______________________
•
Bersama Kun dan Lucas, Doyoung mendatangi lokasi kejadian. Ia tidak memilih hak atas penyelidikan kematian wanita berusia 25 tahun itu, membuat dirinya hanya berdiam diri dan membiarkan Kun serta Lucas memeriksa kondisi mayat yang masih berbaring dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur di dalam kamar.
Dari kejauhan, tepat di ambang pintu, ia dapat melihat bagaimana kondisi korban. Piaya putih serta seperai berwarna serupa dipenuhi dengan bercak darah.
Ada yang aneh dengan TKP. Tepat pada dinding di dekat tempat tidur, terdapat tulisan huruf X dengan tinta merah yang diyakini menggunakan darah wanita malang tersebut.
Selain itu, Doyoung dapat mendengar dengan jelas penuturan beberapa polisi yang tiba lebih dulu dari mereka. Kemungkinan pelaku melakukan aksi kejinya di tengah malam buta, saat suami korban tertidur di sofa setelah banyak mengkonsumsi minuman beralkohol.
Doyoung melirik pria dengan celana pendek selutut dan kaos putih polos yang duduk pada sofa panjang ruang tengah. Pria itu diam. Sorot mata menunjukkan kesedihan luar biasa setelah kehilangan orang terkasih.
Polisi memeriksa telepon genggam milik korban. Mereka menemukan pesan dari nomor yang diberi nama Park Yeong Shik. Riwayat panggilan terakhir pun dari nomor tersebut. Sekitar pukul 11 malam mereka saling menghubungi.
"Dia adalah mantan pacar istriku. Aku tidak tahu jika mereka masih berhubungan sampai sekarang." Begitu kata pria 27 tahun bernama Do Si Jin, ketika di tanya mengenai siapa pemilik nomor tersebut.
Lucas maupun Kun percaya dengan penuturan suami korban. Akan tetapi, tidak bagi Doyoung. Ia menangkap mata gerak-gerik mencurigakan dari pria tersebut. Nada bicara yang gagap, lirikan mata penuh akan kecemasan, juga jari jemari kedua tangan yang salin meremas seperti gelisah saat ditanyai tentang Park Yeong Shik.
"Tidakkah menurutmu, ucapan pria itu sedikit terdengar aneh?" tanya Doyoung pada Kun saat berada di tempat parkir.
Kun menyinggungkan senyum. "Dalam sebuah kasus, tidak ada pengakuan yang dapat dipercaya sebelum menemukan bukti kuat," balasnya kemudian masuk ke dalam mobil yang dikemudikan Doyoung.
Pernyataan itu memang benar adanya. Doyoung belajar dari kasus sebelumnya. Bibir terkadang mampu menipu, tetapi tidak dengan tindakan. Menyangkal dengan ucapan, tetap saja akan terungkap jika sikap justru berbanding terbalik dengan pengakuan, seperti suami korban. Namun, benar atau tidak pengakuan tersebut, tergantung bagaimana kebenaran setelah penyelidikan.
•
Tiga hari setelah ditemukannya mayat wanita yang ketahui bernama Shin Ji Hyun itu, stasiun televisi beritakan kabar dijatuhkannya vonis penjara seumur hidup untuk Park Yeong Shik.
Doyoung menyaksikannya pada televisi di sudut ruangan para detektif. Ia yang duduk pada meja di sebelah Taeyong merasa tidak puas dengan kabar tersebut. Berbeda dengan pendapat rekan-rekan kerjanya yang saat ini sedang membicarakan kasus tersebut. Ia menangkap sorot mata tak bersalah ketika pria diduga tersangka itu menatap ke arah kamera.
Menurut kabar dari Kun saat penangkapan, tersangka mengakui segala macam tuduhan yang ditujukan padanya. Tanpa pembelaan sedikit pun. Mereka memang bertemu pada malam kejadian. Bahkan mengantar pulang ke rumah, saat suami korban sedang tidak ada di rumah.
"Apa menurutmu dia pelakunya?"
Pertanyaan Taeyong berhasil mengalihkan perhatian Doyoung dari layar televisi di sana.
"Entahlah," jawabnya.
Tidak ingin ambil pusing. Doyoung seakan tak peduli pada kasus yang bukan tugasnya. Ia berdiri, melakukan sedikit peregangan pada lengan, lalu menawarkan makan siang pada semua rekan kerjanya.
Tentu saja ditanggapi antusias oleh mereka, termasuk Johnny dan Yuta yang baru saja kembali dari penyelidikan kasus mereka.
Ketika baru saja keluar dari gedung, mereka dikejutkan oleh seorang gadis yang tiba-tiba datang menghampiri. Entah dari mana datangnya.
Gadis itu menangis sambil memohon bantuan Doyoung. "Salyeojuseyo, jebal!" (Tolong bantu aku, kumohon!)
Rencana makan siang bersama terpaksa harus dibatalkan karena si gadis yang tidak mau pergi sebelum keinginan didengarkan. Rupanya dia adalah adik kandung dari tersangka Park Yeong Shik.
Park Yeong Ji. Memohon dengan linangan air mata agar Doyoung mau membantunya menyelidiki kembali kasus pembunuhan yang melibatkan sang kakak. Beranggapan jika pria itu tidak mungkin melakukan tindakan keji tersebut. Di beberapa kesempatan bahkan mendatangi kantor polisi, tetapi ia diabaikan karena tak punya bukti kuat.
