webnovel

Adegan Tak Terduga

Pria tampan yang baru dua hari menjadi pengantin ini terbangun dari tidurnya saat jam tiga, dia segera bangun dan melaksanakan solat malam.

Setelah melaksanakan solat sunnah malam Azam membangunkan istrinya.

"Nona bangun, Nona ...." titah Azam menggerakkan kaki Naya, Naya malah menutup kepalanya dengan malas.

"Orang malas itu matanya dipipisi setan, telinganya juga, ih jorok, makanya jangan menuruti rasa malas," tegur Azam seperti biasa dengan kecerewatannya.

"Kamu itu heh ..." Naya bangun dengan meregangkan kedua tangannya seperti akan meremat suaminya, namun dia pergi ke kamar mandi dengan terpaksa.

Azam menghela napas lalu mengambil ponsel lalu duduk menyendiri dan memejamkan mata di luar ruangan.

Naya melaksanakan solat, setelah solat dia melihat Azam yang merana duduk sindiri di malam yang sunyi.

"Apa aku bisa membuka hatiku untuknya? Saat ini saja melihatnya aku sudah enek, huhf ...." Naya lalu membaca Alquran. Walau dia pemalas namun nasehat Opa dan paman, selalu dia amalkan. Membaca Ayat suci Alquran walau tujuh Ayat. Kebiasaan itu sudah mendarah daging.

Naya fokus mengaji.

Plok

Plok

Azam menepuki nyamuk lalu masuk kamar dan berbaring, sepertinya dia memilih diam.

Azan subuh berkumandang, Naya memanggil nama istrinya.

"Kang Azam ... solat!" Naya menguyurnya, Azam bangun dan tidak berkata apapun, dia hanya diam.

"Maaf ... sengaja sih. Tapi ... intinya aku minta maaf," kata Naya.

Naya merasa menyesal dia menarik Azam untuk kembali duduk, dia mengambil handuk lalu mengeringkan rambut suamiya, Azam hanya merunduk.

"Sudah ... tidak papa," ujar Azam lalu masuk ke kamar mandi. Tidak lama keduanya melaksanakan solat berjama'ah.

Setelah solat subuh, Naya olah raga sementara Azam memilih masak di dapur.

Drettt

Drettt

Naya mengambil ponselnya dari saku.

"Assalamualaikum paman," sapa Naya sambil lari di tempat.

"Wa'alaikumsalam," suara paman lalu di sahut Opa, Opa terlihat sangat acuh dan marah.

"Paman, Opa kenapa lagi?" tanya Naya menghetikan gerakannya.

"Opa tau kamu pergi dari Bogor, sekarang di Bandung kan? Kalau gitu, Opa kirimin foto kamu sedang bulan madu dengan Azam. Foto mesra, lalu pergi liburan naik kuda dan abadikan semua, semua foto harus ada seratus dan mesra kalau kamu tidak mau melakukan itu, kantor kamu Opa segel."

"Wih ... galaknya, ampun ... oke ...." jawaban yang terdengar sangat malas.

"Nay ... Allah itu memilihkan dia jelas ada kebaikannya yang kamu tidak akan tau untuk saat ini, memang Opa sebagai pelantara dan sangat memaksamu, tapi kembali lagi Opa minta sama kamu ya, tetap belajar, lihat dia dari kelebihannya pasti kekurangan akan tertutupi," mendengar ocehan Opanya Naya malah menggletakkan ponselnya di atas meja, sambil meregangkan otot lengan.

"Saat Opa masih hidup kamu tidak mendengarkan, lebih baik Opa pergi saja, bukankah itu yang kamu harapkan?" mendengar Opanya, Naya segera merespon.

"Jangan Opa ... baik, lihat ini ... matiin dulu telponnya, Opa maunya aku berbuat apa?" tanya Naya sambil berjalan cepat ke dapur mencari istrinya.

