webnovel

JUST KIDDING

"Hai Kanaya, saya Bunda nya Raka. Semalam Raka gendong kamu ke kamar ini, dan saya yang nemenin Raka gendong kamu. Kamu seperti nya sangat lelah, sehingga tidak mendengar kami berbicara." Kata Bunda langsung memperkenalkan diri tanpa menunggu aba-aba dari Raka.

"Jadi jangan berprasangka buruk sama Raka ya, karna dia adalah anak baik." Lagi jelasnya, seolah sedang mempromosikan anaknya.

"Ma-maaf tante." Jawab Kanaya singkat dan terbata-bata, karna ia bingung mau berkata, seakan semua kata-kata menghilang dari otaknya.

"Maaf karena apa ya?" Tanya Bunda mengernyitkan dahi.

"Emm, sorry nih bukan mau potong pembicaraan, ini enakan ngobrolnya di meja makan deh ya." Celetuk Raka, melirik ke arah Bunda dan tersenyum tipis.

"Terus juga Raka disini lho, kok seolah-olah kaya nggak ada Raka sih?!" Celoteh Raka berlanjut, dengan lirikan yang ampuh, menatap sang Bunda.

"Ooh iya, Bunda sampe kelupaan. Yuk! Kita makan dulu, kamu pasti lapar kan." Bunda menepuk jidatnya menggambarkan diri nya lupa.

"Maaf tante, tapi Naya belum mandi dan gosok gigi, minta waktu 5 menit buat mandi dan gosok gogi boleh?"

"Emmm.. boleh nggak yaa??" Sahut Bunda mengetukan jemari pada dagu nya, memperlihat bahwa ia sedang berpikir.

Kanaya pasrah dengan atau tanpa ijin, ia tetep harus mandi dan gosok gigi.

"Dikasih dong pasti nya." Bunda tersenyum puas sudah mengerjai Kanaya.

"Kalau begitu, kamu silahkan bersih-bersih dulu. Tante dan Raka tunggu di ruang makan ya."

"Ini kamar tamu, jadi barang yang ada di dalam kamar mandi selalu baru, karena setelah di pakai oleh tamu, pasti di ganti baru oleh asisten kami." Ungkap Bunda yang sedari tadi tak henti berkata-kata, sampai tidak memberi ijin pada Raka untuk berbicara.

"Terima kasih banyak, Tante." Ungkap Kanaya, tertunduk dan memberi salam.

"Halaah nggak usah banyak-banyak, nanti nggak habis kan mubazir." Sahut Bunda serius, yang sudah berjalan mundur beberapa langkah.

"Maksudnya gimana Tan?" Kanaya langsung nggak nyambung.

"Terima kasih nya, tadi kamu bilang kan terima kasih banyak. Ya saya bilang jangan banyak-banyak. Nanti mubazir kalo di buang-buang." Bunda menyengir lagi, dan menatap Kanaya dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Oohh? Hahahaa, maaf Naya nggak konek." Sahur Kanaya masih kaku.

"Diih, bunda ada-ada aja ih!" Raka memeluk bunda tersenyum malu-malu, dan membawa pergi Bunda dari hadapan Kanaya.

Karna tak pernah Raka membayangkan, semua candaan dari Raka di pakai oleh Bunda untuk mengerjai Kanaya.

"Bunda." Panggil Raka saat baru saja duduk di meja makan dengan posisi berhadapan.

"Iya?" Jawab Bunda, masih mengatur napas.

"Kenapa Bunda iseng banget sih?" Tanya Raka dengan heran.

"Ya nggak apa-apa." Jawab bunda santai, sambil menyeruput jus buah nya.

"Nggak apa-apa itu bukan jawaban dari sebuah pertanyaan dong, Bun." Raka menatap Bunda denngan wajah manyun.

"Ehh, ngomong-ngomong. Itu teman mu mandi apaan 5 menit ya? Tadi kan dia minta waktu 5 menjt, kalau lebih dari 5 menit kita kasih sangsi dia cuci piring aja kali ya." Bunda berbicara pelan-pelan, ia mengalihkan pembicaraan dan mulai menengok ke belakang, berharap Kanaya tidak mendengar ucapan nya.

"Tapi kalau dia mandi 5 menit gimana?" Bela Raka, yang sebenarnya tidak menyetujui kejahilan Bunda.

