webnovel

Pilihan Untuk Vega

Untuk banyak hal yang yang akan terjadi nanti kita tidak akan pernah tahu ke mana takdir akan membawa diri kita.

---

Damayanti Vega Rianto, pemilik nama itu mungkin adalah orang yang paling pantas untuk dinobatkan sebagai gadis paling beruntung di muka bumi ini. 

Bagaimana tidak, dia ditakdirkan menjadi putri semata wayang dari pria yang saat ini sedang menduduki tahta tertinggi di Angkasa Corp, Irza Adisankara Rianto. 

Kebahagiaan yang dimiliki oleh Vega tidak selesai sampai di situ, dia memiliki om dan juga tante yang selalu saja mendukungnya melewati pasang surut kehidupannya. Menjadi garda terdepan untuk menjamin kebahagiaannya. Mereka adalah Dirka Abimanyu Rianto dan juga Diza Gayatri Rianto. Keduanya adalah adik kembar dari sang papa. 

Selesai sampai di situ? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Vega juga memiliki ibu sambung yang sangat menyayangi dia, wanita yang membuat Vega bisa merasakan dekapan hangat sang ibu, wanita itu adalah Aurora Bilqis Paramitha. 

---

Matahari bersinar sangat cerah hari ini dan kilau sinarnya seolah tanpa malu menembus masuk ke dalam celah gorden yang ada di dalam kamar milik Vega. 

Sebenarnya Vega sudah bangun sejak sepuluh menit yang lalu, tapi saat dia mengingat jadwalnya hari ini di sekolah seperti apa, dia sangat enggan untuk bangkit dari tidur. Vega semakin menutup rapat kedua manik matanya saat menyadari ada yang masuk ke dalam kamarnya. 

"Ga? Vega? Bangun, Nak!" Itu adalah sang mama, Rara. 

Dalam diri Vega memang tidak ada darah Rara,  tapi saat Vega berusia lima tahun sampai dia berusia 17 tahun yang selalu sabar dalam menghadapi seluruh tingkahnya ada Rara. Tapi kasih sayang Rara untuk Vega adalah hal yang tidak bisa untuk diragukan apa pun situasinya sekarang. 

"Mama, tahu kok kalau kamu sudah bangun dan hanya pura-pura tidur. Jadi kamu mau mama yang membangunkanmu atau papa yang menggendongmu langsung masuk ke dalam bath up?" Tawaran yang diberikan oleh Rara mau tidak mau harus membuat Vega terkepung mundur. 

"Digendong ama Eca boleh nggak, Ma?" Mendengar apa yang dikatakan oleh Vega, Rara lantas mendelikkan kedua manik matanya tatapan yang diberikan Rara untuk Vega sungguh nyalang dan juga sangat tajam. Melihat itu yang bisa dilakukan oleh Vega hanya tersenyum sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya. 

"Dari sekian banyak cowok di dunia kenapa harus Eca?" tanya Rara yang masih menyorot tajam kedua manik mata milik Vega. 

"Dan kenapa tidak harus Eca?" tanya Vega kembali. Mendengar apa yang dikatakan oleh Vega, Rara hanya bisa menghembuskan napasnya sangat berat. Dia sadar kalau dia hanya Aurora Bilqis Paramitha, bukannya Irza Adisankara Rianto yang bisa dengan mudahnya membuat Vega bungkam. 

"Kamu dan Eca tidak sama, Ga." Final. Rara tidak ingin lagi dibantah dalam bentuk apa pun oleh Vega, tapi pada akhirnya dia tahu kalau Vega tidak akan menyerah begitu saja. Ingat darah akan selalu lebih kental daripada air. 

Dalam diri Vega mengalir darah Berliana Aldita, wanita yang begitu gigihnya dahulu untuk mendapatkan cinta dari mendiang Jericho Naufal Gunadi. 

"Kami sama, Ma." Rara tidak tahu lagi harus dengan cara apa dia membuat Vega sadar mereka berdua, Vega dan Eca adalah dua orang yang tidak sama. 

"Ini bukan perkara kamu dan Eca sama-sama makan nasi, Ga. Ini berbeda asal kamu tahu aja. Kalian memang dekat, tapi kalian tidak mungkin bersama."

"Perbedaan kalian jauh, ada tembok penghalang yang ada di antara kalian dan itu tidak akan mungkin kalian robohkan," jelas Rara dengan penuh keyakinan. 

"Ga, kamu dan Eca adalah dua orang yang tidak akan pernah mendapatkan restu dari semesta." Tidak usah bertanya Rara mendapatkan kalimat puitis itu dari mana, jawabannya tentu saja dia mendapatkan itu dari sang adik, Aiden Pramastya Dimitri. 

Secara tidak langsung apa yang Vega alami saat ini telah membuat Rara seakan-akan sedang mundur ke masa lalu. Saat dia hanya menjadikan Raka sebagai poros bahagianya. 

King Mahesa Juliardo, sesungguhnya dia bukanlah orang baru di kehidupan Rara dan Irza. 

Nama besar Juliardo tentu saja tidak asing di telinga kedua orang tua Vega. Iya, sehari-harinya dipanggil Eca, pria berusia 17 tahun itu adalah anak dari pasangan Raka Yudha Juliardo dan Queen Marcella Mahendra. 

"Ga, mama dan papa nggak akan melarang kamu untuk berteman dengan siapa saja, tapi untuk ada hubungan spesial dengan Eca. Mama juga papa rasa-rasanya belum sreg untuk itu." 

Kedua pangkal bahu milik Vega merosot turun tanpa permisi saat mendengar apa yang Rara katakan. Serumit itukah jalan mereka untuk bersatu?

Apakah memang benar kalau mereka adalah sepasang rasa yang tidak akan pernah mendapat restu dari semesta? 

"Ga, memangnya Atlas kurang apa sih?" Mendengar nama Atlas terlontar begitu saja dari kedua bibir ranum milik sang mama, Vega hanya bisa memutar kedua manik matanya malas. 

"Kenapa harus Atlas sih, Ma?" tanya Vega dengan raut wajah yang terkesan tidak nyaman dengan nama itu. 

"Atau gini aja deh, kamu cari pasangan siapa pun itu yang penting cara kalian berdoa sama. Mengadahkan kedua tangan bukan menggenggam." Vega hanya diam, mungkin saat ini sedang menimbang-nimbang apa yang akan dia katakan lagi. 

"Kalau cara doanya berbeda, tapi aminnya tetap sama bagaimana, Ma?" Sepertinya Vega sedang bernegosiasi dengan sang mama. 

"Kamu lebih memilih untuk kehilangan sesuatu karena Tuhan atau kehilangan Tuhan demi sesuatu?" 

Next chapter