webnovel

Talking Together

"Hallo," sapa Anna. Nam Taemin yang tengah asik mendengarkan musik itu lantas menggulirkan pandangan pada wanita berambut coklat bark sepunggung yang tengah melambaikan tangan kikuk. Ia lantas menjulurkan lengannya pada Nam Taemin.

"Aku Anna, ketua kelas di sini, ibu Dinda memintaku untuk mengantarmu berkeliling sekolah," jelasnya. Nam Taemin menatap sejemang lengan Anna yang menjulur kemudian mulai berfokus lagi pada ponselnya dan mengabaikan uluran lengan Anna.

"Nanti saja," sahut Nam Taemin dingin. Ia memencet Ikon sebuah game keluaran terbaru dari pemilik perusahaan Zoger inc. "Tapi, katanya kamu bisa tersesat bila a—"

"Nanti saja..." ucapnya lagi. Nam Taemin merogoh earphone dari dalam saku celana seragam sekolah barunya. Mengabaikan Anna yang sedari tadi terpaku diam. Tabiat dari anak baru ini sudah terlihat jelas walau mereka hanya bertukar sapa salam. "Astaga," ucap Anna.

Ia mengusap dada sabar sebab telah menilai orang dari luar. Padahal Anna belum mengenal apapun kenapa pula langsung menarik sebuah kesimpulan. "Anna makan yuk," ajak Crystal. Anna mengangguk dan membiarkan bocah dingin itu sendirian di dalam kelas. Kalau bingung biar tahu rasa nanti!

"Kamu udah ngomong sama dia?" tanya Crystal heboh. Anna tidak mau terlalu menanggapi Crystal yang memang sepertinya akan mengincar pria tersebut. Memilih berlalu dan berjalan cepat, Crystal malah terus memberondongnya dengan banyak pertanyaan padahal ia hanya menyapanya saja.

Bahkan selama belasan menit di mana Anna menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan anak baru sebab tanggung jawabnya sebagai ketua kelas belum juga terlaksanakan. Anna selalu tidak tenang apalagi dengan sifat ibu Dinda yang perpeksionis itu membuatnya menaruh banyak rasa hormat.

"Anna, ada yang nyariin," ucap Nana. Anna lantas menggulirkan pandangan pada arah teman sekelasnya itu. Ia menggerakan torso, di mana Nam Taemin yang tengah berdiri di pintu masuk kantin mengedarkan pandangan menelisik seisi tempat tersebut. "Dia?" tanya Crystal sewot.

Nana mengangguk kemudian lekas pergi bersama dengan Anna yang beranjak bangkit. Mengambil satu roti coklat sebagai camilan sebab memang... Sedari tadi ia belum memakan apapun. Memberi kode kepada Crystal agar tetap tenang apapun yang tengah membuatnya terperangah. "Jangan ngikutin okey?" ucap Anna.

"Hai," sapanya. Nam Taemin yang sedari tadi menelisik seisi kantin itu kemudian memusatkan atensi pada Anna yang sibuk memasukan roti ke dalam saku rok panjang selututnya. Dengan kaos kaki putih panjang serta sepatu kets bewarna senada.

Anna menyibakan rambut panjang sepunggung bewarna hitam itu setelah suasana panas melandanya sebab semua mata sedang tertuju pada mereka berdua. "Antar aku keliling sesekolah," ucap Nam Taemin. Anna lantas menilik arloji bewarna ungu lilac yang mengikat pergelangan lengan putihnya.

"Sebentar lagi akan masuk kelas, kita keliling saat istirahat ke dua saja bagaimana?" usulnya. Nam Taemin mengangguk ringan. Ia kemudian membalikan badan meninggalkan Anna untuk kembali ke kelasnya. Walau hanya beberapa langkah besar itu memisahkan jarak antara mereka.

Nam Taemin menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuh seraya menghela napas berat menatap Resa. "Aku lupa... Jalan kembali," ungkapnya. Anna ingin sekali tersenyum samar, walau memang terlihat jelas dari raut wajah Nam Taemin ini, bahwa ia sedang mengalami problematika besar.

Anna kemudian menyusul Nam Taemin dan berjalan mendahuluinya untuk menuntun anak baru tersebut. "Hari pertama memang berat yah? Apalagi tingkat akhir, pasti harus menyesuaikan banyak pelajaran," ungkap Anna.

Sebagai ketua kelas yang merasa bahwa ia bertanggung jawab untuk mengakrabkan diri pada Nam Taemin ini, Anna menjadi canggung sebab Nam Taemin tidak mengatakan apapun. Mungkin saja ia tidak mengerti dengan benar semua bahasa Indonesia.

Ia kemudian menghentikan langkahnya pada sebuah anak tangga untuk mencapai kelas mereka. Membalikan badan secara tiba-tiba sampai Nam Taemin yang mendongak sebab tinggi Anna melampui dirinya. "Modeun Indonesia-eoleul ihaehaji moshabnikka?" tanya Anna.

*Apa kamu tidak mengerti semua bahasa Indonesia?*

Nam Taemin yang menaikan satu alis itu malah semakin menelisik Anna yang nampak canggung. Kenapa pula ia menggunakan kemampuan dasar berbahasanya itu pada pria pro seperti Nam Taemin. "Aniya... Aku paham, aku hanya tidak terlalu suka banyak bicara," jelasnya.

*Aniya artinya tidak*

Anna mengangguk setelah paham bahwa posisi Nam Taemin memang tidak terlalu rumit untuk menyesuaikan diri dengan tanah air tercintanya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan yang tersisa dengan keheningan yang melanda.

