14 19. Siapa Pria Itu?

Tidak ada.

Lona tidak melihat adanya kode seri di sisi kanan pistol itu. Perempuan itu menoleh ke arah Kalan. "Itu artinya apa yang di ucapkan pria itu memang benar. Pistol itu memang palsu," ujarnya dalam hati.

Lona masih berdiri di dekat pria bertattoo, statusnya masih menjadi sandera karena pistol kembali menempel di belakang kepalanya. Perempuan itu mengamati Kalan, diam diam menunggu instruksi dari pria itu. Ia akan mempertaruhkan nyawanya pada rencana pria itu, sepertinya mereka bisa di percaya.

Kalan melihat ke sekeliling, melihat apakah suasananya sudah kondusif atau tidak untuk ia melaksanakan aksinya. Seorang penjahat masih menodongkan pisau ke arah kasir, beberapa orang berkumpul di balik meja panjang, ada salah satu penjahat yang menghunuskan parang ke arah mereka.

Satu lagi pria berdiri di balik meja kasir, ia mendorong penjaga kasir ke arah kerumunan pengunjung yang telah di sandera. Lalu berdiri di dekat mereka untuk berjaga jaga.

Dua orang masih berdiri di luar kafe memeriksa keadaan supaya tidak menimbulkan kegaduhan. Pria yang tadi menodongkan pisau ke arah penjaga kasir tengah meemriksa barang jarahan mereka berama temannya.

Pri betattoo yang sepertinya bos mereka masih menyandera seorang perempuan.

"Aku tidak sabar untuk meremukkan tulang tulang mereka," bisik Biru tanpa menatap ke arah Kalan. Fokus matanya ke arah para penjahat yang tersenyum penuh kemenangan.

"Mereka hanya penjahat kelas teri, Ru, jangan buang tenagamu untuk bekerja terlalu keras," balas Kalan sedikit menyeringai.

"Bos! Kita akan kaya raya!" seru pria berambut gondrong yang tadi membawa pisau. ia berseru senang untuk merayakan kesuksesan mereka merampok.

"Dalam mimpimu, Bung," ujar Biru dalam hati.

"Hahahahaha." Pria bertattoo tertawa kencang, ia tersenyum puas. "Wah, bagaimana kalau kita pergi membawa perempuan ini? Kita bisa bersenang senang dengan tubuhnya," bisik pria tu membuat Lona bergidik ngeri.

"Brengsek! Dalam mimpi pun aku tidak sudi di sentuh olehmu! Sialan!" maki Lona dalam hati. Satu sandera masih di todong pistol palsu. Ia menoleh ke arah Kalan, berharap pria itu segera melakukan rencananya sehingga ia bisa terlepas dari pria mesum ini.

Lakukan sekarang.

Lona mencoba membaca gerak bibir Kalan, menangkap kode yang diberikan oleh pria itu. "Oke!" Lona mengambil gerakan kilat, memukul tulang rusuk pria bertattoo sangat keras, lalu menangkis pistol yang mengarah ke kepalanya. Pistol itu terlepas dari tangannya, pria itu mengaduh kesakitan saat merasakan neyri di tulang rusuknya.

Brak!

Kalan dan juga Biru segera melaksanakan aksinya. Bergerak dengan cepat, melumpuhkan para penjahat hanya menggunakan tangan kosong. Melihat perlawanan dari pria itu, beberapa orang pengunjung juga ikut membantu. Mereka melawan dua orang yang berada di dekat mereka.

Lona juga menghalau dua orang yang berada di luar kafe, dua orang pria yang mencoba untuk masuk dan membantu teman temannya.

"Dasar, Jalang!" Salah seorang pria memukul pipi Lona, membuat perempuan itu limbung dan jatuh ke lantai.

Telinga Lona terasa berdenging, pandangannya menjadi sedikit buram, ia perlu waktu untuk mengembalikan fokus tubuhnya. Seseorang beniat menyerangnya, namun tendangan dari Kalan berhasil membuatnya terpental ke belakang.

"Hei! Kau tidak apa apa?" tanya Kalan berlutut di sebelah Lona.

Lona menatap Kalan dengan mata menyipit, kemudian menggeleng pelan. Ia memeang pipinya yang terasa panas, pandangan matanya kini sudah tak buram lagi. "Tidak apa apa," ujarnya lirih.

Kalan membantu Lona berdiri, ia lalu menyuruh Lona untuk bergabung dengan beberapa perempuan di pojok ruangan. Kalan, Biru dan beberapa orang lainnya mencoba melawan perampok yang masih tersisa 5 orang, satu orang pingsan setelah mendapat pukulan super dari Kalan.

"Yak! Serang!" teriak bos dari perampokan kepada anak buahnya.

"Hiak!"

Semua saling menyerang, menjatuhkan lawan adalah hal mudah bagi Kalan dan juga Biru. Hanya perlu beberapa serangan dan semua penjahat tumbang di lantai dengan beberapa luka lebam.

"Hhhhh..." Biru menyeka bibirnya yang sedikit berdarah. Ia menoleh ke arah Kalan, tersenyum menyeringai saat mereka berhasil menggagalkan aksi perampokan di kafe ini.

"Yeay!" seru semua orang yang ikut senang melihat tumbangnya sang penjahat.

"Telfon polisi dan urus sisanya" perintah Kalan pada Biru. Pria itu baru saja mendapat kabar dari markas Secret IT.

"Siap!" Biru mengambil ponselnya, menghubungi kepolisian terdekat untuk mengurus cecunguk cecunguk yang mengganggu makan siang mereka.

"Huft." Lona mendesah lega, ia menjatuhkan tubuhnya ke salah satu kursi yang masih kokoh di tempatnya. Ia melihat ke sekeliling, kafe yang berantakan dan penjahat yang tepar di lantai. Sungguh pengalaman yang sangat mendebarkan.

Lona melirik ke arah pria yang tadi membantunya. Pria itu keluar dari kafe lalu masuk ked alam mobil sebelum roda empat itu meluncur pergi dari pelataran kafe. Pria itu pergi begitu saja. Ia lalu melirik pria yang tadi bersama dengan pria yang pergi tadi. Ia tengah menelon seseorang.

"Siapa pria itu?" gumam Lona pelan.

avataravatar
Next chapter