"Muahc di bibirnya," pinta Opa, Naya membulatkan mata, dan menghentikan langkah saat melihat

Azam sedang asik bicara sama mantan pacarnya, Naya menutup telpon segera ke aplikasi kamera mendekat, menarik dagu Azam sangat cepat adegan itu.

Muach!

Krik

Setelah berhasil mendapatkan jepretan yang sempurna Naya pergi, Azam mematung terkejut, tidak berkutik seketika, dia masih tercengang dan chef pun ikutan baper.

Azam masih merasakan sesuatu di bibirnya, dia merasa malu ketika semua mata tertuju padanya, Azam berlari mencari istri jahilnya.

Naya sudah berhasil mengirimkan foto itu ke Opa, Azam datang dengan wajah merah memanas karna marah.

"Kamu memperlakukanku sesuka hati,

aku bukan boneka, kamu egois makanya pacar kamu tidak betah sama kamu. Apalagi kamu itu sombong, kita sama-sama manusia! Jadi hargailah sesama," ucapan Azam membuat Naya mengangkat tangan.

"Kenapa mau tampar? Tampar!!!" Azam mencondongkan pipinya, Naya mengecup pipi itu sambil memotret, lalu pergi tanpa ekprsi menelpon opa dengan Vidio call.

"Lihat ... sini sayang," panggil Naya, Azam menghela napas lalu berjalan dan menutupi masalahnya.

"Halo Opa, Assalamualaikum," sapa hangat pemuda itu.

"Wa'alaikumsalam, katakan dengan jujur kamu dipaksakan? Kamu sama Naya dipaksakan?" pertanyaan Opa membuat Naya melototi ke Azam.

"Dia sangat romantis Opa, masa mengecup di muka umum, kan malu."

"Kalau cinta satu malam sudah belum?" pertanyaan Opa yang sangat aneh membuat Azam dan Naya berpikir, Azam melihat sejenak ke arah istrinya, Azam menaikan alis.

'Aduh ... berhoax ya panjol, please ... demi ... demi ...' batin Naya berharap suaminya berbohong.

"Maaf Opa belum. Maaf saya sebagai suami kelelahan, maaf."

"O ... ya sudah, sana gih liburan naik kuda, pergi ke tempat-tempat romantis, kalau Naya kasar bilang, kalau Naya kejam bilang juga. Soalnya walau dia perempuan handal silat dan urakan," belum selesai.

"Opa ... cucu Opa itu aku," jelas Naya menyahut.

"Kalau gitu ciuman lagi, di bibir dua menit baru boleh aku matikan, kalau kalian tidak mau pasti semua hanya pura-pura dan kebolongan," permintaan aneh itu terulang, Naya dan Azam saling menatap.

Azam dengan cepat menarik pinggang Naya dengan tangan kiri dan tangan kanan Azam mengangkat Ponsel agar Opa melihat apa yang di lakulan, Naya merasa tidak karuan dan tidak menduga jika suaminya akan berani melakukan itu.

Naya memberikan apa yang diminta Opanya, semua itu hanya keterpaksaan Naya tidak memilik kemistri sama sekali, namun dia terkejut karena suaminya berani, dan Azam menikmati apa yang telah dilakukan dia dan istrinya, Naya menarik, mengusap dengan lembut bibir Azam.

Azam yang awalnya terpejam dia membuka mata, setelah merasakan kesahduan yang diberikan istrinya.

'Apa dia sudah ada rasa? Apa dia merasakan getaran yang mendidih ini? Apa dia sudah menerimaku? Apa ini? Apa ini semua hanya keterpaksaannya? Aku akan merasakan sakit hati jika pada akhirnya aku tidak mendapatkan cinta darinya,' batin Azam.

"Terima kasih sudah mau berpura-pura," ucap Naya cepat.

"Sama-sama," kata Azam, hanya mengangguk pelan lalu ke dapur.

"Jika dia sudah jatuh cinta kepadaku biar saja," gumam Naya berusaha tidak peduli lalu mendapat teks pesan dari Nisya.

(Kak, pekerjaan menumpuk ini pdf filenya aku kirimkan ya.)