"Ji Hyun eonni adalah sahabat kakak sejak kecil. Dia tidak mungkin membunuhnya. Semua terjadi begitu saja."
"Tapi dia mengakui semua tuduhan," kata Taeyong.
Yeong Ji menggeleng cepat. "Tidak, itu tidak benar. Kakak hanya tidak tahu bagaimana harus membela diri. Dia terlalu terkejut mendengar berita bahwa Ji Hyun eonni dihabisi."
Setelah perundingan bersama Jung Jaehyun, kepala kantor detektif Yeoksam, Doyoung akhirnya menerima permintaan gadis itu. Tidak ada salahnya menyelidiki kembali. Lagi pula, dari segi pandangan seorang Kim Doyoung, keputusan akhir kasus tersebut memang ada yang tidak beres.
• • •
Di suatu malam, Doyoung yang sedang berada di ruang tengah, sibuk mengutak-atik layar gawai sejak 30 menit lalu. Seperti sedang mencari sesuatu.
Selang waktu beberapa menit, Jeno keluar dari kamar untuk menghampiri sang kakak. "Hyung, aku lapar. Ayo makan di luar," ajaknya.
Tidak ada balasan dari Doyoung. Bahkan menanggapinya saja tidak.
"Hyung!"
Masih tidak ada tanggapan. Jeno seolah tak terlihat oleh detektif muda itu.
Mulai kesal karena tak kunjung dijawab setelah memanggil beberapa kali, Jeno meraih bantal sofa yang ada di dekatnya, kemudian melempar Doyoung dengan benda tersebut.
"Yak! Doyoungie Hyung!"
Pria itu baru tersadar setelahnya. Keresahan tergambar jelas di wajah. Membuat Jeno yang mulanya ingin kembali mengajak makan di luar pun tak jadi dilakukan.
"Jeno-ya, apa aku pernah memperlihatkan padamu foto pesan rahasia yang dikirim oleh Renjun?"
Jeno menggeleng. "Aniyo." (Tidak)
"Lalu ke mana perginya? Aku tidak ingat pernah menghapusnya, bahkan pesan dari Renjun juga hilang."
Doyoung begitu frustasi. Ia bersandar, menghembuskan napas berat beberapa kali sambil memegangi kepala. Mulai merutuki diri sendiri karena terlalu ceroboh.
"Apa ponsel kakak tidak memakai pola atau kode?" tanya Jeno, masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.
"Tidak."
Jawaban dari sang kakak membuat Jeno menepuk jidat. "Ah, pabo!" (Dasar bodoh)
Doyoung mengesampingkan masalah foto itu sejenak. Ia berdiri. Tidak bisa berbohong jika perut sialannya juga bergemuruh meminta diisi sejak tadi.
"Cepat ganti baju. Aku juga lapar, kita makan di luar malam ini," ajaknya kemudian berlalu menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Jeno sumringah. Ia begitu bersemangat saat menuju ke kamar untuk mengganti kaos putih dan celana trainingnya dengan pakaian yang lebih rapi. Membuat Doyoung hanya bisa geleng kepala melihatnya.
Sepeninggal sang adik, sebuah panggilan telepon masuk. Rupanya dari Kun. Pria itu mengatakan telah terjadi pembunuh dengan petunjuk serupa kasus yang melibatkan Kim Yeong Shik sebagai tersangka.
Sesuai dugaan, jika kasus tersebut bukan kasus pembunuhan biasa. Sejak awal, memang ada yang tidak beres dengan pengakuan suami korban.
Sejurus kemudian, Jeno kembali dengan setelan hoodie abu-abu dan jeans hitam. "Aku sudah siap, ayo pergi."
"Jeno-ya, lain kali saja kita makan di luar, aku harus segera pergi," kata Doyoung, bergegas pergi setelah meraih mantel hangat di atas sandaran sofa tepatnya duduk tadi.
"Tapi Hyung, aku–"
"Jangan tidur terlalu larut!"
"Eo!" Jeno hanya membalas sekenanya. Memasang wajah datang sembari berjalan pelan menuju dapur sambil menggerutu kesal.
Lelaki itu mulai membuka satu persatu lemari di atas kompor dan berhasil menemukan satu bungkus ramyun.
Ia mengembuskan napas. "Yak! Mari kita berkencan saja. Sepertinya kita memang ditakdirkan bersama setiap malam," ucapnya pada bungkus ramyun berwarna merah di tangan.
Nada bicara yang terdengar begitu malas. Ia lalu mengambil panci untuk memasak makan malamnya.
•
Yangjae-ro, Gandong-gu, Seoul.
TKP sudah penuh dengan polisi. Mayat wanita di atas sofa panjang di ruang tengah di salah satu kamar pada gedung apartemen bertingkat 4 itu sedang dalam proses evakuasi.
Di tengah kesibukan beberapa orang di dalam ruangan memeriksa setiap sudut ruangan untuk mencari petunjuk, Doyoung justru berdiri saja memandangi tanda X bertinta merah yang terdapat pada dinding.
Dapat disimpulkan, Kim Yeong Shik bukan pelaku sebenarnya dari kasus tersebut. Beberapa orang disekitar korban harus dicurigai, termasuk Do Si Jin, suami Shin Ji Hyun. Korban pertama dalam kasus pembunuhan berantai.
.
.