webnovel

Ki Parno Sewu

Pada salah satu sudut desa Mojokembang. Tepatnya di bawah pohon bambu belakang desa. Sebelah pojok paling utara, pas pinggiran bantaran kali Konto atau sungai Konto.

Berdirilah gubuk kecil reot berdinding bambu menghadap selatan. Terlihat di dalam sudut teras agak ke pojok timur menumpuk kayu bakar sampai memenuhi teras. Sedangkan pojok teras sebelah barat tertata meja dan kursi dari kayu dan anyaman rotan.

Alas rumah masihlah beralaskan tanah. Rumah tersebut milik dari Ki Parno sewu, seorang dukun tua serta begitu sakti Mandra guna. Malam ini seperti biasanya sekitar rumah Ki Parno yang memang sengaja tak ia pasang penerangan. Tengah diputari oleh kabut tebal. Hingga membuat jarak pandang mata tiada jelas untuk melihat sekitar.

Bahkan rumah Ki Parno Sewu sendiri yang terletak paling belakang desa. Sama sekali tidak terlihat keseluruhan tertutup oleh kabut tebal. Jikalau malam tiba lalu waktu berputar pas di tengah peredaran petang. Sekitar rumah Ki Parno seperti layaknya area pemakaman. Begitu terasa horor dan seram, bahkan tiada satu warga desa pun yang berani mendekati area rumah Ki Parno.

Hanya seekor burung hantu putih yang selalu bertengger di depan teras itu pun burung peliharaan Ki Parno. Walau saat siang hari rumah Ki Parno selalu ramai pengunjung dari orang-orang yang hendak berobat, karena terkena gangguan gaib. Ada pula terkadang sampai tiga buah mobil berjajar di depan rumahnya.

Mereka biasanya meminta jimat atau rapallah untuk pelaris usaha mereka. Ada juga yang meminta supaya naik pangkat atau jabatan. Tidak jarang jua ada yang meminta semacam untuk aura kewibawaan sebagai atasan.

Namun bila malam tiba rumah Ki Parno selalu sepi, lengang layaknya tiada berpenghuni. Sebab Ki Parno sendiri tiada pernah keluar rumah bila malam tiba. Ki Parno hanya duduk bersila dalam kamarnya sambil terus bersemadi.

Biasanya di depan Ki Parno Sewu bersemadi. Ada sebuah tungku kecil dari tanah liat di mana tungku selalu menyala bara api dari pembakaran menyan. Samping tungku kecil biasanya terdapat wadah besar tempat aneka ragam sajian cok bakal atau persembahan.

Persembahan yang terdiri dari kopi pahit, bunga-bungaan, jeroan dari ayam cemani atau ayam berwarna hitam semua seluruh badan. Ada pula darah ayam cemani di letakkan pada satu gelas penuh. Ada juga telur ayam dan berbagai macam lain sebagai syarat ritual.

Saat Ki Parno sewu tengah bersemadi di dalam kamarnya dengan terus memejamkan mata dan berkomat-kamit merapal mantra-mantra. Tiba-tiba mulutnya terhenti dari membaca mantra. Tiba-tiba matanya kembali terbuka, seakan ada satu penglihatan yang seketika datang mengganggu konsentrasi Ki Parno Sewu.

"Kurang ajar! Keluarga Ali selalu saja mengusik ketenangan murid-muridku. Si Ali itu selalu mengusik acara ritual dari murid kesayanganku Sukari. Dalbo datanglah kemari segera," ucap Ki Parno Sewu begitu marahnya akan penglihatan yang baru saja tampak di mata batinya. Sehingga iya langsung memanggil jin peliharaannya serupa genderuwo sakti bernama Dalbo.

Tiba-tiba dari depan Ki Parno muncullah asap dari dalam tanah. Awal mula asap hanya kecil keluar dari dalam tanah. Lalu perlahan membesar dan terus membesar. Sosok yang semula hanya asap putih sekonyong-konyong berubah menjadi sosok tinggi besar serupa raksasa.

Sosok tersebut berdiri di depan Ki Parno sewu sambil terus menggeram. Sesosok makhluk dari ras jin berbadan selayaknya manusia tapi berwajah raksasa serupa genderuwo.

"Ada apa kau mengganggu peristirahatanku Parno. Kenapa kau memanggilku, apa ada musuh yang sakti Mandra guna menantangmu. Sehingga kau tidak dapat mengalahkannya lalu memanggilku," geram Dalbo terus berkelakar dengan intonasi serak dan berat layaknya suara genderuwo.

"Kau tentu tahu Dalbo, musuhku selama ini hannyalah keluarga Si Ali dan anak keturunannya. Sebenarnya aku mampu melawan mereka sendiri. Tetapi aku sudah terlanjur menggelar ritual dan ritualku ini tidak boleh berhenti setengah jalan. Kau pun tahu akan hal itu bukan. Jadi aku meminta bantuanmu tolong wakilkan aku untuk menghadapi kucing peliharaan Si Ali yang tengah mendatangi muridku Sukari," pinta Ki Parno Sewu pada sosok Dalbo yang iya panggil.

