"Nay, Naya!" Panggil Raka menyadarkan teman perempuan yang sedang menatap beku pada mobil sporty biru itu.
"Ha-ha? Kenapa?" Sahut Kanaya putus-putus, terkejut dan menengok ke Raka.
"Lu kenapa?" Tanya Raka, kebingungan.
"Kok gue? Lu yang kenapa?!" Tanya Kanaya heran, menatap dalam mata lawan bicara nya.
"Kenapa sampe suruh orang anter buat nganter mobil Mercedes Benz seri GT, type AMG GT R, ini?" Tanya Kanaya menyambung, menatap Raka dengan mata menyipit tajam.
Jawaban Kanaya membuat Raka sangat tekejut.
Terlebih Kanaya ternyata memahami type mobil nya secara detail.
"Jangan salah paham dulu, gue nggak ada maksud sombong, apa lagi sama lu, beneran deh..." Jelas Raka, seolah memahami apa yang ada di dalam otak Kanaya.
"Terus?" Kanaya menunggu penjelasan Raka.
"Karna lu kedinginan dan juga gue pun dari tadi nahan dingin, karna sebenarnya gue nggak pernah keluar rumah hingga semalam ini." Jelas Raka menyengir malu, dan menggaruk kepala, seraya menatap jam yang menempel di pergelangan tangan nya.
"Jadi gue putuskan, minta tolong Pakde anter mobil kesini." Jelas Raka.
"Itu aja sih niat gue, nggak ada bermaksud sombong atau pun mau di anggap tajir. Itu bukan gue banget, Nay." lanjut jelas Raka.
Kanaya berusaha percaya dengan ucapan Raka, namun masih ada yang mengganjal, jadi Kanaya pun melontarkan pertanyaan pada Raka.
"Oke!! Tapi kenapa harus mobil mewah ini? Kenapa nggak mobil yang biasa-biasa aja?" Kanaya memberi tatapan sinis pada Raka.
"Hehehe, ada mobil besar tapi punya Ayah gue, dan setiap kendaraan nggak boleh saling bertukar pakai. Ini mobil udah lama di kasih sama Ayah, tapi nggak pernah gue pake, karna gue lebih seneng pake motor atau jalan kaki, ketimbang harus pake mobil ini."
"Ada mobil lain nya, tapi juga udah ada pemilik nya sendiri, punya Bunda dan punya Abang gue, Nay. Dan itu nggak akan bisa di pinjem." Jelas Raka masih menyengir dengan wajah polos.
"Jadi mohon maaf banget, kalau kesan nya sombong, padahal bukan itu kenyataan nya." Lanjut ucap Raka, sambil menempel kan kedua telapak tangan di depan dada untuk memohon maaf.
"Emm, gitu doang?" Tanya Kanaya, berpura-pura seolah tak percaya.
Padahal, Kanaya sudah melihat kebaikan Raka dalam cerita nya yang polos.
"Iyaa gitu doang! Suer dehh..Hiiii." ia mengangkat jari telunjuk dan jari tengah, seraya menyengir lebar hingga terlihat semua gigi Raka yang putih bersih itu.
Kanaya diam sejenak, memikirkan semua ucapan Raka.
"Oke kalau gitu." Jawab Kanaya tersenyum manis.
"Jadi mau kan jalan-jalan pake mobil?" Raka memastikan lagi, agar tidak terjadi salah paham yang memungkinkan Kanaya berpikiran jelek terhadap nya.
"Nggak usah jalan-jalan. Kita cari parkiran aja. Terus gue mau numpang tidur di dalam mobil lu, itu pun kalau di perbolehkan." Kanaya melirik, entah apakah ucapan nya akan di terima oleh Raka.
"Bebas kok. Lu mau tidur, lu mau jalan-jalan. It's you're day, Naya." Raka menjawab dengan senang hati.
"Gue ngikut aja apa yang lu mau dan gue pastikan lu selamat melewati malam ini." Lanjur jelas Raka sesuai dengan apa yang ia rasakan.
Kemudian Raka berjalan lebih dulu dan Kanaya mengekor langkah Raka, mereka masuk ke dalam mobil melalui pintu masing-masing.
