Garnis melangkah pelan memasuki restoran besar dan lumayan terkenal di kota itu. Dia begitu suka dan takjub melihat bagian dalam restoran tersebut.
"Selamat pagi dan selamat datang di restoran RESTU IBU," sapa seorang karyawan dengan tersenyum ramah ketika Garnis mendekatinya.
"Maaf mas, saya mau bertemu dengan pak Imran Sulaiman, apakah beliau sudah datang?" Garnis mengutarakan tujuannya datang ke restoran itu kepada karyawan tersebut.
"Maaf Bu, apakah ibu sudah membuat janji untuk bertemu dengan beliau?" tanya karyawan itu dengan sopan.
" Belum mas, apa mas bisa tolong untuk memberi tahu bahwa saya ingin bertemu, nama saya Garnis Zulaikah," pinta Garnis kepada Irfan, nama karyawan tersebut, yang ia ketahui dari tag nama yang tersemat di baju seragamnya,sebenarnya bisa saja ia langsung masuk ke dalam tanpa minta izin siapapun karena restoran ini sudah sah menjadi miliknya.
Semua aset berharga atas nama almarhum suaminya sudah berganti atas namanya atas bantuan pak Yanuar, melihat perlakuan adik bungsunya terhadap Garnis, pak Yanuar berinisiatif mengurus perpindahan nama surat- surat itu secepatnya.
"Ada apa Fan, perempuan ini siapa?" tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri Irfan dan Garnis. Wanita berusia tiga puluhan itu memandang Garnis dengan pandangan tak suka dan sinis.
"Maaf Bu Lili, ibu ini..."
"Mau minta sumbangan, atau mau makan? Katakan padanya kalau mau makan di sini dipikir-pikir dulu, karena makanan dan minuman di sini harganya mahal, dan kalau mau minta sumbangan, nih berikan padanya, lalu secepatnya suruh pergi!" kata wanita yang bernama Lili itu dengan angkuh sambil melemparkan selembar uang kertas dua ribuan.
Tanpa sengaja Garnis mengepalkan tangannya, dadanya bergejolak menahan emosi. Tapi Garnis berusaha menyembunyikan perasaan marahnya, ia akan mencari tahu siapa sebenarnya Lili, dan sebagai apa Lili di restoran miliknya.
Yang ia ketahui, pak Imran Sulaiman orang yang dipercaya oleh almarhum suaminya untuk mengelola restoran sejak restoran ini buka, karena pak Imran Sulaiman adalah orang yang jujur dan amanah.
"Maaf Bu Lili, ibu Garnis mau bertemu pak Imran," Irfan melanjutkan kalimatnya yang tadi terpotong oleh ucapan Bu Lili. Irfan dan Garnis membiarkan uang dua ribu yang tadi dilempar oleh Lili.
"Apa? Mau ketemu pak manager? Memang dia ini siapa? Model gembel begini berani-beraninya mau ketemu manager!" Lili berkata keras sambil menunjuk-nunjuk Garnis.
Suaranya yang cukup keras membuat sebagian pengunjung restoran, mereka saling berbisik satu sama lain, dan ada beberapa orang yang tak mau melewatkan kesempatan dengan mengambil foto dan video dengan gawainya.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanpa mereka sadari seorang lelaki datang dan bertanya perihal keributan yang sedang terjadi. Lelaki itu adalah pak Imran Sulaiman, orang yang mau ditemui Garnis. Karena Garnis dan psk Imran belum pernah ketemu,jadi mereka tak saling mengenali.
"Ma_maaf Pak, ibu Gar..."
"Wanita ini mau ketemu bapak, untung saya cepat keluar tadi, jadi saya tahan dia di sini. Berani-beraninya model gembel begini mau ketemu bapak yang jadi manager," lagi-lagi Lili memotong kalimat Irfan dan dengan angkuhnya dia menghina Garnis.
"Suliyah,tolong dijaga ucapannya, siapapun yang datang ke restoran ini harus kita hormati, mereka adalah tamu kita!" titah pak Imran tegas dan bijaksana.
"Tapi pak, orang yang datang untuk makan itu yang harus kita hormati, bukan yang model gembel seperti ini!" Lili yang ternyata bernama Suliyah itu masih saja protes tanpa rasa sungkan dan takut dengan pak Imran.
"Suliyah,silakan kamu pergi ke belakang, kerjakan tugas kamu, tak usah ikut campur urusan yang bukan menjadi urusanmu!" tegas pak Imran sambil menahan emosinya. Dia merasa menyesal menerima Suliyah bekerja di restoran milik almarhum Ridwan, sahabat karibnya.
