webnovel

Part 1

" Dek Lila, pasti sudah kenal kan sama Ayu. Rencananya Ayu akan tinggal disini sama kita. Mas dan Ayu sudah menikah siri enam bulan lalu. Mas harap dek Lila mau dengan lapang dada menerima dek Ayu sebagai madu." Lila hanya menatap datar pada sang suami dan perempuan yang ada di sebelahnya. Perempuan itu salah satu pegawai di toko bakso miliknya. Pegawai baru yang belum ada satu setengah tahun bekerja di sana.

Rio meneguk ludah melihat Lila yang hanya diam menatapnya. Begitupun Ayu yang berada di sisinya. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Lila.

Dia sempat berpikir Lila akan mengamuk saat dia membawa dan mengenalkan Ayu sebagai istri keduanya. Pikiran itu salah, sedari awal kedatangannya dengan Ayu tak tampak emosi berarti di wajah Lila.

Wajah sang istri datar, bahkan tak merespon apapun yang dia sampaikan. Diamnya justru membuat Ayu dan Surti ibu Rio ketakutan. Surti memang menyetujui pernikahan Rio demi mendapatkan seorang cucu.

Rara dan Ridwan kedua adik Rio yang baru saja pulang memandang heran sikap ketiga anggota keluarganya itu. Mereka memilih ikut duduk di ruang tamu. Sedikit penasaran dengan perempuan di samping kakaknya yang tak henti bergelayutan di lengan Rio. Mereka berdua saling pandang,terlebih saat melihat wajah Rio yang gelisah. Rara mulai dapat meraba apa yang terjadi di keluarganya

" Kak, itu karyawan kakak kan?. Ngapain di bawa kesini ?." Tanya Rara ketus. Dia tak suka dengan apa yang dilihatnya. Baginya kakak ipar hanyalah Lila.

" Ayu ini istri mas Rio juga, dek. Mulai hari ini dia tinggal disini?." Terang Rio perlahan pada Rara dan Ridwan.

" Apa!!" Surti, Rio dan Ayu terlonjak saat Ridwan menggebrak meja. Tangannya sudah terulur menunjuk ke arah Rio. Wajahnya memerah menahan marah.

" Tega ya kamu, Mas. Enak banget ngomongnya. Sedikit saja mikir ga perasaan kak Lila. Bisa - bisanya selingkuh. Kalau ngga ada mbak Lila, mas Rio pasti masih jadi gembel" Teriak Ridwan sambil menunjuk Rio geram.

" Kak Lila kenapa diam saja?. Jawab kak. Usir perempuan ini!." Teriak Rara kalap. Lila hanya melirik sekilas ke arah kedua iparnya itu. Dia tak merespon apapun protes dari kedua iparnya itu.

" Aku itu kakak kandung kalian. Kenapa kalian malah memojokkanku seperti ini. Aku itu butuh keturunan. Lima tahun aku menunggu tapi Lila tak kunjung mengandung." Rio melirik ke arah Lila yang masih memasang wajah datar, seakan tak peduli dengan ucapan Rio. Padahal Rio saja merasa sangat bersalah sudah mengucapkan hal itu.

" Ayu pasti bisa hamil. Dia pernah hamil, tapi keguguran." Seakan tersadar dengan ucapannya, Rio diam terduduk. Ayu semakin menundukkan wajah. Perselingkuhan mereka semakin terbuka.

" Cih, sundal. Perempuan murahan!." Bisik Rara gemas.

" Sudahlah. Kalian diam saja. Kakakmu cuma ingin keturunan. Dia toh tetap cinta sama Lila. Tetap memberikan nafkah lahir batin. Anak yang dilahirkan Ayu akan jadi anak mereka bertiga." Surti berusaha menengahi dan membela Rio. Rara dan Ridwan terlihat jengkel pada sang ibu.

" Mas Rio salah kok dibela sih,bu. Apapun alasannya, seharusnya sebelum menikah lagi dia meminta ijin dahulu ke kak Lila. Apa ibu mau, kalau aku nanti menikah terus suamiku punya istri baru. Ibu bisa ikhlas?." Teriak Rara jengkel.

" Siapa yang menikah lagi?." Suara Kamto yang menggelegar terdengar. Nyali Rio dan surti mendadak menciut melihat kedatangan sang bapak. Terlalu fokus dengan amarah Rara membuat mereka tak menyadari bahwa Kamto sudah ada di ruang tamu.

