webnovel

Setelah Malam Itu

Vol 1.Aku hamil dengan lelaki yang aku anggap sebagai idolaku selama ini! Vol 2. Gara gara malam itu. Liam kena sial! Dia menghamili wanita yang masuk ke dalam kamarnya!

Sr_Intan · Urban
Not enough ratings
266 Chs

8. Kehidupan Baru Dimulai

Usai pamit pada ibunya, Karen langsung bergegas pergi ke dermaga dengan taksi. Ia mengatakan pada orangtuanya jika tak usah mengantarkannya ke kota karena Karen sengaja tak ingin kedua orangtuanya mengetahui letak tempat tinggalnya.

"Yakin tak perlu diantar sampai kota?" tanya ibu Karen begitu ia membuka pintu taksi.

"Tak usah bu. Karen sudah dewasa. Bahkan kemarin bisa bertahan hidup di reruntuhan selama beberapa jam."

"Sampaikan salam Karen untuk ayah," ucap Karen begitu ia masuk ke dalam taksi.

Karen tak sempat berpamitan pada ayahnya karena siang itu ayahnya sudah berada di kantornya.

"Hubungi ibu jika ada apa-apa disana. Tapi ibu berharap semuanya akan baik-baik saja."

"Iya bu, tenang saja." taksi yang membawa Karen langsung pergi meninggalkan rumahnya menuju dermaga.

Kebiasaan baru Karen, yaitu mengecek dm di instagram. Masih berharap jika Rafael akan segera membalas pesannya. Namun malah tanda pesan masuk muncul dari Nana.

Nana : Sudah berangkat?

Karen : Lagi menuju dermaga, kenapa?

Nana : Kondisi Ken sudah membaik, aku hanya ingin memberitaumu hal itu.

Karen : Syukurlah kalau begitu.

Nana : Apa yang harus ku katakan pada Ken jika dia menanyakanmu.

Karen : Jangan bilang jika aku ke kota. Aku takut dia akan mencariku.

Nana : Baiklah. Jaga dirimu baik-baik. Akhir pekan aku akan mengunjungimu.

Pesan terakhir Nana membuatnya sedikit tenang. Setidaknya dia akan memiliki teman di akhir pekan nanti. Namun ada pikiran baru yang mengusiknya saat ini. Tapi, bagaimana bisa dia kerja dengan perut yang semakin membesar nanti?

' Jika begini caranya, aku akan terus membohongi kedua orangtuaku,' ucapnya dalam hati.

Karen mengelus perutnya dan tertawa kecil. Ia merasa aneh dan tak habis pikir mengapa ada sebuah kesenangan tersendiri dalam hatinya begitu ia mengetahui jika dirinya sedang hamil dari anak Rafael.

Lima tahun yang lalu, saat pertama kali ia melihat Rafael dan Liam melakukan debutnya di televisi. Ia langsung jatuh hati pada Rafael. Jatah uang jajannya saat masih bersekolah ia gunakan untuk membeli album dan segala barang-barang yang ada hubungannya dengan Rafael. Tak terkecuali minuman isotonik yang memampang wajah Rafael di botol.

Ada kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan pada orang lain saat dia bisa mengumpulkan hal-hal yang berbau tentang idolnya tersebut. Namun keberuntungan tak selalu berpihak pada Karen. Ia selalu gagal untuk menang undian agar bisa masuk mengikuti fansign atau acara tanda tangan untuk penggemar. Hingga akhirnya ia merasa seperti mendapatkan sebuah jackpot saat bertemu dengan Rafael di kelab waktu itu.

"Nona, kita sudah sampai di dermaga," ucap sopir taksi tersebut sambil menoleh ke arah Karen.

Karen pun langsung memberikan beberapa lembar uang setelah melihat argo pada taksi kemudian turun. Ia melihat sekitar dermaga yang sudah ramai lalu lalang calon penumpang. Beberapa diantaranya ada gerombolan turis asing yang mengikuti pemandu wisata dan ada juga seperti Karen yang akan pergi ke kota.