Suliyah adalah anak tetangganya, dia seorang janda cerai tanpa anak. Suliyah dicerai oleh suaminya karena ketahuan selingkuh dengan anak kost di sebelah rumahnya.
Pak Wiro, bapaknya Suliyah mendatangi pak Imran, memohon untuk bekerja di restoran yang dikelolanya.
Pak Imran merasa kasihan melihat keadaan pak Wiro yang sudah tua bersikukuh mau bekerja, alasannya untuk menghidupi dirinya dan Suliyah, anaknya. Sebelumnya, suami Suliyah yang menanggung biaya hidup mereka.
Dan atas dasar kemanusiaan dan rasa iba, pak Imran memberikan pekerjaan di restoran, tapi pekerjaan itu untuk Suliyah, karena secara fisik kondisi Suliyah masih muda dan kuat untuk bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran milik almarhum Ridwan.
Sebulan Suliyah bekerja, pak Imran sering tak sengaja mendengar bisik-bisik para karyawan membicarakan Suliyah. Bahkan ada beberapa yang datang menemui pak Imran, mereka mengadu perihal Suliyah yang sering membuat masalah dan membuat karyawan lain merasa tak nyaman.
Pak Imran berusaha menanggapi aduan para karyawannya dengan jalan menegur dan menasehati Suliyah,tapi Suliyah selalu mengabaikannya.
"Tapi Pak...!" Suliyah masih berusaha protes. Netranya melirik ke arah Garnis dengan sinis.
"Lanjutkan tugasmu!" perintah pak Imran dengan tegas.
" Maaf Pak, biarkan saja mbak Suliyah berada di sini, saya ingin perkenalkan diri saya padanya," Garnis yang dari tadi diam akhirnya membuka suara. Ia merasa tak tahan melihat perilaku Suliyah.
Sebenarnya Garnis tak mau menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya, tapi Garnis ingin memberi efek jera kepada Suliyah. Garnis tak mau para pelanggan restorannya memandang negatif kalau orang seperti Suliyah masih tetap bekerja di restorannya.
" Hei gembel, namaku Lili bukan Suliyah!" Irfan membekap mulutnya menahan tawa mendengar perkataan Suliyah, sementara pak Imran memandang Suliyah dengan wajah merah padam menahan marah. Dan Garnis berlagak santai, tak mau menanggapi ucapan Suliyah.
"Baik Mbak, kalau boleh tahu Mbak ini siapa dan apa tujuan Mbak mau bertemu saya?" tanya pak Imran dengan sopan.
"Perkenalkan nama saya Garnis Zulaikah, saya tahu nama bapak dari pak Yanuar," kata Garnis sambil menangkupkan kedua telapak tangan di dadanya, tanda memperkenalkan dirinya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya.
"Masya Allah, jadi mbak Garnis? Istri almarhum Ridwan?Kenapa dari tadi tak mengenalkan diri?" pak Imran benar-benar kaget ketika Garnis memperkenalkan diri dan menyebut nama pak Yanuar.
"Irfan, panggil semua karyawan untuk datang kemari,semua tanpa kecuali!" pak Imran memberi perintah kepada Irfan.
"Mohon maaf kepada para pengunjung, saya minta waktunya sebentar, mohon untuk sementara bersabar bagi yang belum mendapatkan pelayanan dari kami," pak Imran mulai bicara yang ditujukan kepada para pengunjung.
"Dan bagi semua karyawan di restoran RESTU IBU, tujuan saya memanggil kalian semua berkumpul di sini adalah untuk memperkenalkan siapa sebenarnya ibu ini," pak Imran sengaja menghentikan ucapannya dan melihat ke arah Suliyah. Merasa diperhatikan Suliyah membalas tatapan pak Imran dengan tajam dan dengan sinis mencibir ke arah Garnis.
"Cepat katakan siapa wanita gembel ini pak!" dengan suara ketus dan sinis.Pak Imran menahan marahnya, para karyawan diam dan menunggu, sementara Garnis tetap dengan gaya anggun dan santai.
"Ibu yang berdiri depan kalian ini namanya Garnis Zulaikah, beliau adalah istri almarhum Ridwan , pemilik restoran RESTU IBU.
Dan mulai sekarang, ibu Garnis adalah pemilik restoran RESTU IBU," riuh rendah suara pengunjung mendadak terdengar memenuhi ruangan , dan tak tahu siapa yang mulai, semua bertepuk tangan menanggapi ucapan pak Imran, kecuali ada seorang yang terlihat syok berdiri tak bergeming, wajahnya mendadak pucat, dia adalah Suliyah yang tadi dengan angkuhnya memanggil Garnis dengan sebutan gembel.
"Suliyah, ikut ke ruangan saya!" titah pak Imran.