webnovel

Chapter 2

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sandy dan Yongki pun berangkat ke Jakarta bersama orang tua mereka masing-masing. Ketika berada di SMA Bina Teladan, banyak sekali siswa yang hendak mengikuti seleksi tersebut. Tempat parkiran dipenuhi oleh mobil-mobil mewah dan jarang sekali terlihat orang yang memakai motor. Keluarga Sandy dan Yongki pun berkumpul di suatu tempat untuk menunggu anak mereka saat seleksi. Sandy diberikan semangat oleh orang tuanya yang sangat mengharapkan Sandy bisa masuk ke sekolah ini, begitu pula dengan Yongki. Berhubung Sandy dan Yongki saat pendaftaran mendaftarkan diri secara bersamaan, mereka berada di ruang seleksi yang sama.

Ketika Sandy dan Yongki berjalan menuju ke ruang seleksi tersebut, Yongki tampak minder dengan kehadiran calon siswa lainnya.

"San, gue minder nih. Mereka semua tampak pintar-pintar. Tuh lihat, hampir semuanya pakai kaca mata," ucap Yongki yang menarik tas Sandy dan menunjuk ke arah gerombolan anak lainnya.

"Gimmick doang itu. Sudah ah jangan tarik tas gue," jawab Sandy sambil menyenggol tangan Yongki untuk melepaskannya dari tasnya.

"Ih kalau gue gak masuk gimana? Bisa-bisa dibantai sama orang tua gue nanti," ucap Yongki yang semakin panik.

"Sudah. Ingat-ingat saja semua yang udah lu pelajari. Toh kisi-kisi dari gue juga Lu udah tahu," ucap Sandy untuk menenangkan Yongki.

"Benar juga ya. Tenang-tenang," ucap Yongki yang berhenti berjalan kemudian memejamkan matanya dan mengelus-elus dadanya untuk menenangkan diri. Ia lalu menarik nafas dalam.

"Semangat," lanjutnya sambil berteriak. Semua orang kemudian melihat Yongki yang berteriak sedangkan Sandy langsung berjalan cepat meninggalkannya karena merasa malu.

"Gue gak kenal. Gue gak kenal," ucap Sandy dalam hati.

"Eh tunggin," sahut Yongki yang berlari menghampirinya.

Mereka berdua pun akhirnya memasuki ruangan seleksi. Setelah menunggu beberapa saat, pengawas pun tiba. Pengawas tersebut menjelaskan aturan-aturan saat seleksi dilaksanakan dan salah satu aturan yang perlu disorot adalah dilarang bekerja sama antarpeserta. Jika ada yang bekerja sama alias menyontek, langsung dianggap gugur. Setelah itu pengawas membagikan lembar soal dan kertas kerja. Waktu seleksi pun dimulai untuk 2 jam kedepan.

Ketika mengerjakan soal tersebut, Sandy tampak santai. Dia hanya mengincar untuk masuk menjadi salah satu dari 170 siswa SMA Bina Teladan dan tidak mengincar kelas khusus. Sandy pun berusaha menengok ke Yongki yang duduknya berada di arah jam 5 dari posisinya saat ini. Ia menengok untuk melihat keadaan Yongki, apakah Yongki gugup atau tidak. Dan benar saja Yongki tampak gugup, Sandy pun menggelengkan kepalanya. Pengawas tiba-tiba menghampiri Sandy.

"Kak tidak boleh mencontek ya," ucap Pengawas tersebut dan semua orang pun melihat ke arah Sandy.

"Iya Pak," ucap Sandy sambil menutupi kertas kerjanya. Sebenarnya saat itu Sandy sudah selesai mengerjakan seluruh soalnya dan waktu masih tersisa setengah jam. Tetapi dia tidak ingin mengumpulkannya terlebih dahulu karena takut membuat Yongki panik.

Waktu pun cepat berlalu, 2 jam telah selesai. Semua peserta meletakkan soal dan kertas kerjanya di atas meja lalu keluar dari ruangan. Ketika meninggalkan ruangan tersebut, Sandy pun meregangkan badannya karena sudah duduk terlalu lama. Tiba-tiba Yongki merangkul lehernya dari belakang.

"Sandyyyyy," ucap Yongki.

"Ih apasih," sahut Sandy yang berusaha melepaskan tangan temannya yang berambut mohawk dan berbadan sedikit kekar tersebut.

"Prediksi lu banyak yang tembus tadi. Sekitar 60-70% tadi tipe soalnya seperti yang Lu tebak," ucap Yongki bahagia.

"Kalau begitu tadi kenapa Lu kelihatan bingung gitu?" tanya Sandy dengan heran.

"Gimana ya. Gue ingin masuk 50 besar sih agar dapat undangan khusus haha," jawab Yongki dengan semangat.

"Haha khusus. Kutu buku semua nanti isinya Wo," sindir Sandy kepada Yongki.

"Lah kan Lu nanti juga pasti dapat undangan lah San. Gue kan juga ingin seperti Lu," ucap Yongki yang mengejutkan Sandy.

"Optimis banget Lu Wo haha," ucap Sandy yang terkejut.

"Iya optimis sekali kalian berdua. Saat seleksi tadi saja kalian hampir ketahuan kalau menyontek," sahut salah satu peserta cowok yang secara tidak sengaja mendengar akhir percakapan Sandy dan Yongki.

"Eh siapa yang menyontek?" tanya Yongki yang tersulut amarahnya.

"Sudah-sudah gak perlu diladeni," ucap Sandy yang mencoba menenangkan Sandy ketika cowok tersebut pergi meninggalkan mereka.

"Kurang ajar banget dia. Kenal juga enggak," ucap Yongki.

"Nah makanya gk perlu diladeni," ucap Sandy. Kemudian mereka berdua pun menuju ke tempat orang tua mereka.

"Bagaimana, Ki?" tanya Ibu Yongki kepadanya.

"Tidak tahu Bu. Aku sudah berusaha," jawab Yongki.

"Kalau Sandy kemungkinan besar bisa masuk ya, San?" tanya Ibu Yongki kepada Sandy.

"Belum tahu Tante. Tetapi tidak seru kalau tidak ada Wowo," jawab Sandy.

"Hahaha kalian ini," ucap Ibu Yongki sambil tertawa mendengar jawaban Sandy yang diikuti oleh orang tua Sandy.

Mereka pun menunggu pengumuman kelulusan sambil makan siang bersama.