webnovel

SELUSTRUM

Apa jadinya lelaki yang kamu tunggu selama lima tahun datang dengan kabar pernikahan? Padahal Sebelumnya ia masih kerap datang dan pergi menarik ulur hatinya. Meski sakit Kamu menyukainya, setidaknya itulah yang dirasakan Nana. Berbagai upaya dilakukan Nana untuk bisa melupakan Badang, lelaki berkacamata, berlesung pipi yang telah membuatnya jatuh cinta pada kegiatan Sekolah Pendaki Gunung. Nyatanya satu lustrum mencintai dengan sia-sia

Nella_Marni · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Lelaki Berkacamata Itu

"Siaaaaaaalllll aku telat lagiiii,"

Aku mengomeli diri sendiri, lantaran jarum jam sudah menunjukkan pukul 7.45 WIB. Sementara aku dan Hanzo ada tes fisik pukul 08.00 WIB.

Kali ini aku mengeluarkan jurus maut tidak mandi. Cuci muka dan gosok gigi sekenanya, bilas ketek, lalu ganti baju.

Aku berlari ke pagar kosan menghampiri Hanzo yang sudah menunggu barang kali 5 menit dan sudah siap untuk mengomel.

"Eeeeittss.. tahan dulu omelannya. Mending kita langsung cuuuuss" Hehe

"Yook buruan" Hanzo menatap sinis

Kali ini Hanzo melajukan motor bututnya lebih kencang dari biasa. Aku tidak bisa berkomentar mendapati roda motor melindas lubang.

Sakit memang. Salah siapa bangun terlambat.

Lima menit saja, motor butut Hanzo menerobos pagi Kota Padang. Sampai sudah di lapangan GOR Agus Salim, GOR kebanggaan orang Padang.

Sekali tarikan nafas, kami berlari menghampiri kerumunan di pinggir lapangan.

Untung saja tes belom dimulai. Tapi tetap saja kami tidak selamat dari petaka terlambat.

Penyakit orang Indonesia. Selalu merasa untung.

"Ambil posisi. Dua seri" Panitia meniup peluit menunjuk untuk instruksi turun.

"Lumayan. Pemanasan" bisik Hanzo.

°°°°°°°°°°°°°°

Prriiiiitttt priiiiittt prriiitttt ..........

Panitia membunyikan peluit sebagai tanda agar semua peserta kembali berkumpul.

Mereka mengintruksikan aku, Rara, dan Shinta mengambil posisi untuk sprint 100 meter.

Aku merapikan ikat rambut, memasang erat tali sepatu, dan tak lupa mengencangkan tali bra biar saat lari tidak ada yang bergoyang hingga merusak fokus kecoak-kecoak garong.

Bukan Nana namanya kalau tidak berambisi menjadi pelari tercepat sampai garis finish.

Lantaran dari 36 orang peserta, ceweknya hanya tiga orang saja. Kalian sudah bisa bayangkan gimana hebohnya para lelaki memberi semangat. Jangan percaya mereka hanya sekadar memberi semangat doang.

Ciyaaaaahhhh kalian pasti tau kan apa maksudnya.

Nana.. Nana.. Nana...

Rara... Raraaa.... Raraaa

Shintaaa ...Shinta .... Shinta

Satu persatu nama dipanggil silih berganti sampai tenggorakan mereka kering lalu batuk batuk berdahak berdarah dan masuk UGD

Hehe

Enggak sampai segitunya. Berapalah cuman sprint 100 meter, mau sorak lagi juga enggak nyampe, keduluan pelarinya udah nyampe garis finish.

Aku memacu kecepatan, berlari sekuat tenaga daaaaan sampai di garis finish sebagai jawara dengan rekor pelari tercepat dari 3 orang.

Beeeghhh mantap kali

Meski berhasil jadi pelari tercepat diantara peserta cewek yang lainnya, semua tidak berjalan mulus. Emang dasarnya aja kurang betuntung. Ada aja kesialan yang dialami.

"Shin, berapa back up Nana," tanya panitia pendamping.

"Haaaaa.... Berapo yooo. Aduuuhh, aku lupo ngitungnyo kak"

Sambil cengegesan dengan logat Jambinya yang kental Shinta bilang lupaaaaaa.

Dengan wajah cemberut, aku mesti kembali mengulangnya. Bisa dibayangkan betapa kesalnya aku harus mengulang backup lagi selama dua menit.

Masih dalam keadaan kesal, aku melipir ke sudut lapangan. Mengambil segelas air mineral lalu meneguknya sampai habis.

Hahhahahahaahahaha (suara tawa lelaki)

"Bisa-bisanya dia lupa ngitung pas giliran kamu," celoteh seorang lelaki.

"Hmm iyaa. Bikin kesel," tanpa menoleh.

"Trus terpaksa ngulang lagi dong. Capek kali lah tuh," timpalnya.

"Pasti capeklah," masih dengan raut wajah kesel.

"Ada-ada saja," sambil tertawa

Aku masih abai dan belum menolehkan wajah pada lelaki yang sudah mengajak aku mengobrol.

"Dari kampus mana" lelaki itu bertanya.

"Haa?

Sekalinya menoleh aku tercengah dan gagap mendapati lelaki yang duduk sedari tadi di sampingnya itu ternyataaa

"Dari kampus mana? Lelaki itu mengulang pertanyaan.

Aku menyebutkan salah satu kampus negeri di Kota Padang.

"Badang," dia menyodorkan tangannya.

"Nana"

Kesempatan yang dicari-cari datang begitu saja. Semesta mengerti sekali. Dewi Fortuna menunjukkan keberpihakannya.

"Mimpi apa aku semalam yaaa Tuhaaan" batinku meronta-ronta.

Kumis tipis, senyum nan mempesona, lesung pipi, dan mata yang menawan di balik kacamata itu.

Aaaaahhhh indahnya makhluk ciptaan Tuhan...