webnovel

Serpihan Bulan

Mereka adalah Putri Vampir, namun mereka tidak tahu tentang hal itu sama sekali. Bahkan ibu yang mereka pikir adalah ibu kandung mereka ternyata adalah pembohong. Dan sekarang mereka harus hidup sebagai Vampir, lebih tepatnya sebagai Putri Vampir. Tapi apakah semuanya hanya berakhir seperti itu, hidup dengan mudah di dunia baru? Sepertinya tidak, karena kenyataan bahwa mereka memiliki darah Iblis membuat keduanya di harapkan untuk menjadi yang terbaik karena sebuah ramalan memuakkan atas nama mereka. Lalu apa yang terjadi? Apa Evelyn dan Jocelyn bisa melewati semuanya dengan baik? Atau tidak sama sekali? Up setiap hari minggu

Park_Keyza · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Rahasia yang Di Sembunyikan

"Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak membahas tentang ini lagi bukan!"

Suara gadis itu terdengar tidak ingin di bantah, si surai burgundy tidak berniat membahas hal yang tidak penting ini lagi. Semuanya sudah jelas dan dia tidak mau memikirkan hal aneh seperti ini, baginya cukup malam itu dia penasaran dan sekarang tidak lagi.

"Kau aneh Joce! Bukankah kau yang mengatakan sendiri jika kau ingin mencari tahu kenapa kita bisa mendengar suara yang jaraknya lebih dari puluhan meter!" kesal Evelyn, menarik bantal tidurnya untuk di taruh di atas pahanya.

Tatapan gadis bersurai caramel terlihat tidak percaya, dia juga merasa aneh akan kembarannya yang tiba-tiba berubah begitu saja. Seakan gadis itu sudah mengetahui sesuatu yang tidak dia ketahui, jangan bilang bahwa kakak kembarnya itu berniat menyembunyikan semua kebenarannya dari dia.

Tidak!

Dia tidak mau hal itu terjadi, tapi sejak tadi kakaknya itu sibuk pada novelnya tanpa mau melihat ke arahnya sama sekali. Bahkan jika dia tidak bertanya, gadis bersurai burgundy itu memilih diam tanpa peduli akan tatapannya.

"Jocelyn!"

"Hm.."

"Sebenarnya apa yang kau tahu! Jika kau tahu sesuatu, katakan padaku! Jangan diam saja seakan kau tidak peduli padaku!!" teriak Evelyn menatap penuh harap pada punggung kakaknya sebelum dirinya mendengar suara tawa mengejek dari gadis bersurai burgundy itu.

Hanya tawa mengejek yang kecil namun Evelyn mendengarnya dengan jelas, bahwa kakaknya memang tidak berniat untuk mengatakan apa pun padanya.

"Belum saatnya kau tahu Eve, tapi kau akan tahu semuanya nanti" Jocelyn menoleh, menatap penuh ke arah sang adik dengan sebuah senyuman tipis.

Evelyn sendiri hanya diam, membiarkan segala pikirannya mempengaruhi dirinya. Melihat sang kakak pergi meninggalkan dirinya begitu saja di sana, apakah kakaknya itu memang tidak berniat mengatakan apa pun padanya. Sebenarnya ada apa? Kenapa rasanya aneh hingga dia terlihat seperti orang bodoh.

Dan kenapa juga kakaknya begitu ingin menyembunyikan semuanya dari dia, kenapa!?

"Huh.. kenapa jadi seperti ini?" gumam gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap ke arah langit-langit kamar miliknya sebelum dirinya melirik ke arah sebuah foto.

Foto dirinya dan jocelyn yang masih kecil, Evelyn merasa sang kakak mulai berubah. Awalnya dia tidak sadar karena perubahannya begitu kecil, tapi lama-kelamaan akhirnya dia sadar. Bahwa selama ini Jocelyn telah banyak berubah, bahkan dia sadar tentang itu semua baru-baru ini.

Lebih tepatnya saat makan malam keluarga mereka dengan orang kenalan mereka. Waktu itu dia memang tidak berada dekat dengan sang kakak dan sibuk bersama sang tamu, tapi setelah para tamu itu pulang tiba-tiba saja dia melihat kakaknya itu pergi begitu saja.

Tentu saja dia merasa aneh, memilih mengikuti langkah sang kakak hingga akhirnya dia berhenti saat Jocelyn menatapnya tajam. Dan ucapan penuh penekanan dari kakaknya itu membuat Evelyn terkejut.

