webnovel

Senja - Keindahan Sementara Menuju Kegelapan

Seperti halnya arti senja bagi sebagian orang. Hidupku sangatlah indah bersama Papa dan Mama yang selalu mendukungku. Malaikat kecil yang selalu manja padaku. Teman-teman aneh di sekolah yang memaksa si pemalas sepertiku menjadi Ketua OSIS. Yah, hidupku sangatlah indah. Tapi semua itu hanya sementara, sama halnya dengan keindahan senja. Sejak ingatanku kembali, aku mengerti arti sesungguhnya senja bagiku. Itu adalah momen perpisahan tragis antara aku dan keluargaku. Dan itu kembali terulang.

Beebotime · Teen
Not enough ratings
132 Chs

Chapter 5 - Pulau Macan

Terlihat pulau dengan beberapa tempat menginap yang terbuat dari kayu, sangat indah dipandang serta deck-deck dari penginapan yang langsung menghadap ke laut. Kami telah sampai di Pulau Macan atau biasa di kenal dengan Tiger Island. Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Key…. Bangun, kita sudah sampai." Aku membelai rambut Keysia untuk membangunkannya. Adikku ini sangat cantik dan menggemaskan, kelak jika dewasa nanti, dia akan menjadi primadona di sekolahnya. Aku tertawa dalam hati.

"Mmmmmmmm." Keysia tetap tidur. Sepertinya dia belum sadar kalau kita sudah sampai, atau mungkin dia mengira kita ada di rumah. Aku menggendong Keysia keluar, untuk memperlihatkan pemandangan yang ada di pulau.

"Kak…. Jangan bawa aku ke kamar mandi!" Keysia seketika membuka matanya dan terkejut melihat kita ada di atas kapal. "Ah…. Aku lupa kalau kita nggak di rumah." Keysia tersipu malu dan tertawa melihat sekelilingnya. "Ye...…. Kita sampai…." Dia terlihat amat senang.

"Ayo kita turun, jangan lupa bawa barang-barangmu, Key. Aku bantu Papa dan mama dulu."

"Siap kak."

Aku mengambil tasku, dan membantu mengangkat tasnya mama, kalau Papa sih bisa angkat tasnya sendiri. Terlihat lampu-lampu indah menghiasi penginapan tapi tidak terdengar suara mesin, berarti mereka menggunakan panel surya di sini. Terdengar di pulau ini musik-musik rave party.

"Pa…. ada orang lain yang menginap yah?" Tanyaku.

"Iya…. Ada beberapa teman kantor Papa dan juga pemilik di sini ikut nginap begitu tahu Papa akan berkunjung." Papa tersenyum ke arahku. "Kalau ramai begini bisa pesta malamnya, dan sekalian Papa kasih libur juga orang di kantor. Ini kan ide kamu liburan saat hari kerja." Papa tertawa dengan kebijakan yang dibuatnya akibat ide dariku.

"Yah, sekali-sekali liburan anti mainstream Pa…." Aku memberikan seringai miring ke arah Papa. "Tapi ingat Pa, walau ada beberapa teman-teman kantor. Jangan bahas urusan kantor, dan usahakan lebih banyak berinteraksi dengan Mama. Entar Mama bukannya senang malah tambah ngambek."

"Iya, Thanks sarannya, Ken."

Kami turun dari kapal, menuju ke Sunset Hut. Kami sekeluarga berada di satu kamar yang menyediakan tiga tempat tidur. Satu double bed dan dua single bed.

"Selamat datang Pak, Bu….. Silahkan ke tempat makan malam yang sudah disediakan." Kami disambut para pelayan dengan ramah. Aku melihat berbagai macam menu yang bisa kita nikmati menunya juga masih seputar ikan bakar, sayur dan menu pelengkap lainnya. Kami langsung menikmati hidangan yang telah disediakan oleh Resort.

"Gimana rasanya, Key?" Aku menoleh ke arah Keysia yang sedang menikmati makanannya.

"Enak Kak…." Keysia tertawa pelan sambil melanjutkan makan. Menu makanan malam ini memang sangat spesial rasanya, ada rasa Western dan Indonesianya.

"Ma, gimana? Sudah nggak ngambek lagi kan…. Tapi, kayaknya honeymoon kali ini sedikit terganggu karena ada kami…." Aku tertawa, mengangkat bahu.

"Kamu ya…. Mama senang kita bisa kumpul sekeluarga, bisa rekreasi bareng. Thanks ya atas ide kamu, Ken." Mama tersenyum. Kami menyantap hidangan resort ini beserta para pengunjung yang lain, beberapa di antara mereka adalah teman Papa.

