"Kau benar. Nanti aku akan meminta sekretaris untuk mencari koki." Pei Xiuyuan baru saja pulang dari Jerman. Dia benar-benar lupa kalau dia perlu mempekerjakan seorang koki.
"Kenapa mencari koki? Sekarang aku tidak memiliki pekerjaan, jadi aku bisa memasak sendiri!"
"Kau memasak untukku?" Alis Pei Xiuyuan terangkat sedikit.
"Iya!" Lu Man memandangi tatapannya. Tiba-tiba dia berkata, "Kau tidak suka masakanku?"
Apakah sarapan yang dibuatnya hari ini tidak enak?
"Tidak, masakanmu lezat! Aku suka masakanmu!" Pei Xiuyuan segera menjawab.
"Benarkah? Jangan memaksakan diri kalau kau memang tidak menyukainya." Lu Man takut Pei Xiuyuan hanya berusaha menyenangkan hatinya.
"Aku benar-benar suka masakanmu. Jika aku tidak suka, aku tidak akan menghabiskannya tadi. Aku hanya takut kalau kau terlalu lelah." Pagi tadi, dia meminta Lu Man membuatkan sarapan untuknya, karena ia belum makan dan langsung menemui Lu Man.
"Aku tidak lelah. Lagi pula aku tidak ada kegiatan di rumah."
"Baiklah." Pei Xiuyuan merasakan kehangatan darinya.
Mereka tinggal di Apartemen Jinjiang. Di setiap lantai, ada dua pemilik rumah. Masing-masing pemilik rumah memiliki seorang pengurus rumah tangga. Ketika mereka berdua kembali, pengurus rumah tangga menyambut mereka.
"Tuan Pei, barang-barangmu sudah sampai di sini."
"Nanti antarkan ke atas."
"Baik."
Setelah mereka berdua naik ke atas, Lu Man menyortir sayuran dan daging yang tadi dibeli dan memasukkannya ke dalam lemari es. Ketika dia mendengar bunyi bel pintu, Lu Man hendak membukanya, tapi ternyata pintu sudah terbuka. Pei Xiuyuan dapat membuka pintunya hanya dengan menekan tombol remot kontrol.
Lu Man bergumam, 'Teknologi zaman sekarang benar-benar hebat!'
Di belakang pengurus rumah tangga, ada beberapa penjaga keamanan yang mengikutinya. Masing-masing membawa banyak barang di tangan mereka. Setelah mereka pergi, Lu Man melihat barang-barang di ruang tamu. Ia tercengang, karena mereka membeli terlalu banyak barang.
Dia melihat Pei Xiuyuan sedang membereskan barang-barang tersebut. Kemudian, dia cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan di tangannya dan membantu Pei Xiuyuan.
"Kau mau meletakkan barang-barang ini di mana? Kamar tamu?"
Pei Xiuyuan melihat barang-barang yang berjejer di lantai. "Kau ambil beberapa dan letakkan di kamar utama dulu. Letakkan sisanya di kabinet kamar tamu saja."
Pei Xiuyuan lupa menyiapkan ruang ganti untuknya.
"Kenapa kita tidak meletakkan semuanya di kamar tamu saja?"
"Kalau semuanya diletakkan di kamar tamu, nanti kau kerepotan saat mengambilnya."
"Aku..." Tiba-tiba Lu Man menyadari, "Apakah kau membeli barang-barang ini untukku?"
"Ya."
"Bukannya kau bilang mau berikan hadiah untuk orang lain?" tanya Lu Man.
"Ya, aku memberinya untukmu."
Lu Man terdiam, dia tidak menyangka bahwa barang-barang ini dibeli untuknya.
Jika dia tahu barang-barang ini dibeli untuknya, dia pasti tidak akan mau! Untuk apa dia membeli begitu banyak pakaian? Dia bahkan tidak bisa memakai setiap set setiap hari!
Setelah menyadari bahwa barang-barang ini dibeli untuknya, dia ingin memukul kepalanya sendiri karena kebodohannya ini! Padahal Pei Xiuyuan sudah bertindak begitu jelas, tapi dia masih mengira bahwa barang-barang tersebut Pei Xiuyuan beli untuk orang lain.
