webnovel

Siapa kamu?

Arka Blackforst ingin meminang Tina Redrequin. Sayangnya, diawal perjumpaan Tina sudah menolaknya. Tina Redrequin menyukai laki-laki. Hanya laki-laki lemah yang tidak dia sukai. Arka Blackforst sudah masuk ke dalam daftar laki-laki terlemah dengan memanfaatkan kakeknya. Kakek Tina sangat ingin melihat cucu kesayangannya menikah. Dengan memanfaatkan kondisinya, dia berhasil membuat Arka dan Tina menikah. Sayangnya, Tina seperti serigala hutan yang sangat liar tanpa kehadirannya.

weasaswe22 · Fantasy
Not enough ratings
12 Chs

Lima

Tina perlahan terbangun. Dia melihat Hitam yang tertidur di sampingnya. Hitam yang perlahan terbangun menguap lebar-lebar. Tina menyapanya seraya tersenyum.

"Aku harus pulang. Sampaikan salamku pada Abu." Ujar Tina. Tina tanpa malu mengganti pakaian di hadapan Hitam. Hitam yang menyadarinya segera memalingkan wajahnya.

"Terlebih jangan bertengkar dan ingat kalian adalah keluarga." Tambah Tina setelah membersihkan tempat tidur dan membereskan barang-barangnya.

Tina berpamitan dengan Hitam dan mencium keningnya. Hitam tanpa reaksi apapun memandangi Tina yang perlahan menjauh darinya. Hitam berubah kembali menjadi Arka.

"Tina, apakah kamu bisa selembut ini pada saya nanti?" tanya Arka dengan wajah memerah.

...

Tina dengan santai memakirkan sepeda motornya di halaman depan rumahnya. Angga dengan wajah kesal menunggu kakaknya di pintu masuk. Tina hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut Angga.

"Bodoh! Apa kau tidak tahu adikmu ini sangat khawatir?" tanya Angga dengan wajah masam. Tina yang tengah duduk di sofa ruang tamu memandangi Angga dari ujung rambut hingga ke bawah.

Rambut merah berantakan, kerutan di dahi, kantong mata, pakaian sedikit berantakan, dan sandal jepit sepasang. Tina hanya tersenyum tidak bersalah pada adiknya. "Apa yang membuatmu khawatir, Tuan Muda?" tanya Tina.

Angga mengembuskan napas dengan berat. "Hpmu tidak bisa dihubungi. Aku takut kau mati karena bunuh diri. Selain itu, ada seorang anggota asosiasi mencarimu kemarin. Salah satu korbanmu melapor ke mereka." Protes Angga. "Mereka membuatku kesal. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Angga.

Tina menompang kepalanya dan menidurkan tubuhnya dengan santai di atas sofa hanya menguap. "Apa hanya itu asosiasi inginkan?" tanya Tina dengan wajah malas.

Angga hanya menatap tidak percaya ke saudara perempuannya. Angga menepuk jidatnya dengan keras. "Hanya itu? Hanya itu kau bilang?" tanya Angga meyakinkan dengan nada meleking. Melihat Tina yang dengan santai menghadapi asosiasi membuat temperatur amarah pada diri Angga semakin meningkat.

"Kakakku yang buruk rupa." Panggil Angga dengan dingin. Tina menatap Angga dengan kesal dan ingin memprotes. "Asosiasi selalu datang berarti semuanya hancur. Jika mereka memproses kasus kekerasan yang kau lakukan, kau tidak akan pernah bisa kembali ke Malang." Tambah Angga dengan nada penuh penekanan.

Tina hanya tertawa mendengar adiknya. Cukup menggelikan baginya. Ini bukan pertama kali bagi Tina mendengar asosiasi mencarinya. Tina terlalu sering keluar masuk dengan berbagai macam kasus yang melibatkan dirinya, terutama kasus kekerasan.

Asosiasi adalah adalah sekumpulan para bangsawan serigala terpilih untuk menjaga kestabilan, ketertiban, dan keamanan manusia serigala. Tidak hanya itu, mereka juga mengadakan sidang bersama untuk menentukan hukuman bagi siapapun yang melanggar hukum. Tina, adalah satu-satunya orang yang dengan santai membungkam mereka.

"Angga, adikku yang paling bodoh. Apa kakakmu ini pernah melakukan kekerasan tanpa sebab?" tanya Tina seraya tersenyum. Angga terdiam. Angga tahu, kakaknya tidak akan melakukan kekerasan tanpa alasan. Selain itu, Tina selalu berhasil membuat para pelapornya gentar. Angga menggelengkan kepalanya.

Tina semakin tersenyum lebar. "Aku akan pergi ke gedung asosiasi. Ke mana kakek?" tanya Tina dengan wajah bingung.

