webnovel

Shasha Gadis Pendorong Gerobak

Novel ini bercerita tentang seorang gadis yang bernama Shasha yang berseteru dengan ibu kandungnya, Maya Agustin. Shasha seorang gadis sederhana yang tinggal di daerah kumuh dekat tempat pembuangan sampah. Di tempat itu dia kost sambil bekerja menjadi guru taman kanak-kanak dan sekolah alam. Shasha juga seorang aktivis lingkungan. Sementara Maya Agustin adalah seorang mantan artis terkenal dan seorang anggota legislatif.  Ibu dan anak itu bersaing mendapatkan perhatian tuan Isaac Ibrahim, seorang konglomerat yang kesepian,  terpisah dengan anak istrinya selama 30 tahun. Masalahnya Tuan Isaac Ibrahim tidak menyukai Ryan, suami Maya Agustin. Sementara Shasha bersaing pula dengan adik tirinya, Regina memperebutkan cinta Edoardo Callahan. Pria ganteng seorang seniman anak advokat terkenal dan kaya raya, Ben dan Jane Callahan. Banyak yang konflik yang dihadapi Shasha. Dia bahkan hampir di lelang dan di jual teman satu kostnya. Bagaimana kelanjutan cerita ini. Selamat Membaca!

Meri_Sajja · Urban
Not enough ratings
507 Chs

Persaingan Politik

Kamis sore di taman  bermain di wilayah pemukiman penduduk yang kumuh. Tempat ini adalah tempat bermain yang murah bagi anak-anak setempat. Banyak alat bermain anak yang tersedia. Setiap sore tempat ini sangat ramai apalagi hari minggu, para pedagang makanan dan minuman keliling turut meramaikan tempat ini, jajanan murah dan enak disukai anak-anak.

Di sudut taman  yang sepi dari pedagang, Shasha  membacakan buku cerita dongeng tentang kancil dan buaya kepada Rey dan Putri, dua orang balita murid di PAUD (pre school) rumah mereka tidak jauh dari taman. Kedua anak itu mendengarkan cerita Shasha dengan ta'jub. Tidak lama kemudian jumlah anak yang datang  bertambah, Riska, Julian dan Andre. Kelima anak itu sudah  dikenal Shasha, tetapi ada juga beberapa anak yang tak dikenal Shasha datang  mendekat.

"Kak Shasha cerita yang lain ada nggak?" 

"Ada. Namamu siapa?" Shasha balik bertanya.

"Saya Tami, ini adikku Tama dan Tini".

"Ooh!" Tiga beradik ini memiliki wajah yang mirip, besarnya juga sama. Mereka kembar 3. Shasha tersenyum memandang ketiganya.

"Ada yang bisa baca ngga?" si kembar angkat tangan, termasuk Riska, Julian dan Andre. Shasha mengeluarkan buku cerita dalam tas. Enam orang itu berebut mengambil buku cerita tersebut. Mereka lalu mengambil  tempat  di sudut yang berbeda,  asyik dengan buku masing-masing. Shasha membacakan buku cerita yang tertunda kepada 2 orang muridnya yang memang belum bisa membaca. 

Seorang ibu mendekat meminjam buku ke Shasha. Ibu tadi membacakan buku cerita ke anaknya tidak jauh dari tempat Shasha dan anak-anak .

Tanpa setahu Shasha seseorang mengambil foto dan video aktivitasnya. Orang itu kemudian menjauh setelah berhasil mengambil foto dan video yang terbaik. Berjalan keluar taman masuk mobil lalu pergi.

Di rumah Edoardo Callahan.

"Kak Edo!"

"Ya?" Edo menatap heran ada 2 gadis cantik Seragam sekolah Swasta ternama menghampiri dirinya.

"Saya Desy!"

"Saya Regina". Kedua gadis itu mengulurkan tangan malu-malu bersalaman, mengenalkan diri. Edo menyambut uluran tangan keduanya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Ini...", Regina menyerahkan amplop surat lambang OSIS¹ sekolah. Edo membukanya. Perihal juri lomba teater tingkat sekolah tingkat kota. " Kakak bersedia?" tanya Regina penuh harap. "Oke! nanti hubungi saya!" Edo menuliskan nomor kontaknya. "Maaf sepertinya kita pernah ketemu?

"Kakak pernah jadi pelatih teater kami di sekolah". Jelas Desy.