Dan mobil ini memiliki ground clearance dan jok kursi rendah, membuat pengemudi merasa lebih dekat dengan permukaan aspal.
Raka mulai menyalakan mobil, terdengar suara knalpot dan mesin yang menderu dengan gagahnya, benar-benar berbeda dengan mesin mobil biasa yang terdengar umum, namun Kanaya merespon dengan wajah yang biasa saja.
"Kita parkir depan rumah gue aja ya, soalnya disini takut kena rajia, nanti di kirain kita mesum di dalam mobil." Ucap Raka, mulai menginjak pedal gas perlahan.
"Ihh, amit-amit." Pungkas Kanaya, menjadi terkejut.
"Tolong pake mode comfort aja ya." Pinta Kanaya, kembali duduk dengan posisi manis, menatap Raka.
"Siappp bos." Sahut Raka, menuruti perintah Kanaya.
Raka pun menyalakan musik yang sudah tersimpan di memory flasdisk tape mobil nya, untuk menemani perjalanan.
Jarak yang di tempuh sangat pendek dan terasa cepat sampai apa lagi yang Raka kendarai bukan mobil biasa saja, karna mobil ini memiliki tarikan dahsyat dan daya kuda.
"Nay!" Panggil Raka, membangunkan Kanaya dari tidur lelap nya.
"Emmm..." jawab Kanaya mengantuk, matanya masih terpejam rapat.
"Udah sampe nih.Lu mau tidur di dalam rumah gue? Atau mau tidur di mobil aja?" Tanya Raka, dengan lemas. Karna sedari tadi menahan ngantuk.
Namun ternyata Kanaya malah semakin lelap dan ia bahkan tak sanggup mendengar, apa lagi menjawab Raka.
Rasa lelah yang sangat hebat, membuat Kanaya tak bergerak dan tak bersuara lagi.
Raka menjadi serba salah, namun ia tetap harus mengambil keputuskan untuk masuk ke dalam kawasan rumah mewah nya, berjalan kira-kira 200 meter.
Lalu ia mendapati gerbang besar sudah di depan mata, dengan sensor pengenalan mobil serta plat nomor yang canggih, gerbang berukuran raksasa itu pun terbuka dengan sendiri nya tanpa harus membunyikan klakson.
Dan menutup kembali secara otomatis setelah mobil sudah berjalan masuk.
***
Raka keluar mobil dengan posisi mesin mobil masih menyala agar ac tetap bisa on.
Ia mendapati orang tua nya masih duduk dalam lamunan, "Bunda? Kenapa belum tidur?" Sapa Raka, mendekati sang Bunda.
"Bunda belum bisa tidur, lagian belum terlalu malam juga ah." Sahut Bunda, menengok ke jam dinding.
"Udah jam 12 malam lho bun, bunda harus tidur. Bunda nungguin Raka ya?" Ia berpikir serta berusaha membaca pikiran Bunda.
"Nggak juga kok!" Bantah Bunda, dalam wajah dingin menatap Raka.
"Emang biasa nya kamu pulang jam berapa sih?" Tanya Bunda mengernyitkan dahi.
"Kamu tau nggak, Bunda khawatir karna pertama kamu telepon Pakde minta motor, selang berapa jam minta di anterin mobil, kenapa sih nggak pulang ambil sendiri?" Ungkap Bunda akhirnya meluapkan isi hati pada anak tersayang.
"Duh Bunda, Maafin Raka." jawab Raka langsung memeluk Bunda dengan erat.
"Bunda takut kamu terjerumus ke dunia gelap, apa lagi teman-teman kamu kan nggak jelas gitu." Lagi celoteh Bunda, wajah nya menunjukan khawatir.
"Bun..bunda! Percaya nggak sama Raka?" Tanya Raka, menatap Bunda penuh keyakinan.
"Bunda percaya sama kamu, tapi namanya pergaulan kan-" ucap Bunda terhenti.
"Bundaaa ishh.." Raka memotong ucapan Bunda, dan memberi pelukan lagi.
"Bunda, jangan lanjutin ucapan yang nggak baik, nanti bisa jadi kenyataan lebih bahaya." Bisik Raka memberi ketengangan pada Bunda.
"Janji ya?! Kamu harus seperti ini terus." Pinta Bunda.