webnovel

Senandung Cinta Ayu

"Wanita bisa melupakan pria yang pernah dia cintai memang hebat, tapi apakah kamu tahu ada yang lebih hebat dari dia?" tanya Ayu pada Bella, wanita yang sedang menunduk lesu berselimutkan duka. Mendengar pertanyaan Ayu, Bella sontak menggelengkan kepalanya. "Dia adalah wanita yang masih mencintai pria dari masa lalunya tapi tak sedikit pun mempunyai niat merusak hubungan pria itu dengan wanita barunya, sekalipun dia tahu wanita itulah yang sudah merenggut kebahagiaanya," jawaban dari Ayu semakin membuat Bella tenggelam dalam larutan penyesalan.

ALWA1196 · Teen
Not enough ratings
245 Chs

Kepingan Puzzle

Setelah dirasa semua urusannya dengan Agasa sudah selesai, Ayu lekas berpamitan entah ke mana wanita cantik itu setelah ini, hanya dirinya yang tahu.

"Udah clear semuakan urusan kita, Om?" tanya Ayu seraya beranjak dari duduknya.

"Iya, udah selesai," jawab Agasa setelah memastikan tidak ada lagi yang mereka lewatkan.

"Kalau gitu aku pamit dulu," sahut Ayu sambil meraih punggung tangan pria berusia matang untuk dicium sebagai tanda perpisahan.

DEG~~~

Timbul rasa aneh yang merasuki sukma Agasa Maha Putra kala Ayu, mencium punggung tangannya. Dia bagaikan sedang dicium oleh tujuh bidadari dalam saat yang bersamaan. Lelaki itu pesona, dia tergugah akan paras cantik Ayu.

Andai Atthar tak memasuki ruangannya mungkin pria itu tak akan menyadari kalau Ayu sudah tidak berada di ruangannya.

Lelaki itu sungguh dibuat takjub oleh pesona anak dari sahabatnya itu. Apakah Ayu akan menorehkan bahagia di sisa hidup Agasa atau justru Agasalah yang akan kembali membawa Ayu dalam jurang kenestapaan, entahlah.

"Pak, sejam lagi kita ada sidang di Pengadilan Agama," sahut Atthar ketika atasannya itu telah tersadar dari lamunannya.