Edo memperhatikan kedua gadis itu dengan seksama. Benar, ini mereka. Tapi kenapa mereka jadi lebih cantik. Bening dan glowing. Bibir merah alami. Edo tersenyum melepas mereka pergi. Gadis-gadis itu masih belia tapi sudah berani operasi plastik. Kelihatan sekali wajah tirus mereka seragam. Hidung mancung dan lancip. Mereka menggunakan dokter bedah plastik yang sama. Wajah mereka jadi mirip. Mau jadi apa mereka? Artis? Model? 

Regina dan Desy mendinginkan wajah mereka di mobil. Matahari tidak bersahabat dengan kulit mereka yang sensitif. Tentu saja mereka tak ingin rugi banyak perawatan pemutih itu mahal.  "Ssst. Regina...lihat kak Edo mau kemana dia?"

"Kita ikut!i"  Desy menjalankan mobil mengikuti motor Edo pergi. "Kak Edo ganteng banget,ya?". Desy mengepalkan kedua tangan ke dada gemes.

"Jangan berharap.Dia milikku!" Regina mendelikkan matanya yang indah, dengan bulu mata yang lentik dan tebal itu dia jadi sangat cantik. Tentu saja desy tak berani menyaingi dia. Modal dia lebih  besar. Syukur-syukur operasi plastik dan perawatannya ditanggung Regina. Uangnya meteran dan kiloan,  sedang dia masih lembaran. Itu pun dibatasi neneknya. Untungnya dia dapat subsidi dari Regina. Yang penting nurut, setia, kasarnya menjilat. Pphh. Desy mengeluh dalam hati.

Edo berhenti di taman dekat wilayah kumuh pinggiran kota. Disini banyak asap. Tempat ini dekat TPA (Tempat Pembuangan  Akhir) sampah kota. 

Edo memarkirkan motor dan mendekati seorang gadis berjilbab wajahnya tidak jelas. Edo memegang kepala gadis itu.

 

"Ciiih najis. Pake jilbab pacaran!!" Regina emosi melihat kebersamaan mereka. "Belum tentu mereka pacaran...tuuuh banyak anak-anak gembel tu disekitarnya". Desy menghibur.  Edo mengambil buku dari gerobak dan membagikannya ke anak-anak itu. "Yuk! kita pergi aja. Haram liat begituan".Regina masih dongkol. "Ga usah dipikirin...ga level!!!" Desy pandai menghibur. Mereka pergi dari tempat itu. Emosi bikin lapar. Mereka pergi ke restoran mahal. "Makan lebih baik daripada marah!" Motto Desy. Regina tertawa. "Lihat ga guna sedot lemah, detox, akupuntur...kamu tetap jadi gendut. Gak ada biaya lagi!" Regina mengomel. Desy melas. "Makan yang sehat aja...ada nih di menu!"

Regina cuma ngancam. Aslinya dia baik. Baik sama yang baik yang menurutnya baik.

Di Taman cerdas.

Shasha mengumpulkan buku-buku yang berserakan yang ditinggal pergi begitu aja sama anak-anak. Sabar aja. Nanti juga mereka berubah. Edo membantu mendorong gerobak. Membawanya pulang ke kost-an Shasha.

Setelah Edo pergi. Shasha pulang ke rumah nenek. Edo tahunya Shasha cuma anak kost.

****

Rumah  Dinas Walikota

"Ini Tentatif kegiatan besok". Nyonya Lestari menyerahkan berkat ke tuan Rahmat. "Lurah, ketua Rukun Tetangga , ketua Rukun Warga , Pengurus Masjid, Remaja Masjid, ibu-ibu Posyandu, Ibi-ibu pengajian,  Satpol Pamong Praja, Pemadam kebakaran, Dinas kebersihan, sudah siap". Rachmat menatap istrinya.Sesibuk-sibuknya jadi pendidik dia masih bisa jadi sekretaris yang andal dan istri yang cerdas. "Acara  jumat bersih di kelurahan Pasar Baru, pukul 07.00 -10.00". Lestari istrinya membacakan agendanya. "Nasi kuning  bungkus daun nenek Shasha 300 bungkus sudah di pesan!" katanya lagi. Itu yang penting. Poinnya adalah ketemu Ibu Maimunah mantan mertuanya nenek Shasha, anaknya.

Rahmat sudah tidur. Lestari istrinya masih berbenah menyiapkan pakaian suaminya untuk 4 acara hari ini. Suplemen Vitamin. Sarapan Sehat. Sholat Jumat di pinggiran kota dekat Tempat Pembuangan Sampah, Makan siang dengan warga disana 1000 bungkus nasi, Senam sehat Lansia. Pembukaan MTQ² kecamatan. Selesai. Jadi istri Walikota sama sibuknya dengan Walikota.