Dia tidak bisa mempercayai apa yang terjadi, bahwa hari itu adalah hari pertama sang kakak membentak dirinya. Dia bahkan tidak pernah melakukan apa pun yang bisa membuat kakak kembarnya itu marah, dan Evelyn hanya bisa mematung menatap kepergian kakak kembarnya tanpa mengatakan apa pun lagi.

"Jadi rindu kak Caroline" ucap Evelyn lagi karena mengingat kejadian hari itu, dia jadi ingat tentang Caroline dan sepupunya yang menjadi tamu makan malam hari itu.

Dia merasa kakaknya aneh saat mereka selesai makan malam, dan Evelyn berpikir bahwa keanehan sang kakak ada hubungannya dengan makan malam hari itu.

Tapi apa?

Padahal tidak ada yang aneh saat itu, atau jangan-jangan ini ada hubungannya dengan sepupu Caroline. Ah.. benar dia ingat, waktu itu Jocelyn terlihat aneh saat mereka menyambut kedatangan Caroline dan sepupunya. Saat itulah Jocelyn mulai menunjukkan gelagat yang membuat dia curiga sekarang.

"Jangan bilang Jocelyn menyukai sepupu kak Caroline!" ucap Evelyn dengan raut wajah terkejut, kembali merasa tidak percaya akan pemikiran bodohnya yang satu ini.

Tapi apa yang bisa dia lakukan, untuk mencari tahu kejadian yang sudah terjadi hampir dua bulan itu jelas sangat sulit. Apalagi Caroline bukanlah orang yang mudah di temui, bahkan sejak acara makan malam itu dia tidak bisa menghubungi Caroline sama sekali.

Dan Evelyn hanya bisa pasrah saat ini, berharap akan ada hal baik yang mungkin bisa membuat dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena kemungkinan demi kemungkinan itu akan muncul dengan sendirinya bahkan tanpa dia minta, itulah yang Evelyn ketahui.

Gadis itu bergerak bangkit mengambil headphone-nya sebelum mulai duduk di depan papan kanvas miliknya. Sepertinya dia harus segera selesaikan lukisannya saat ini, apalagi dia berpikir untuk memberikan kado ulang tahun untuk sang kakak.

Walau hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja saat ini, tapi dia harap sebelum ulang tahun mereka nanti mereka bisa kembali seperti dulu. Itulah harapan yang dia inginkan.

Matanya terpejam, mulai menyalakan sebuah lagu di ponselnya. Menikmati setiap ketukan yang terdengar dengan jemari yang sibuk menggerakkan kuas hingga dia berteriak. Membuka matanya lebar-lebar dan melempar headphone-nya begitu saja. Merasa takut, mendorong bangkunya untuk bergerak mundur menatap ke arah ponselnya yang masih menyala.

"Suara apa itu!?" ucapnya penuh akan rasa penasaran yang tinggi namun dia juga mulai ketakutan karena dia tidak begitu yakin akan apa yang dia dengar.

Ada suara aneh, jangan bilang itu suara hantu? Padahal dia yakin tidak ada suara seperti itu selama dia mendengarkan lagu itu.

Eits.., mana ada hantu yang bisa melakukan ini. Bahkan dia tidak akan percaya jika ada yang mengatakan hal itu adalah nyata. Karena dia tidak percaya hal-hal tidak masuk akal seperti itu.

"Evelyn! Kau baik-baik saja!?"

Pintu kamarnya di buka kasar, terlihat jelas sosok wanita paruh baya yang berlari ke arahnya dengan panik. Menatap ke arah gadis bersurai caramel itu sebelum menatap ke arah kanvas milik anaknya.

"Apa yang terjadi?" sayangnya wanita itu tidak paham, memilih bertanya kepada sang anak berharap mendapatkan jawaban yang pasti.

Namun Evelyn hanya tersenyum "aku hanya terkejut karena ada kecoak ibu" ucapnya berharap bisa menghentikan rasa penasaran yang di miliki oleh sang ibu.

"Huh.. syukurlah, aku pikir ada hal buruk yang terjadi. Kalau begitu ibu akan menangkap kecoa itu!"

Evelyn tertawa kecil, merasa ingin tertawa tapi tidak ada yang lucu dan dia terkejut bahwa ibunya percaya begitu saja. Padahal dia berbohong namun untuk sekarang itu adalah kebohongan yang setimpal. Dan Evelyn berharap apa yang dia takutkan sekarang tidak akan pernah terjadi pada mereka semua.

'Ya semoga saja...'