Lu Man semakin merasa malu setelah memikirkannya. Dia tidak bisa menahan rasa malunya dan menutupi wajahnya dengan dua tangannya.
"Ada apa?" Pei Xiuyuan mendekatinya.
"Tidak apa-apa, tolong diamkan aku sebentar."
Pei Xiuyuan menertawakan perilakunya yang lucu, "Ada apa?"
"Kurasa IQ-ku sangat rendah."
"Tidak apa-apa, itu terlihat menggemaskan."
Lu Man mengangkat kepalanya, "Apakah kau sedang menghiburku?"
Jelas,dia mengakui bahwa IQ-nya rendah.
"Memangnya aku salah, ya?" Pei Xiuyuan tersenyum.
Lu Man merasa jengkel ketika melihat senyuman di wajah Pei Xiuyuan. Dia mencibir, "Kau tidak suka aku yang ber-IQ rendah, kan?"
"Bagaimana mungkin aku tidak suka padamu." Pei Xiuyuan meraih tubuh Lu Man ke dalam pelukannya.
"Bisakah kau berbicara dengan baik?" Lu Man meletakkan tangannya di depan dadanya.
"Akan lebih menyenangkan kalau berbicara seperti ini." Pei Xiuyuan melepaskan ikat rambut Lu Man. Kemudian, rambut hitamnya yang panjang terurai dengan anggun.
Pei Xiuyuan menyukai rambut panjang Lu Man. Ketika menyentuhnya, ia merasa sangat nyaman.
Lu Man tidak nyaman berada di pelukan Pei Xiuyuan. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Apakah barang-barang ini dapat dikembalikan?"
Pei Xiuyuan berhenti menyentuh rambut Lu Man. "Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak butuh pakaian sebanyak ini." Ketika musim panas, Lu Man sudah cukup dengan memakai tiga rok, beberapa kaos lengan pendek, dan dua celana jeans!
"Bagaimana mungkin tidak butuh?"
"Aku juga tidak mungkin bisa mengenakan setiap set setiap hari!"
"Sehari ganti dua set juga boleh."
Lu Man cemberut. "Tuan Pei, kau terlalu boros!"
"Aku ini bukan boros, aku membelinya karena kepentingan masyarakat."
"Kau beli begitu banyak pakaian yang tidak dibutuhkan karena kepentingan masyarakat?"
"Kau coba pikir, pekerja di pabrik mendapatkan gaji dari mana? Untuk apa mal menghasilkan uang? Bagaimana mereka bisa bertahan hidup? Mereka harus menjual pakaian. Saat kita membeli pakaian, para pekerja di pabrik baru bisa mendapatkan gaji. Bukankah ini untuk kepentingan masyarakat?"
Lu Man sangat mengaguminya. Jelas, ini merupakan tindakan yang boros, tapi dia malah beralasan bahwa ini demi kepentingan masyarakat!
Yang dia katakan memang sangat masuk akal, sehingga Lu Man tidak bisa membantahnya.
Keduanya selesai mengemasi barang-barang mereka pada jam setengah sebelas malam. Lu Man sangat lelah.
Dia ingin mandi dengan air hangat, berbaring di tempat tidur yang nyaman, dan bangun tidur seperti biasa, tapi...
Setelah dia memikirkan untuk tidur di ranjang bersama Pei Xiuyuan, tempat tidur itu kurang menarik baginya.
"Kau tidur dulu, aku mau ke ruang tamu untuk nonton TV." Lu Man mencari alasan untuk pergi.
Tapi, begitu Lu Man berbalik, Pei Xiuyuan menariknya.
"Setelah seharian berbelanja, kau pasti sudah lelah. Mandilah dengan air hangat dulu."
"Aku belum lelah, aku mau menonton TV sebentar. Kau tidurlah dulu!"
"Tidak lelah?" Pei Xiuyuan mengangkat alisnya.
"Iya!"
"Kalau begitu, ayo kita lakukan sesuatu yang lain." Pei Xiuyuan tiba-tiba mendekatinya.
Lu Man ketakutan dan mundur selangkah, "Kau... kau..."