"Ken, come here…." Papa memanggilku dengan lambaian tangannya, terlihat Papa sedang berbincang dengan Pria paruh baya serta wanita yang seumuranku di sampingnya. Aku mendatangi Papa dan langsung memberi salam kepada Pria dan wanita tersebut.

"Ini teman Papa, namanya Pak Thomas. Dia pemilik Pulau macan ini, dan wanita cantik ini namanya Gabriella —"

"Gabriella Putri, om. Panggil saja Gaby." Wanita tersebut menyambung perkataan Papa.

"Gaby kelas berapa?" Tanya papa.

"Kelas 2, om." Sahutnya lembut.

"Oh….. berarti sama dengan anaknya om ini. Nanti Ken, kamu bermain dengan Keysia ajak Gaby juga ya, apa lagi dia paling tahu tempat di sini."

"Iya, Pa. Salam kenal ya, Gaby." Gaby membalas perkataanku dengan senyuman. Sepertinya dia tipe orang yang ramah. "Oh iya, adik kecil yang di sana itu adalah adik gue, Keysia. Mari gue kenalin sama Keysia." Aku membawa Gaby ke tempat Keysia.

"Key, kenalin ini Kakak Gaby, yang punya pulau ini."

"Wah, Kakak yang punya pulau ini ya…. Keren banget pulaunya Kak." Keysia dengan wajah kagum menatap Gaby.

Gaby tertawa pelan, "Ini bukan pulauku, Key. Tapi pulau Papa."

Aku menyergah "Yah secara tidak langsung pulau lu juga."

Kami berdua tertawa. Mulai mengakrabkan diri, Gaby orangnya cepat berbaur, kami berdua pun sedari awal ngobrolnya langsung mencair, tidak seperti orang baru pada umumnya.

***

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00, aku banyak mengobrol dengan Gaby sembari menemani Keysia.

"Kita ke tempat api unggun, Key."

"Oke kak." Aku mengajak Keysia ke tempat api unggun.

"Yuk, Gabs." Sepanjang kami mengobrol, aku mulai mengganti nama panggilan Gaby, agar lebih mudah saja.

Pada malam begini, kami diberikan menu yang spesial untuk barbeque. Menu yang diberikan oleh Resort ada ikan bakar yang besar, sate ayam dan Nutela Marshmello. Untuk Marshmello kami membakar sendiri-sendiri di atas api unggun.

Malam ini terasa keakraban antara para pengunjung, terlihat tawa lepas dari teman-teman Papa maupun pengunjung lainnya. Papa dan Mama juga terlihat bahagia disertai tawa-tawa mereka. Kami menikmati alunan musik yang diberikan oleh DJ Roberto. Aku, Gaby dan Keysia duduk di dekat laut sambil melihat ikan berenang yang disorot lampu. Liburan kali ini, selain aku mendapat pengalaman yang baru, aku juga mendapat teman baru yang nyambung diajak bicara serta memiliki wawasan yang luas. Aku sempat menggoda Gaby, untuk pindah sekolah. Ku dengar sekolahnya kurang menyenangkan dan sangat disiplin, fokus pada pembelajaran di kelas, mengejar juara dalam olimpiade. Tapi faktanya, berapa persen orang-orang yang berprestasi dalam akademik di sekolah, akan sukses dalam dunia kerja, bahkan langganan olimpiade, tidak menjamin kesuksesan tersebut. Justru orang-orang nakal saat di sekolah, banyak yang sukses ketika dewasa, mungkin karena orang seperti itu berani mencoba hal baru, berani mengambil resiko dan selalu keluar dari zona nyaman. Semoga saja aku satu di antara orang-orang tersebut.

Malam yang terasa asyik dan menyenangkan ini habis sampai pukul 00.00 dini hari. Sebenarnya Keysia sudah sempat tertidur di pangkuanku, tapi aku masih asyik ngobrol dengan Gaby. Semua pengunjung mulai beristirahat sambil mempersiapkan diri untuk esok hari melakukan diving dan mancing ikan.

"Oke, Gabs. Sampai jumpa besok."

"Kamu jangan telat besok, supaya banyak waktu bisa explore pulau ini."

"Siap bos." Kami berdua tertawa lalu kembali ke kamar masing-masing. Aku menggendong Keysia yang sudah tertidur.

