webnovel

DIA

Waktu telah menunjukkan pukul 15.30 hampir lebih dari 1 jam Raya menunggu pujaan hatinya. Sambil melihat pemandangan sekitar Raya termenung memikirkan ucapan ayahnya kemarin sore.

"Raya..." panggil ayahnya dari ruang tengah yang tengah menikmati istirahat sorenya. Raya yang jelita tengah asik memainkan smartphonenya berhenti sejenak kemudian menjawab dengan santun "Iya yah, ada apa?" "Sudah lama nak Andi tidak main ke rumah, ada yang ingin ayah bicarakan dengan dia" kemudian Raya terdiam "Memangnya Aa pernah ada janji dengan ayah dan dia melupakan lagi sama seperti ajakan yang sebelumnya yah?" ada perasaan kesal ketika Raya menjawab perkataan ayahnya, ia ingat jelas bahwa Andi pernah membuat janji dengan ayahnya kemudian melupakannya hanya karena alasan ada urusan mendadak dengan clientnya.

"Ah, bukan itu anakku. Ayah berfikir jika hubungan kalian harus dikukuhkan lagi" "Maksud ayah?" "Apakah ayah menginginkan Raya untuk segera menikah?"

Kemudian ibu Raya tiba-tiba muncul menghampiri Raya dan memeluknya dari belakang "Ayah dan Ibu rasa Raya sudah pantas untuk membina rumah tangga, bukan begitu yah?" sahut ibunya dengan tersenyum ke arah Ayah Raya. "Nah ibumu bahkan sudah ingin nambah cucu Ya. Hahaha, biar nanti rumah kita ramai dengan suara anak-anak kecil lagi. Kamu setuju kan bu?" timpal Ayah Raya. "Ta.. Tapi yah.." Raya tergagap dengan ucapan kedua orang tuanya. "Apa lagi yang kamu tunggu nak? Kakakmu sudah menikah dan mempunyai 2 anak yang lucu-lucu, mereka butuh teman bermain. Siapa lagi kalau bukan sepupu darimu" ucap Ibunya dengan suka cita. "Akan Raya pikirkan yah, bu." ujar Raya dengan tersenyum manja. "Raya naik mau mandi dulu ya bu"

Kemudian Raya meninggalkan kedua orang tuanya yang asik membicarakan cucu-cucu mereka. "Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk melihat seberapa keseriusan dari A?" pikir Raya dalam hati.

Kakak kandung Raya memang sudah lama menikah, sekarang mereka tinggal terpisah dengan keluarga inti mereka. Kakak Raya menikahi seorang direktur perusahaan S di kota Semarang yang menjadikan mereka tinggal jauh di Semarang. Kadang mereka pulang ke Jakarta untuk menengok Raya dan kedua orang tuanya.

"Kakak bisa bahagia dengan mas Awan masa aku tidak bisa?" batin Raya seraya membasuh tubuhnya. Kemudian Raya teringat saat itu, saat ia masih menjadi mahasiswa di salah satu Universitar ternama di Jakarta, ingatannya pun membuncah menjadi rasa kelu. Mengapa aku masih mengingat DIA.