"Ya, bunda deh yang cuciin piring kalian." Jawab Bunda, meyakinin bahwa diri nya pasti akan menang.

Karna bagi nya, tidak ada anak gadis bisa mandi 5 menit.

"Selamat siang, Raka! Tante!" Suara halus Kanaya langsung terdengar dari belakang bunda.

"Panjang umur nya banget ya, Bun. Padahal baru aja di omongin ya, belom ada 5 menit lho." Ucap Raka tersenyum usil, seakan memberi kode bahwa Bunda kalah telak dengan taruhan.

"Ah? Hahaha iya kok cepet banget?" Tanya Bunda mencari tau keganjilan yang sedang terjadi.

"Nggak sabunan? Nggak shampoan? Atau nggak sikat gigi ya??" Tebak Bunda, seolah memaksa Kanaya menjawab sesuai yang ia mau.

"Hehehe, Naya mandi, shampoas dan sikat gigi kok, Tan." Ucap Kanaya dengan yakin, dan berdiri di hadapan Bunda.

Raka tersenyum bahagia karna akan ternyata Kanaya bisa menang dan tidak di kerjain Bunda.

"Oo gitu, ya sudah ayo sini makan." Bunda menarik tangan halus Kanaya, untuk duduk di samping nya.

"Ayo makan, karna hari ini Bunda dapat jadwal cuci piring lho." Raka menyindir Bunda dalam senyum yang penuh arti kemenangan.

"Ooh ada jadwal cuci piring? Nanti Naya bantuin ya Tan." Kanaya langsung berinisiatif.

"Ehh, nggak usah repot-repot. Kan lu juga mau pulang. Nanti bokap lu nyariin, jadi berabe urusan nya." Celetuk Raka, masih tersenyum usil.

"Iyaa nggak apa-apa Naya, nanti kan ada mbok juga yang bantu-bantu untuk cuci piring." Bunda tidak terpancing dengan keusilan Raka.

Sesuai dengan arahan, Kanaya mengambil posisi duduk tepat bersebelahan dengan Bunda Raka.

***

Dari awalnya merasa canggung dan kaku, kinj Kanaya menjadi terasa akrab dengan Bunda Raka yang sangat humoris dan excited saat mendengar segala cerita Kanaya dari A sampai Z.

Terpancar dari mata Bunda, yang selalu menatap pada wajah Kanaya saat ia sedang bercerita.

Seolah sudah di wakilkan, pertanyaan yang sebelum nya ingin di tanyakan oleh Raka, malah di tanya oleh Bunda.

Jadi Raka duduk manis dan menjadi pendengar yang baik, sambil menikmati beberapa roti isi.

"Jadi mama kamu sudah lama ada di yayasan rumah jiwa?" Tanya Bunda setelah mendengar panjang lebar cerita dari Kanaya.

Hanya saja, mengenai papa nya berselingkuh tidak ia ceritakan. Karna itu bisa menjadi ajang mempermalukan diri sendiri.

"Iyaa tante, cuma aku harapan mama untuk sembuh. Karna aku anak semata wayang." Jawab Kanaya tentang dirinya yang sama sekali tidak di karang, semua perkataan nya benar dan terbukti jujur.

"Waw, salam buat mama ya." Ungkap Bunda, mengapresiasi keberanian Kanaya menceritakan kebenaran tentang dirinya.

"Kenapa kamu nggak mau cerita tentang papa?" Pancing Bunda, masih penasaran.

"Ya, belum waktu nya, Tan. Lagian, nggak akan cukup satu bulan kalau aku ceritain semua nya. Hehehehe." Jelas Kanaya, menolak dengan santun dan tersenyum.

"Oke baiklah kalau begitu, kalau kamu sudah kenyang, boleh langsung pulang. Kalau belum kenyang, silahkan makan lagi." Ucap bunda, membelai tangan Kanaya. Terasa sudah cukup mengenal dalam kurun waktu yang sebentar.

"Aku sudah kenyang banget, Tan. Roti 3 potong sudah habis aku lahap, susu pun sudah dua gelas." Sahut Kanaya, sambil menggosok-gosok perut nya yang ssengaja di busungkan.

"Terima kasih banyak, Tan." Ujar Kanaya masih saling bertatapan dengan Bunda Raka.

Kemudian, Bunda beranjak dari duduk dan bersiap meninggalkan Raka serta Kanaya, "It's oke, Nak."