"Baiklah asalkan kau sediakan satu tumbal gadis perawan desa yang cantik jelita. Aku akan selalu menuruti dan mematuhi perintahmu Parno," akhirnya Dalbo mengajukan satu sarat pada Parno karena telah memanggilnya dan menyuruhnya bertempur.

"Baik akan aku sediakan satu anak perawan cantik untuk tumbal kepadamu. Sekarang berangkatlah habisi kucing hitam milik Si Ali," perintah Ki Parno Sewu pada Dalbo sambil mengacungkan sebilah keris sakti kesayangannya.

"Baiklah Parno tunggu saja berita kematian kucing jelmaan milik Si Ali. Hanya masalah sepele seperti ini saja kau memanggilku Parno," ucap Dalbo seketika menghilang pergi dari pandangan Ki Parno Sewu.

Seakan tak puas dengan memanggil sosok Dalbo. Ki Parno kembali memanggil satu lagi sosok jin peliharaan miliknya. Terlihat Ki Parno Sewu kini tengah berkomat-kamit membaca ajian pemanggilan makhluk astral.

Lalu tiba-tiba saja sesosok makhluk menyeramkan telah berdiri di depan ia bersemadi. Satu sosok tinggi besar berbulu sekujur tubuhnya. Memiliki kukuh-kukuh tajam setiap jari-jarinya. Serta memiliki taring panjang di kedua sisi mulutnya. Bermata besar bagai nyala bola api sebesar baskom tempat nasi kenduri.

Sosok tersebut adalah sosok setan berwujud genderuwo. Datang berdiri di hadapan Ki Parno terus menggeram. Dengan tatapan mata yang tajam menyala-nyala.

"Ada apa Parno kau memanggilku kemari. Apa ada musuh yang hebat mengganggumu. Sehingga kau memanggilku datang ke tempatmu?" ucap genderuwo dengan intonasi suara begitu berat dan serak menyeramkan.

"Pergilah kau genderuwo ke rumah Kasturi. Selamatkan Kunti hitam dari serangan Si Ali. Aku masih membutuhkan Si Kunti hitam sebagai alat untuk mencari tumbal. Jikalau dia musnah aku akan kerepotan mencari penggantinya lagi dan pastinya akan memakan waktu lama untuk mencari penggantinya. Sedangkan tamuku terus berdatangan meminta bantuanku," ucap Parno sambil memerintah genderuwo untuk menyelamatkan Si Kunti hitam dari serangan Mbah Ali.

"Aku akan pergi dan menuruti perintahmu. Tetapi aku ingin seperti biasa, sediakan aku ibu muda yang tengah hamil muda untuk aku nikmati tubuhnya. Apa kau sanggup menerima permintaanku Parno? Kalau kau sanggup aku akan pergi sekarang. Bahkan akan aku bawa kepala Si Ali untukmu," teriak genderuwo mengajukan satu permintaan dari jerih payah yang akan dilaksanakan genderuwo dari perintah Ki Parno Sewu.

"Masalah itu tenang saja, bukankah aku selalu menyediakan dari permintaan-permintaanmu. Sekarang lekas pergilah sebelum terlambat. Sebelum Kunti hitam terlanjur terbakar menjadi abu oleh serangan Si Ali," perintah Ki Parno menyuruh genderuwo lekas pergi.

"Baiklah kau tunggu saja di sini. Akan aku bawakan kepala Si Ali sebagai persembahanmu nanti pada malam satu suro," sahut genderuwo mulai pergi dengan cara menembus tembok kamar Ki Parno Sewu.

Setelah genderuwo pergi, seakan tidak pernah puas. Ki Parno Sewu kembali memanggil satu sosok jin serupa monyet siluman. Jin monyet siluman rupanya telah datang di depannya sambil memakan persembahan yang ada pada wadah berupa tempayan besar.

"Pergilah kau monyet dan hadang Kasturi di jalan. Jangan sampai Kasturi sampai di rumahnya. Kalau bisa celakakan dia di jalan, buat iya kecelakaan dengan peristiwa tabrakan dengan pengendara lain. Kalau Kasturi mati aku bisa leluasa meniduri Amanah istrinya yang cantik dan memiliki badan bak gitar tersebut. Cepat pergilah jangan sampai iya pulang hari ini!" teriak Ki Parno Sewu menghardik jin monyet peliharaannya.

Seketika jin monyet menghilang sambil menggaruk-garuk kepala. Sambil menggigit pisang yang dia ambil dari bejana persembahan.

Creation is hard, cheer me up!

Bagus_Effendikcreators' thoughts