" Itu pak, mas Rio selingkuh. Diam - diam nikah sama karyawannya. Parahnya lagi nih pak, Ibu mendukung perselingkuhan mereka." Rara mengadu pada Kamto sambil menunjuk wajah Ayu. Kamto menggeretakkan rahangnya mendengar penuturan Rara.

Bugh....

Pukulan Kamto sukses mendarat di wajah dan perut Rio. Rio hanya bisa meringis saat kaki Kamto menjejak perutnya. Dia tidak berani menentang sang bapak.

" Bapak ngga ngajarin kamu jadi laki - laki brengsek. Lila istrimu itu menemanimu dari nol. Siapa perempuan ini?. Mau sama kamu paling juga karena kamu punya duit." ejek Kamto lagi.

" Bapak yang ga ngertiin Rio. Rio cuma ingin punya keturunan pak. Sudah menunggu lima tahun, nyatanya buah hati tak kunjung hadir." Sanggah Rio pada sang ayah. Bibirnya perih, sedikit sobek sampai mengeluarkan darah.

" Terserah ya mas. Kak Lila itu bawa keberuntungan buat kamu. Kalau dia sampai terluka batinnya dan kamu kena karma. Kami orang pertama yang akan bilang sukurin." Desis Rara jengkel.

" Kok kamu malah nyumpahin mas. Harusnya kamu mendukung donk." Teriak Rio tak terima. Padahal dalam hati kecilnya dia juga sedikit takut karena apa yang diucapkan adiknya semuanya benar. Bahkan rumah ini sebagian besar ada andil Lila di dalamnya. Dia bisa sewaktu - waktu membuatnya jatuh miskin.

" Perzinahan kok didukung. Kalau keluarga kak Lila tahu, habis di dor kepalamu." Rio bergidik ngeri. Dia teringat kedua kakak Lila yang menjadi aparatur negara.

" Setelah ini, apapun yang kamu mau lakukan. Lakukanlah Lila. Bapak akan tutup mata dan mulut. Bapak akan mendukung penuh keputusanmu." Kamto bergegas pergi sebelum amarah semakin mendominasi hatinya.

Sekilas Rio melihat selarik senyum di bibir Lila. Ketakutan mulai merajai hatinya. Jangan sampai Lila mengadu pada sang kakak. Gawai Lila yang ada di atas meja menarik perhatiannya. Dengan cepat disambarnya gawai itu lalu dimatikannya. Sejurus kemudian Rio menyembunyikannya ke dalam kantong celananya.

" Jiah. Dia ketakutan. Ngapain kak pakai disembunyikan. Takut kak Lila lapor?. Cemen." Lila seperti tak terpengaruh dengan semua kelakuan Rio. Matanya masih menyorot tajam ke arah Ayu seakan ingin menguliti perempuan itu hidup - hidup.

" Mulai besok aku saja yang ke warung. Kamu dirumah saja ya, dek." Kata Rio dengan sedikit ragu. Lila masih bungkam dan memilih beranjak pergi.

Rio mengacak kasar rambutnya, sementara Ayu dengan santai masih bergelayutan di lengan Rio.

Gawai Lila buru - buru dia masukkan ke dalam saku celananya. Sedikit heran karena wallpaper ya berbeda. Gawai ini juga tidak menggunakan sandi seperti biasanya. Tapi Rio tak peduli, yang penting Lila tidak dapat menghubungi kakaknya.

Dua Kakak Lila aparatur negara sedang satu yang tertua adalah seorang pengusaha. Lila memang berasal dari keluarga berada. Berbeda dengan Rio. Namun selama ini, Lila dengan senang hati mau memulai dari bawah hidup bersama dengan Rio.

Saat Rio terpuruk karena PHK. Lila dengan tanpa ragu membantu keuangan sang suami.

" Ketika nanti mas Rio jatuh miskin. Aku yakin, perempuan gatel di sampingmu itu akan berlalu pergi. Dia bukan orang yang tulus seperti kak Lila." Ucapan Rara menohok Rio tapi dia hanya bisa diam.

" Sudah Ra. Kita ke kamar. Bukan urusan kita lagi. Yang penting kita sudah memperingatkan." Ridwan dan Rara beranjak pergi dan masuk ke dalam kamar. Rumah Lila ini memang besar, ada lima kamar di dalamnya. Tiga di lantai atas dan dua di lantai bawah.