Ia memilih tempat duduk setelah melihat jam keberangkatan kapal.

"Sebentar lagi."

Karen terus menerus menghembuskan napas gugupnya. Karena sebentar lagi ia akan berjuang hidup sendiri di kota yang jauh dari orangtuanya.

"Kak, apa kau mau berangkat ke kota juga?" tanya seorang gadis, ia duduk di sebelah Karen dan bertanya denan canggung.

Karen menoleh dan melihat seorang gadis yang mungkin seumuran dengannya. Ia mengangguk lalu tersenyum, " Iya, kau juga mau kesana?"

"Iya, aku akan ke kota untuk kuliah. Tapi ini baru pertama kalinya aku kesana. Dan aku sangat gugup. Namun kakak lelakiku yang sudah memiliki istri sudah ada disana."

Gadis yang bernama Yura itu langsung mengatakan apa yang ingin dia katakan. Yang awalnya canggung namun ia nampak lebih banyak berbicara dibandingkan Karen.

Karen hanya terkekeh, " Kalau begitu kita bisa berangkat bersama-sama," ucap Karen.

Jam tiga sore...

Karen sudah menginjakkan kakinya di Dermaga Kota. Ia turun lalu diikuti suara langkah di belakangnya. Ruri, sejak berada di pulau gadis itu terus mengikuti Karen dan berharap jika dirinya bisa menjadi temannya saat di Kota. Karena Karen memang baru pertama kalinya hidup di Kota dan belum memiliki seorang teman jelas saja ia mau, bahkan saat Ruri mengajak untuk menyewa rumah untuk mereka berdua. Selain lebih murah, memiliki roommate dari daerah yang sama itu rasanya berbeda.

"Kak mau kan kita tinggal berdua? Aku tak akan merepotkanmu kok," ucap Ruri, dia sudah berdiri di samping Karen.

"Tentu saja. Tapi ada hal yang harus aku beritau padamu nanti." Karen tersenyum lalu berjalan mencari pintu keluar Dermaga.

Ruri masih terpaku di tempat beberapa detik lalu melanjutkan perjalanan setelah Karen melambai agar ia tidak kehilangan dirinya.

"Jangan panggil aku kak, karena aku rasa kita umur kita tidak beda jauh."

"Memang kak umur berapa?"

" Aku... Aku dua puluh satu."

" Wah.. Benar. Kita beda sedikit. Tadinya karena aku melihatmu, sepertinya sudah dewasa. Jadi aku memutuskan untuk memanggilmu kak."

Karen tersenyum melihat Ruri. Meskipun sudah 19 tahun namun Ruri kelihatan seperti gadis berumur lima belas tahun. Selain postur badannya yang kecil, wajahnya juga terlihat imut. Berbeda dengan Karen, wajahnya memang terlihat dewasa meski baru berusia dua puluh satu tahun.

Sebelum ke Kota Karen sudah mencari beberapa tempat yang cocok untuk ia tinggali di sana. Karen sudah mencarinya di Internet sehari sebelum ia berangkat ke Kota. Namun karena tiba-tiba dirinya bertemu dengan Ruri, Karen harus membatalkan rencananya untuk menyewa tempat yang hanya bisa ia tinggali sendiri. Tapi untung saja, di tempat yang sama di mana dia sedang mencari tempat tinggal. Masih ada satu rumah yang bisa mereka tempati untuk berdua. Meskipun agak jauh dari jalan raya. Namun rumah yang berada di lantai dua tersebut lumayan bersih dan luas. Pemiliknya pun terlihat ramah pada Ruri dan Karen.

"Bahkan aku tidak memikirkan hingga sejauh ini," gumam Ruri, maksud ia adalah mencari tempat sebelum ke Kota.

Ia kemudian masuk dan memeriksa ruangan yang terdiri dari sebuah dapur, kamar mandi, ruang tamu dan satu kamar tidur.