***

Di Kediaman Mewah Maya Agustin 

"Persiapan besok acara lomba teater tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) se Kota Samboja Timur, Ini rincian acaranya". Suami Maya  meletakkan berkas di ranjang. "Sudah kamu baca..

Aku malas baca...aku ikutin aja". Maya memejamkan matanya. Wajahnya masih pake masker lumpur. Suaminya mengalah.

"Penata rias dan busana besok lebih penting" . Maya lebih mementingkan penampilan daripada kemampuannya.

"Regina sangat membantu sosialisasi dengan pemilih pemula, jangan lupa di ingatkan dia agar lebih sederhana dan tidak tinggi hati".

"Itu tugasmu...kamu kan bapaknya". Maya Agustin cuek. Kalau ingat itu ia jadi jengkel, Regina anak  suaminya dengan mantan istrinya. Maya sendiri tidak yakin, Regina anak biologis suaminya atau bukan. Tapi sudahlah. Dia tidak ingin kehilangan suami, ganteng dan manajer yang handal. Yang lebih penting suaminya memujanya dan bekerja untuknya.

***

Di rumah kontrakan nenek Shasha.

Nenek dan Shasha serta bu Maryam sibuk memasak untuk pesanan besok nasi kuning 300 bungkus daun untuk acara Jumat bersih. Dan siang 1000 bungkus nasi campur pesanan Kyai Majid imam masjid  Ar Rahman dekat sekolah alam Shasha dan teman-temannya.

Shasha tidak tahu besok bapak Walikota  ayahnya mulai melakukan pendekatan persuasif  dengannya.

Hari ini di Sekolah Insan Nurani ada kegiatan besar. Lomba Teater Sekolah Mengah Atas se Kota Samboja Timur. Kegiatan itu  meriah dengan artis Ibukota dan juga Anggota DPR Maya Agustin jadi juri di lomba tersebut, juri lainnya Edoardo Hermawan Callahan pemain teater yang ganteng bikin deg degan, dia juga novelis terkenal, karyanya juga sudah difilmkan.

Para siswi yang jadi panitia sudah dandan cantik, apalagi Regina gadis tercantik di sekolah, model remaja yang terkenal, putri Maya Agustin, ketua panitia sudah cantik menawan tanpa make up menurut remaja yang awam dengan make up flawless yang sebenarnya sangat  mahal karena nggak heavy dan tampak alami.

Para peserta membludak, acara sempat di istrirahatkan beberapa saat menunggu Edo selesai jumatan. "Kak Edo luar biasa, sudah ganteng alim lagi. Tapi yang lain gak boleh mendekat dengan dia!". Kata Desy,   "Edo teman dekat Regina!".

Di tempat lainnya, Ir Rahmat dan istrinya blusukan di acara jumat bersih. Acara itu jadi mengharukan. Pertemuan ibu mertua dan menantu yang sudah terpisah puluhan tahun. Acara itu sukses menjadi kejutan yang mengharukan dimuat di berita Breaking News Portal online siang tadi. Tapi acara itu g sukses banget karena Shasha ga ada di tempat itu.

Maya Agustin belum membaca berita itu ia fokus ke penjuriannya, suaminya tak ingin mengganggu mood nya Maya yang bakal membuatnya hancur meski dengan make up cantik. Maya kalau kesal suka ngamuk dan banting perabot di dekatnya.

***

Sementara Shasha sudah dari jam 8 pagi standby di dekat mesjid, dapur umum membagikan nasi, habis  orang sholat jumat. Jadi dia tidak ketemu walikota yang sengaja mengadakan  acara di sekolah alam, dia tidak melihat Shasha. Ajudannya berbisik, "Shasha baru saja pulang. Dia membantu neneknya bersih-bersih!".

Sore itu di kamar Maya Agustin dia menghentak kan kaki kesal  Rahmat lebih dahulu menemukan ibunya.

Untungnya Ibunya tidak menyebut  nama Maya Agustin, mantan istri walikota.

Dia sempat khawatir kalau itu terungkap, perang belum dimulai. Masih lama dari proses pendaftaran pencalonan Walikota. Issu ini tidak bagus di lempar dulu ke publik dan media.

Orang tidak boleh tahu kalau mereka mantan suami istri.