Angga menghela napas dengan berat. "Kakek pergi pagi-pagi sekali untuk menyiapkan pernikahan kalian. Beliau tahu kalau kau tidak akan mau menyiapkan diri." Jawab Angga dengan tenang.

Tina menganggungkkan kepala. Dia berdiri dan mengacak rambut Angga lagi. "Kau akan ke mana?" tanya Angga.

"Pergi ke asosiasi. Mau ikut?" tawar Tina. Angga dengan cepat menganggukkan kepala.

Angga mengikuti Tina yang berjalan memasuki sebuah gedung bertingkat dua puluh di pusat kota. Sebuah gedung dengan bagian dengan bertuliskan "Asosiasi" dengan sangat besar.

"Tina, perasaanku tidak enak." Bisik Angga saat mereka melewati beberapa orang mengenakan pakaian rapi dan beberapa orang yang menatap tidak suka padanya.

Tina yang tidak bisa menghiraukan bisikan Angga hanya tersenyum dan menggandeng tangan adiknya. Insting Angga membuat Tina meningkatkan tingkat kewaspadaannya.

Mereka berdua segera berjalan menuju meja resepsionis. Sebuah meja dengan ukuran cukup besar terbuat dari kayu jati yang telah dipoles. Seorang perempuan berkulit sawo matang, rambut hitam bersanggul bulat, bermata kucing berwarna kuning, bibir yang sangat merah, dan senyuman ramah menghiasi wajahnya.

"Tina Redrequin." Ucap Tina seraya tersenyum ramah. Perempuan resepsionis yang tengan nenundukkan kepalanya dengan wajah malas memandangi Tina.

"Apa yang anda lakukan kali ini, nona muda?" tanya perempuan itu dengan wajah bosan. "Terakhir kali anda datang sebulan yang lalu membuat Tuan Besar Pandu Wijaya Kusuma marah besar." Tambahnya.

Tina hanya tertawa kecil. "Lain waktu saya akan membuat dia terkena stroke." Ujar Tina. Angga yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepala. "Kasus kekerasan pada siapa kali ini, Nona Yuan?" tanya Tina dengan wajah penasaran.

Perempuan resepsionis segera mengetik di atas komputer. Yuan mencari nama Tina di layar komputernya dan berbagai macam kasus muncul dengan cepat. Yuan mengembuskan napas panjang dan mendongak memandangi Tina. "Kali ini anda melakukan kesalahan besar. Kasus kekerasan pada Anton Purnama dan memberi makan serigala liar." Jawab Yuan dengan tenang.

Tina menganggukkan kepalanya. "Kasus sepele." Gumamnya.

Yuan yang mendengarnya hanya mengkerutkan dahinya. "Bagi anda ini adalah kasus kecil, tapi bagi Tuan Panji Syahputra ini adalah kasus besar." Ujar Yuan dengan wajah serius. "Anda mungkin bisa membuat Tuan Besar Pandu Wijaya Kusuma maupun Tuan besar lainnya cepat naik darah. Kemampuan Tuan Panji Syahputra akan mencari kesalahan anda sedetail mungkin dan membuat anda bersalah. Saya harap anda berhati-hati." Imbuhnya.

Tina yang sedikit terkejut dengan perubahan wajah Yuan membuatnya terdiam. Tina hanya tersenyum. "Terima kasih. Saya akan mengingatnya." Ujar Tina lalu menarik Angga pergi lebih dalam di gedung asosiasi.

Tina dan Angga memasuki lift menuju lantai sepuluh setelah memeriksa keterangan lantai di sebelah lift. Meskipun Tina sering datang ke gedung asosiasi, ini untuk pertama kalinya dia pergi menemui laki-laki bernama Panji Syahputra.

Lorong lantai sepuluh cukup sunyi. Tidak ada kehidupan di lantai tersebut. Dinding bercatkan warna kuning cerah dan papan nama di setiap atas pintu. Tina membaca satu per satu papan nama tersebut hingga menemukan nama seseorang yang dia cari.

Tina mengetuk pintu kayu coklat dengan papan nama di atasnya bertuliskan "Panji Syahputra." Tanpa menunggu jawaban dari dalam, Tina membuka pintu ruangan tersebut.

Seorang laki-laki dengan usia sama seperti Tina, mengenakan jas hitam, rambut coklat klimis, mata coklat tua yang tajam, tubuh jangkung, hidung pesek, dan memiliki kulit tubuh seputih salju. Laki-laki itu tengah berdiri membelakangi pintu dengan tangan memegang sebuah buku berukuran besar.

"Saya sudah menanti kedatangan anda, Nona Tina Redrequin." Sapanya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia pegang. Tina hanya tersenyum dan memandangi ruangan tanpa peduli.