"Kamu siapkan berkasnya jangan sampai ada yang ketinggalan," titah Agasa sambil merapikan jasnya.

~~~

Kedatangan Papa Galih menjadi magnet tersendiri untuk semua orang yang bekerja di Rumah Sakit Bakti Husada bukan karena paras rupawan yang masih dia miliki di usia yang telah menginjak 46 tahun.

Melainkan, karena kuasa yang dimilikinya. Pemilik Angkasa Group menjadi label utama yang melekat pada dirinya.

Dr. Satya Rizky Sp.JP sampai lari terbirit-birit kala mendengar kedatangan salah satu orang paling berpengaruh di ibu kota itu.

"Mas Satya, kamu kenapa?" tanya Papa Galih dengan raut wajah polosnya.

"Kamu itu kalau mau ke sini hubungin dulu napa sih? Kamu nggak tahu saya sampai harus lari dari aula serbaguna ketika mendengar kedatanganmu," gerutu Dokter bergelar spesialis jantung dan pembuluh darah itu.

Dr. Satya Rizky Sp.JP adalah Kepala Rumah Sakit Bakti Husada dan Satya sehari-harinya dia disapa masih mempunyai hubungan keluarga dengan Papa Galih.

Mama Kinanti mempunyai kakak yang kini berprofesi sebagai lawyer senior dan paling disegani oleh semua lawyer dibawahnya, Wisnu Purnama SH, MH.

Wisnu menikahkan anak gadisnya bernama Sari Indah Purnama yang kini sedang menjalani koas dengan anak Satya bernama Dimas Satya Rizky. Dia juga masih seprofesi dengan ayahnya dan akan segera mendapatkan gelar SP.KJ dalam waktu dekat.

Saat mendengar kabar kedatangan Galih, Satya sedang mengikuti rapat bulanan dengan para dokter dan tenaga ahli lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ini.

"Yang nyuruh Mas nyambut aku sambil lari-lari siapa?" Papa Galih sepertinya tak memiliki rasa segan sedikitpun pada pria yang lebih tua darinya itu.

Satya mendadak kikuk, memang benar yang diucapkan Papa Galih tak ada yang menyuruhnya menyambut kedatangan orang nomor satu di Angkasa Group itu sambil berlari-lari, sebab suster yang memberikan kabar kedatangan hanya mengatakan Pak Galih ada di lobby.

"Kamu mau apa ke sini?" tanya Satya.

"Mau jenguk calon mantu," canda Papa Galih.

Satya sampai memutar otaknya siapakah calon menantu yang dimaksud oleh Papa Galih.

"Pasien atas nama Firman Afif," jelas Papa Galih kemudian.

Satya ber-Oh panjang kala Papa Galih mengucapkan nama orang yang kemarin mengalami kecelakaan tunggal.

"VVIP Room A," jawab Satya singkat.

Satya hendak mengantarkan Papa Galih menuju ruangan yang dia tuju, tapi Papa Galih menolak dengan halus. Sudah cukup dia membuat kegaduhan di Rumah Sakit ini karena kedatangannya yang tiba-tiba jadi dia tidak ingin membuang waktu Satya lebih banyak.

"Ini kan, kamarnya?" monolog seorang Galih Surya Atmadja.

KREK~~~

Sosok Papa Galih menyembul dari balik pintu, kedua sosok pria sebaya itu tidak merasa heran ataupun terkejut atas kedatangan orang tua dari sahabat mereka.

Iya, kedua orang itu sudah pasti Thareq Akbar Satria dan Firman Afif.

Firman hendak mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, tapi Papa Galih memberi instruksi dia tidak perlu melakukan apa-apa.

"Om, ke sini sama siapa?" kening Papa Galih dan Akbar sontak mengerutkan kala kata 'OM' keluar dari bibir Firman.

"OM?" ucap kompak Papa Galih dan Akbar.

Ikatan persahabatan antara Akbar, Ayu, dan Firman sudah sangat erat, saking eratnya mereka bahkan telah memanggil orangtua sahabat mereka dengan panggilan Papa dan Mama. Lalu mengapa kini Firman justru memanggil Papa Galih dengan panggilan om?

"Aku akan tetap jadi Papamu apapun yang terjadi. Jangan tinggalkan Ayu lagi, ya?" pinta Papa Galih dengan suara parau menahan sesak, Akbar pun demikian.

"Kekuatan Ayu cuma kamu," tambah Papa Galih.

"Kan ada Yudi di hati Ayu, Pa. Ada Yudi yang menjadi suami Ayu," ada sesak yang Firman rasakan ketika menyebutkan nama lelaki yang merebut Ayu darinya.

"Lo itu polos, bego, atau apa sih sebenarnya?" nada suara Akbar terdengar melengking dan meremehkan Firman. 

"Yudi telah menggugat cerai Ayu, karena dia telah menikah dengan wanita yang menjadi tunanganmu, Bella Qanesyah," jelas Papa Galih.

DAR~~~

Seperti ada kilatan halilintar di pertengahan langit kemudian menyetrum Firman tanpa ampun.

Firman meyakini setiap orang yang hadir dalam hidup kita ibarat sebuah kepingangan puzzle. Meskipun nanti orang itu hilang, dia tetap memiliki tempat khusus dan tak tergantikan di hati kita.

Firman memang jahat, menjadikan Bella sebagai pelampiasan untuk melupakan Ayu. Dan di saat Firman bisa menerima Bella sepenuh hatinya, Yudi kembali merebutnya.

Kepercayaan Firman semakin terkikis setiap mengingat dirinya akan selalu kalah dari seorang Yudi Eka Setiawan.

"Dan yang menjadi pengacara Ayu adalah Om Agasa, teman Papa," Firman semakin tercengang kala mendengar ucapan Papa Galih barusan.

"Om Agasa?" ulang Firman dengan nada terbata-bata.

"Iya dia sahabat terbaik yang Papa miliki."

"Apapun yang menurut Papa baik, aku akan selalu mendukungnya, Pa," jawab Akbar sambil mengulum senyum manisnya memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Sedangkan Firman, lelaki yang berbaring di brangkar Rumah Sakit itu hanya terbelalak keheranan mengapa susah sekali dia dipisahkan dari Suci Indah Ayu.

Dering suara ponsel Papa Galih mengalihkan atensi ketiga pria beda generasi itu. Nama Mama Kinanti tampil memenuhi layar ponselnya.

"Mama, ada apa, ya?" tanya Papa Galih dengan pelan tapi masih tertangkap oleh indra pendengar Akbar dan Firman.

"Angkat aja, Pa!" titah Firman dibarengi dengan anggukan kepala dari Akbar.

Papa Galih pun menggeser icon hijau dan mendekatkan ponselnya di telinga sebelah kanannya. Akbar dan Firman kembali melanjutkan sesi curhat mereka yang tadi sempat terjeda karena kehadiran Papa Galih.

"AYU, KENAPA?" teriak Papa Galih. Akbar dan Firman lantas membeliakkan manik mata mereka kala mendengar Papa Galih menyerukan nama Ayu dengan nada nyaring.

Firman dan Akbar yakin di seberang sana Mama Kinanti pasti sedang mengelus dadanya karena teriakan sang suami. 

Bersambung...