***

Pagi hari pukul 04.30 aku terbangun karena mendengar ada suara gemuruh di luar kamar. Aku mengirim pesan ke Gaby, saling berbalas chat di handphone membahas tentang suara yang ada di luar kamar. Papa dan mama juga ikut kebangun, tapi Keysia masih tertidur lelap, untung saja dia belum bangun. Hal ini bisa buat dia menjadi ketakutan. Suara gemuruh tersebut berlangsung beberapa menit, setelah itu datang angin kencang yang meniup bungalow. Banyak jemuran pakaian yang berada di luar terbang karena angin kencang ini.

Tak disangka ternyata ada angin ribut besar, dan berlangsung sekitar 30 menit. Setelah 30 menit berlalu, angin ribut tersebut menjadi hujan lebat.

Tiger Islands Village & Eco Resort adalah resort yang cukup mewah dan mengusung misi pelestarian lingkungan. Sesuai misinya, resort ini bernuansa alami dan konsep eco-friendly-nya didukung teknologi modern. Contohnya, sebagian besar bangunan resort dibangun dengan material alami, begitu juga dengan furniturnya yang dibuat dari limbah kayu. Listriknya sebagian besar berasal dari solar panel sehingga menghemat penggunaan solar untuk genset. Mereka juga menampung air hujan, disaring, lalu digunakan untuk berbagai kebutuhan. Makanan yang disajikan di sini juga organik dan bebas dari racun hama. Sayuran dan buah benar-benar ditanam sendiri oleh pihak resort secara organik. Menurut beberapa tamu, makanannya terbilang sederhana namun sangat lezat dan bahannya-pun terasa segarnya. Itu tadi sebagian review para tamu serta informasi yang kudengar dari Gaby tentang pulau ini.

Aku masih saling berbalas chat dengan Gaby sembari menunggu pagi. Suasana angin ribut tadi membuat kami enggan untuk tidur kembali. Gaby bercerita tentang head chef di pulau ini, walaupun masakannya hanya nasi goreng atau semur tahu, rasanya memang sangat nikmat hingga beberapa pengunjung sempat berniat untuk menculik sang head chef. Head chef yang masakannya telah menggoyang lidah banyak orang itu adalah seorang ibu tua sederhana yang ramah. Beliau adalah pengasuh Gaby sejak kecil, ketika tinggal di Indonesia dan di luar negeri. Tak heran masakannya merupakan perpaduan antara cita rasa nusantara dengan internasional yang akrab di lidah.

Resort di Pulau Macan juga menyediakan berbagai tipe akomodasi. Yang paling terjangkau adalah Island Tent. Walaupun disebut tenda tapi tenda yang satu ini nyaman dengan matras, seprai bersih, bantal, serta lilin untuk mengusir nyamuk. Tenda ini bisa muat untuk tiga orang. Selain tenda, ada penginapan kabin seperti Eco Cabin atau Tropical Forest & Bamboo Cabin. Namun pilihan akomodasi paling populer adalah Sunset Hut yang sekarang aku tempati. Pondokan ini cukup luas dan bisa dihuni empat orang. Tersedia satu double bed dan dua single bed. Sunset Hut juga memiliki en-suite bathroom yang cantik dan bernuansa alami. Sunset Hut juga mempunyai dek pribadi dengan akses langsung menuju lautan. Istimewanya adalah, Sunset Hut ini menghadap ke barat, sehingga kamu bisa menikmati pemandangan sunset yang indah tiap sore. Dari dek pribadi di Sunset Hut, kamu akan terpesona memandang matahari merah yang perlahan meninggalkan langit senja. Selain pondokan-pondokan untuk menginap, Pulau Macan memiliki berbagai fasilitas seperti Club House. Di sini kamu bisa menikmati hidangan yang disajikan prasmanan, bersantai, menonton DVD ataupun membaca. Ada juga Bamboo Bar & Sundeck, tempat favorit untuk mengobrol dan berjemur di bawah sinar matahari. Ada juga toko suvenir dan snack yang menyediakan perlengkapan snorkeling. Gaby seperti sales marketing yang sangat detail menjelaskan kepadaku.

Waktu berlalu dan menunjukkan pukul 06.00 pagi, hujan mulai berhenti. Aku menuju dek, walau posisinya menghadap barat dan tidak bisa melihat matahari terbit. Pagi hari melihat suasana pulau serta ombak kecil yang ada di laut, momen yang jarang aku nikmati. Sarapan akan siap pukul 07.00, aku mending mandi saja dulu sambil menunggu waktu sarapan.

Aku kembali menunggu di dek pribadi kami, menunggu Keysia yang telah bersiap sehabis mandi, kami berdua akan menuju ke tempat sarapan. Papa dan Mama sedikit telat bangunnya, jadi mereka menyuruh kami duluan karena mereka akan mandi dulu sebelum sarapan. Satu per satu teman datang ke tempat makan di bagian terdepan pintu masuk dermaga untuk sarapan pagi. Aku dan Keysia juga menuju ke tempat sarapan.