Lagipula percuma Anna berbicara dengan semen tiga roda yang sudah diaduk dan mengeras ini. Ia hanya harus mengikuti alurnya saja. Menyesuaikan diri dengan teman-teman lain. Tugasnya hanyalah menjaga ketertiban di kelasnya. "Gomawo," ucap Nam Taemin.

*Gomawo artinya terima kasih namun biasa digunakan untuk mereka yang sudah merasa akrab. Alias tidak formal*

"Ne," sahut Anna.

*Ne artinya Iya*

Setidaknya, ada timbal balik yang Anna terima walau ucapan rasa terima kasih saja sebab Nam Taemin yang kembali ke meja paling belakang itu telah mendudukan diri kemudian memasang kembali Earphone. "Gimana, gimana?" bisik May.

Anna yang menggulirkan pandangan seraya melukis senyum pada wanita yang melingkarkan lengan pada pundaknya itu sama hebohnya dengan Crystal. "Dingin," sahut Anna. May mengangguk tatkala menelisik Nam Taemin.

Bila harus jujur pun, May merasa tersaingi dengan murid tetangga yang juga memperhatikan Nam Taemin, namun tidak seheboh di kelas sebelas. Dua murid pindahan itu menggemparkan SMA kenamaan di Bandung ini hanya karena mereka tampan.

Bahkan ada yang secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka iri tidak bisa satu kelas dengan anak baru tersebut. Apalah daya dari kelas jurusan IPA yang kini berbondong-bondong mengajukan formulir pindah jurusan ke IPS.

Anna terlalu masa bodoh bila akhirnya Nam Taemin bahkan tidak meminta bantuan apapun selain nanti untuk mengantarnya berkeliling sekolah. "Bisa gak yah, aku yang rata-rata ini berteman denganya," ungkap Nana.

"Cieee insecure," ledek Crystal. Anna kini menggaruk kepala tatkala teman-teman hebohnya kenapa berkumpul semua di ambang pintu. "Bukan insecure, gue hanya sadar diri tahu," ungkap Nana.

"Ya elah Nana, temenan kan gak diukur dari penampilan, lagian kamu juga ganteng kok, tapi sebelum kamu mau dianggap ganteng sama semua orang, kamu harus merasa bahwa kamu ganteng oleh diri sendiri," ucap May.

Mau dipuji bagaimana bila dirinya sendiri saja merasa tidak yakin dengan penampilannya. Kebanyakan orang selalu berusaha keras mematok orang yang jauh terlihat lebih bagus penampilannya kemudian mulai membandingkan.

"Eh May, Kamu tuh hidup di jaman bahwa penampilan dan uang itu penting tahu," celetuk Crystal. Anna yang hanya mendengarkan itu malah merunduk tatkala mereka menyinggung perkara uang. Sebentar lagi menuju tengah semester.

Anna harus banyak mengumpulkan uang membiayai sekolah dan kerjannya nanti. "Eumhh guys... Aku mau ngomong bentar," ucap Anna. Ketiga temannya yang tengah memperdebatkan mengenai sebuah penampilan itu lantas memusatkan atensi pada Anna yang nampak canggung.

Walau baru saja mulutnya akan berucap sesuatu yang membuat mereka penasaran, namun mereka malah stagnan tatkala pak Rully akan memasuki kelas. Guru sejarah itu memang selalu menggerutu bila masih melihat murid di luar kelas tatkala bel sudah berbunyi.

Mereka kemudian lekas masuk beserta siswa lainnya. Kelas tetangga pun ikut merunduk tatkala pak Rully melewati mereka. "Selamat siang anak-anak..."

"Siang pak," sahut murid serempak. Pak Rully melakukan absensi untuk kegiatan rutin para guru yang masuk ke kelas. Memulai pelajaran hingga satu murid membuatnya menarik perhatian. "Anak baru yah?"

"Iya pak, blasteran korea lho," ucap yang lain heboh. Pak Rully biasanya selalu bersemangat bila kedatangan siswa baru, namun kali ini raut wajahnya terlihat lebih datar. Ia seperti tidak terlalu berminat walau anak-anak lain lebih antusias. "Anna, bantu dia," ucapnya.

Anna lantas menunjuk diri sendiri, membalikan badan kemudian memandang pria dingin yang juga menatapnya— biasa saja. Tidak seperti biasanya Anna setegang ini tatkala berhadapan dengan mahluk spesies baru di kelas.

Bahkan saat membantu Crystal atau Bayu dahulu sewaktu kelas sebelas, mereka berdua malah menjadi teman akrabnya. "Ba–baik," ucap Anna. Ia menarik buku dengan bibir tertekuk. Walau sangat di sayangkan bagi Crystal sebab ia sekarang sangat berminat ikut mencalonkan diri menjadi ketua kelas.

"Kuliah nanti aku harus jadi pemimpin," gerutu Crystal. Berbeda lagi dengan Anna yang terus saja merasakan sebuah tembok besar menghadangnya tatkala berjalan menuju Nam Taemin. Pria kesepian itu menyodorkan kursi. Hingga Anna pun lekas mendudukan diri.

Terlonjak kaget tatkala Nam Taemin menarik kursinya untuk mendekat bahkan sampai tubuh Anna yang menegang itu sampai bersentuhan dengan seragam Nam Taemin. "Jangan terlalu dekat," jelas Anna canggung.

Ia menggeser kembali kursi untuk memberikan jarak dengan hawa tubuh kontras tersebut. Membuka buku— kikuk sesuai arahan dari pak Rully.

"Kenapa?" tanyanya.

To be Continue

...

Note : Author—nim hanya menggunakan bahasa dasar yang dikuasai saja. Mohon maaf bila ada kesalahan pengartian kata atau penjelasan yang tidak terperinci