba yang bisa kita lihat di circus. Aku belum pernah melihatnya.”

“Oh yaa.. circus itu juga ada gajah dan Singa! Kapan lagi ya kita melihat binatang-binatang itu?”

Sepotong percakapan yang mengganggu pikirannya.

“Aku juga belum lihat lumba-lumba dan singa. Gajah juga. Aku ingin lihat! Hmmm.... aku harus ke sana malam ini juga!” otak jahilnya berputar dan langsung menemukan jawab. Dengan mengendap endap Emma berjalan menuju tempat sampah di belakang rumah. Lalu ia membuka pintu kecil, yang bisa ia lalui. Sekejap saja ia sudah berada di luar pagar manssion Tae, jauh dari pos penjagaan rumah.

Dengan menumpang mobil yang lewat Emma bertanya di mana letak circus itu, dan menumpang hingga ke sana.

Emma melupakan semua aturan yang diterapkan Tae padanya. Malam itu ia puas sekali melihat binatang-binatang itu dalam kandang. Zebra Emma mengelus kepala Zebra ketika ia diizinkan memberi makan Zebra yang ada disana. Pikirannya melayang pada binatang-binatang eksotis itu. Hingga ia lupa waktu. Jam sudah menunjukan jam 2 pagi.

“Ups.. sudah malam.. apa mereka menyadari aku hilang dari rumah ya? Kalo aku berhati-hati sepertinya tak akan ketahuan. Hihihihi...” pikir Emma sambil berjalan mencari mobil tumpangan.

Emma kembali masuk melalui pintu tempat sampah itu dan berhasil bisa melewati halaman belakang menuju kolam renang. Ia berjalan pelan hendak melintasinya.

Tiba-tiba 3 buah lampu sorot menyala mengarah padanya. Dan Tae sudah berdiri di teras belakang.

“Bagus ya gadis liar! Apa yang kau lalukan di luar sana? Menjual hasil curian dari rumah ini? Menjual dirimu? Hukuman kemarin apakah kurang! Cetaass!!” Tae memegang rotan yang panjang di tangannya.

Emma memandang dengan pandangan panik... Ia tak berpikir jika akan ketahuan seperti ini.

Apa yang akan terjadi bagai mana ia melewati hukuman ini, sepertinya tuan Tae sangat marah.