"Pagi, Gabs." Aku menyapa Gaby yang akan ikut sarapan dengan kami.

"Pagi…. Kakak Gaby." Keysia menyergah.

Gaby memberikan senyuman kepada Keysia.

"Pagi Keysia, semangat sekali ya. Pasti pengen cepat-cepat main."

"Iya Kak." Keysia tertawa malu.

"Papa dan Mama lu nggak ikut sarapan, Ken?"

"Mereka masih mandi, tadi telat bangun soalnya." Aku memberi seringai miring.

"Oh…. Gitu. Ini silahkan sarapannya, Ken." Gaby mempersilahkan.

"Keysia makan yang banyak yah… supaya kuat jalan-jalannya." Ucap Gaby, dia juga sangat pintar berkomunikasi dengan adikku.

"Iya Kak, baunya enak sekali. Pasti rasanya juga enak." Keysia tertawa kagum dengan sarapan yang disediakan. Walau sederhana tapi berkelas.

"Ken, nanti setelah sarapan kita jalan ke pulau macan gundul yang di sebelah sana."

"Oke, pantai hanya ada di sana kan." Aku melihat ke arah pulau macan gundul.

"Iya, untuk menikmati pantai kita harus ke sana." Sahutnya.

Hpku bergetar, ada panggilan masuk dari Arvin.

"Halo…" Aku menerima panggilannya.

"Hei… Lu dimana, Ken? Ini sudah habis Apel pagi dan lu belum datang juga! Jangan bilang kalau lu ketiduran!" Arvin terdengar emosi.

"Maaf Vin, gue belum bisa masuk hari ini. Gue lagi liburan bareng keluarga."

"Oh…. Pantas saja. Gue pikir lu lambat lagi. Tapi kenapa nggak saat weekend lu liburannya? Lu tahu sendiri kan, sekarang ini momen untuk kampanye, dan lu nggak datang. Ini kita kalah start duluan loh." Arvin mulai menurunkan nada bicaranya.

Aku menghela napas.

"Iya, Vin. Mendadak acaranya. Nanti pulang sekolah baru direncanain untuk liburan. Ini juga dalam rangka Anniv Papa dan Mama gue. Jadi gue dan Key juga ikut. Maaf ya…"

"Iya gue paham, tapi gimana sekarang? Kami bisa bantu apa untuk saat ini? Teman-teman siap bantu."

"Untuk saat ini kita nggak perlu lakukan apa-apa. Kalaupun ada teman-teman kelas lain bertanya, bilang saja kalau gue lagi ada urusan keluarga mendadak. Nggak perlu lu bilang lagi liburan. Nanti besok kita mulai, gue juga akan pikirkan strateginya dari sini."

"Oke, Ken. Gue ngerti. Gue masuk dulu ya. Selamat bersenang-senang." Arvin tertawa kecil.

"Kamu habis bicara dengan siapa, Ken?" Papa bertanya kepadaku, mereka langsung mengambil posisi duduk untuk ikut sarapan.

"Teman sekolah, Pa. Mereka tanya kenapa nggak masuk." Aku mengaduk-aduk minumanku.

"Perhatian sekali teman kamu. Bukan pacar kamu kan?" Papa tertawa menggodaku. Terlihat Gaby tersedak ketika Papa mengatakan pacar. Dia tersedak karena kata tersebut atau memang karena minumannya. Mama menoleh ke arah Gaby dan main mata ke arahku. Aku tersipu malu melihat tingkah Mama, aku dan Gaby kan nggak ada apa-apa.

"Bukan pacar. Aku nggak punya pacar." Aku tertawa datar. "Dan yang nelpon tadi juga laki-laki."

"Mmmm…. Iya, jadi gimana? Kenapa bisa temanmu nanya gitu. Jangan-jangan kamu sering bolos sampai di telpon seperti itu." Papa berbicara sambil menyantap makanannya.

"Bukan, Pa. Tapi ada sesuatu hal yang penting di sekolah, dan kebetulan itu memerlukan aku di sana. Sudah aku bilang juga kalau aku lagi pergi jauh. Jadi mereka mengerti kok." Aku menatap Gaby yang terasa seperti sedang melihatku, tapi seketika juga pandangannya kembali ke piring makanannya.

"Kirain tadi kamu kenapa, sampai di telpon segala. Ayo lanjut sarapan." Papa tertawa, mengangkat bahu.